AsahKreasi,
JAKARTA — Penurunan tingkat suku bunga acuan atau
BI Rate
Pada bulan April 2025 nanti, terdapat probabilitas rendah untuk perubahan tersebut menurut sebagian besar ahli ekonomi. Meski demikian, masih ada potensi penurunan tingkat suku bunga dari angka 5,75% hingga 5,50%, mengingat adanya berbagai tekanan.
perang dagang
dan
nilai tukar rupiah
.
Ekonom dari Bloomberg, Tamara Mast Henderson, percaya bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan tetap di posisi 5,75% saat mengeluarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (23/4/2025).
Menurut dia, jika BI mengambil tindakan yang tidak terduga pada rapat dewan gubernurnya esok hari, hal itu pasti akan mendorong nilai tukar rupiah lebih rendah lagi dari posisinya sekarang yaitu di angka Rp16.859 per dolar AS.
Suku Bunga BI Diperkirakan Tak Berubah di Level 5,75% untuk Melindungi Nilai Rupiah dan Mengendalikan Aliran Keluar Modal
Pemotongan yang mengejutkan lagi di bulan April, bisa jadi lebih mengganggu.
stabilitas mata uang
,” ujarnya, dikutip dari
Bloomberg
, Selasa (22/4/2025).
Tamara menyadari bahwa kurs rupiah menurun lebih dari 2% dibandingkan dengan dolar Amerika Serikat sejak Rapat Dewan Gubernur tanggal 19 Maret kemarin, sementara kebanyakan mata uang di Asia mengalami penguatan.
:
Terdapat Potensi Penurunan Suku Bunga BI Menjadi 5,50%, Inilah Beberapa Faktor Pendukungnya
“BI perlu mengatur keseimbangan antara nilai tukar mata uang dan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan. Permintaan dalam negeri belum secemerlang harapan,” jelas Tamara.
Di akhir sesi bursa hari ini, Selasa (22/4/2025), nilai tukar rupiah menetap di posisi Rp16.859 untuk setiap dolar Amerika Serikat dan secara signifikan turun sebesar 53 titik atau 0,32 persen dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya. Di samping itu, indeks dolar AS naik tipis menjadi mencapai angka 98,31, meningkat 0,04%.
Selain itu, Ekonom Senior serta Asisten Dosen dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto, menggarisbawahi betapa krusialnya stabilitas nilai tukar rupiah terutama bagi para pebisnis yang perlu merumuskan strategi pertumbuhan bisnis mereka, mencakup eksporir dan impotrir.
Dengan kombinasi kebijakan Bank Indonesia yang mendukung stabilisasi dan juga kemajuan ekonomi, diharapkan industri perbankan serta sektor bisnis akan dapat melanjutkan pertumbuhannya dengan langkah-langkah yang terkendali, penuh perhatian, dan berorientasi pada tujuan.
“Pelaku usaha masih perlu tetap bersikap optimis namun dengan kewaspadaan yang tinggi agar dapat menyesuaikan diri serta merespons perkembangan dalam iklim ekonomi baik global maupun lokal,” katanya.
Ryan memang mengamati bahwa terdapat peluang besar untuk pengurangan suku bunga hingga 25 basis poin pada hasil rapat nanti.
Walaupun begitu, keputusan yang mengutamakan stabilitas—dengan tetap mempertahankan tingkat suku bunga—untuk membantu menjamin kesetimbangan nilai tukar rupiah meskipun dengan laju inflasi lokal yang cukup rendah, dipandang sebagai pilihan terbaik di hadapan ketidakpastian ekonomi dan geopolitik dunia yang kian meningkat.
Tingkat ketidakpastian bertambah karena presiden AS Donald Trump menangguhkan pemberlakuan tarif balasan selama 90 hari yang dihitung mulai tanggal 9 April 2025.
“Kurs mata uang saat ini masih sangat dipengaruhi oleh sentimen eksternal negatif, sehingga keputusan optimal bagi bank sentral pada masa kini adalah Bank Indonesia harus tetap menjaga suku bunga acuan atau BI Rate berada di posisi 5,75%,” katanya.
Opsi yang tersedia pada masa kini bisa jadi termasuk reformasi dalam kebijakan. Ini mencakup pemeliharaan stabilitas dengan cara mempertahankan tingkat suku bunga serta mendukung pertumbuhan ekonomi lewat peregulangan lebih longgar terkait prinsip-prinsip pengawasan makro dan sistem perbankan.
Hasil konsensus yang dihimpun
Bloomberg
Dari 28 ahli ekonomi, nilai tengah (median) proyeksinya adalah Bank Indonesia akan menjaga tingkat suku bunga acuannya tetap pada angka 5,75%. Hanya ada dua institusi yang mengestimasi bahwa BI Rate kemungkinan akan bergerak turun menjadi 5,50%.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian percaya bahwa penurunan suku bunga mungkin terjadi dan ini bisa jadi langkah untuk mendukung pemulihan perekonomian domestik—sebagaimana diperkirakan akan tumbuh dengan lambat di kuarter I/2025.
“Sangat tepat jika Bank Indonesia memulai kembali pengurangan tingkat suku bunga pada bulan April ini,” katanya, Selasa (22/4/2025).
Fakhrul menyebut bahwa pemotongan itu dilakukan setelah memperhitungkan kemungkinanperlambatan ekonomi dan angka inflasi yang sangat rendah, kini masih berada dibawah sasaran 2,5%±1%.
Terakhir kalinya Bank Indonesia (BI) melakukan pengurangan suku bunga adalah pada Januari 2025 dengan langkah yang tidak terduga sebesar 25 basis poin dari angka 6% hingga ke level 5,75%.