Universitas Gadjah Mada (UGM) mengatur pengecekan untuk Edy Meiyanto karena diduga melanggar peraturan karyawan pada awal bulan Mei tahun 2025. Terlebih dahulu, Profesor Farmasi dari UGM tersebut sudah diumumkan sebagai seseorang yang tidak taat kode etis bagi dosen akibar melakukan halangan.
kekerasan seksual
.
Sekretaris UGM, Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, mengakui bahwa kampusnya sudah siap untuk mengecek Edy terkait tuduhan pelanggaran etika pegawai.
“Pada awal bulan nanti, kita akan memulai dengan tahapan pengujian [untuk Edy],” jelas Andi saat ditemui di Gelanggang Inovasi Kreativitas (GIK) UGM, Rabu (23/4/2025).
Andi menyatakan bahwa kampus memeriksakan Edy secara hati-hati karena menyangkut hak individu.
“Maka kami melakukannya dengan hati-hati,” tegasnya.
Andi menjelaskan bahwa pemeriksaan berikutnya terhadap Edy Mei akan menjadi kali pertama dalam konteks disiplin kepegawaian. Menurut Andi, proses penilaian etika dan disiplin berkaitan erat dengan posisi Edy sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN). Ini karena hingga kini, Edy tetap menerima upah sebagai ASN.
Status Edy sebagai guru besar, menurut Andi, tergantung pada keputusan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
“Besar Guru merupakan tingkatan teratas bagi seorang dosen yang diserahkan oleh pemerintah, bukan UGM,” tegasnya.
Andi mengatakan, hasil pemeriksaan Edy terhadap dugaan pelanggaran disiplin selanjutnya akan disampaikan pada Rektor UGM.
Berikutnya, rektor tersebut akan mengirimkan saranannya ke Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
“Putsan terakhir berada di tangan menteri,” katanya dengan tegas.
Andi mengharapkan beberapa waktu untuk menuntaskan pemrosesan kasus tersebut secepat yang bisa dilakukan. Ia menyatakan bahwa regunya bekerja secara efisien dan pesat.
“Tapi bukan berarti terus grusa-grusu,” ucapnya.
“Karena ini dampaknya, konsekuensinya akan panjang. Kalau kemudian ada catat legalitas atau proses,” tandasnya.