Skip to content

Saran Apindo untuk Menghadapi Kekhawatiran Pengusaha di Tengah Pelemahan Rupiah



AsahKreasi


,


Jakarta




Nilai tukar rupiah yang mencapai angka Rp 17.000 untuk setiap dolar AS memberikan bebannya tersendiri kepada sektor bisnis. Presiden Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (
Apindo
Shinta Widjaya Kamdani mengatakan bahwa beban semakin berat akibat tekanan tersebut muncul bersamaan dengan arus tarif perdagangan yang datang dari Amerika Serikat.


“Kami khawatir tingkat
nilai tukar
Yang mencapai tingkat se rendah ini dapat menambah bebannya terhadap perekonomian Indonesia, selain beban yang telah ditimbulkan oleh tariff Trump untuk produk-produk eksport dari Indonesia,” ujar Shinta saat diwawancara Kamis, 10 April 2025.


Walaupun begitu, dia mengenali bahwa goncangan tersebut disebabkan oleh ketidakstabilan global yang dihasilkan dari perang tarif. Shinta yakin rupiah dapat bangkit lagi apabila kondisi dunia menjadi lebih stabil dan pemerintah berhasil menopang dasar ekonomi dalam negeri. Apindo pun mendukung agar pemerintah meningkatkan kebijakan fiskal serta makroekonominya.


Tindakan yang Diambil Oleh Pebisnis Ketika Nilai Rupiah Menurun


Dalam kondisi penguatan nilai tukar rupiah yang melemah, para pengusaha mengambil langkah adaptasi. Apindo menyoroti berbagai metode yang diterapkan guna mempertahankan kelangsungan bisnis mereka.


Beberapa langkah penting yang diambil termasuk meningkatkan efisiensi operasi, memastikan aliran uang berjalan lancar, serta mengurangi pembelian khususnya produk-produk luar negeri yang bukan merupakan kebutuhan mendesak. “Kita juga sedang mencoba merumuskan bagaimana bisa memanfaatkan paket-paket insentif yang segera diluncurkan,” jelas Shinta.


Sebagian besar perusahaan pun turut memikirkan taktik hedging (



hedging



) guna mengendalikan fluktuasi mata uang. Menurut Shinta, pilihan tersebut kurang populer karena biaya keuangannya cukup besar. “Hanya sebagian kecil dari para pebisnis yang dapat melakukannya,” katanya.


Keterbatasan Akses Selama Krisis Ekonomi Global


Shinta mengatakan bahwa tidak banyak hal yang dapat dilakukan oleh para pebisnis di tengah situasi seperti ini kecuali bersabar dan tetap meningkatkan daya saing mereka. “Saat kondisi perang tarif mulai mereda atau apabila pihak-pihak ekonomi global sudah lebih mampu untuk memperkirakan berbagai efek dari perang tarif yang terjadi, maka nilai tukar pastinya akan stabilization.”



rebound



dengan sendirinya,” ujarnya


Untuk menangani keadaan tersebut, Bank Indonesia ikut campur dengan melakukan dua kali intervensi di pasar luar negeri seperti Asia, Eropa, dan New York menggunakan skema tersebut.



Non Deliverable Forward



(Pada NDF). Di sisi lain, dalam negeri, BI melakukan intervensi mata uang asing dan membeli Surat Berharga Negara (
SBN
) di pasar sekunder guna mempertahankan keyakinan pasar. Tindakan tersebut diambil untuk mengamankan stabilisasi rupiah menghadapi tekanan eksternal yang tetap besar.


Anastasya Lavenia Y


bersumbang dalam penyusunan artikel ini.

Menurut Analis tentang Penurunan Nilai Tukar Rupiah serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *