AsahKreasi
, Hong Kong – Presiden AS Donald Trump percaya bahwa Tiongkok seharusnya menjadi yang pertama bertindak dalam upaya meredakan ketidaksepakatan dagang diantara kedua negaranya. Demikian disampaikan oleh Gedung Putih sementara administrasinya memfokuskan kembali perhatiannya pada potensi bea atas mineral vital tersebut.
Pada pernyataan yang dirilis tidak lama sebelum Trump menyuruh tinjau ulang kebijakan keamanan nasional terkait dengan impor tanah langka serta bahan tambang lainnya pada Hari Selasa, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt merujuk kepada ucapan Presiden AS yang berbunyi “peluru ada di kereta Tiongkok.”
“China harus membuat akord dengan kami; kami tidak perlu mencapai kesepakatan dengan mereka,” ungkap Leavitt saat konferensi pers, menyampaikan bahwa hal itu berasal langsung dari Trump.
Tidak ada bedanya antara China dan negara-negara lain selain ukurannya yang jauh lebih besar. Sama seperti negara-negara lain, China ingin memiliki konsumen AS; atau bisa dibilas sebagai butuh uang kita,” ungkap Leavitt sambil menyebutkan tambahan bahwa Trump sudah cukup jelaskan dirinya bersedia untuk mendiskusikan perjanjian dagang dengan China.
Dalam perintah eksekutifnya, Trump menginstruksikan Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick, untuk membuka investigasi keamanan nasional dengan merujuk pada Pasal 232 dari UU Pemeberdayaan Perdagangan. Sebelumnya, administrasinya telah menggunakan pasal tersebut untuk meninjau impor tembaga, kayu, baja, serta aluminium.
“Basis industri manufaktur serta pertahanan di Amerika Serikat masih tergantung pada pasokan luar negeri untuk bahan mineral yang telah diproses,” demikian disampaikan Trump dalam perintoh itu.
Banyak penyedia luar negeri ini rentan terhadap gangguan dalam rantai pasokan yang parah, berkepanjangan, dan jangka waktu lama. Apabila Amerika Serikat kehilangan akses kepada mineral penting hasil pengolahan dari pemasok internasional, industri produksi komersial serta pembelaan AS untuk barang-barang tersebut mungkin akan mengalami defisiensi besar dan tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar.
Walaupun larangan Trump tidak secara spesifik menyinggung China, negera ini adalah pemimpin produksi untuk 30 dari 50 mineral yang dianggap vital oleh Badan Survai Geologis Amerika Serikat.
Pada hari Selasa yang lalu, Trump menuding China melanggar perjanjian dengan produsen pesawat Amerika Serikat, Boeing. Hal ini terjadi setelah Bloomberg melaporkan bahwa Beijing sudah memberi instruksi kepada maskapai di China agar tidak lagi menerima pengiriman dari Boeing.
Saham Boeing merosot sebesar 2,36% berdasarkan laporan itu, dengan sumber yang disebutkan sebagai “pihak yang memahami situasi.” Baik Boeing maupun pihak berwenang di China belum memberikan konfirmasi ataupun komentar terkait informasi tersebut.
“Mereka baru saja menolak perjanjian utama dengan Boeing, menyatakan bahwa mereka ‘tidak akan menerima’ pesawat yang sudah sepenuhnya dipertimbangkan,” ujar Trump dalam platform Truth Social seperti dilaporkan oleh Al Jazeera.
Amerika Serikat dan China sudah terjebak dalam persaingan perdagangan yang semakin memanas sejak Trump kembali ke gedung putih.
Walaupun sudah menganulir sebagian besar tarif “setimbangan” yang dikenakan kepada beberapa mitra perdagangan, Trump justru meningkatkan bea masuk atas kebanyakan produk dari China sampai dengan 145%.
China kemudian menetapkan tariff terhadap ekspor dari AS senilai 125 persen.
Pada serangan terakhir yang datang dari Tiongkok pada hari Rabu, layanan pos Hong Kong menyatakan bahwa mereka akan menghentikan pengiriman surat ke arah AS sebagai respons terhadap penerapan tariff tersebut.
“Langkah seperti itu tidak masuk akal, meresahkan, dan bertentangan dengan prinsip pengenaan tariff. Oleh karena itu, Hong Kong Post tentu saja tidak akan menerapkan biaya tambahan apapun yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan kami juga akan menunda pengecekan paket-paket yang tujuannya adalah Amerika Serikat,” ungkap layanan pos tersebut melalui pernyataan resmi mereka.
Dia menambahkan bahwa mereka akan segera mengakhiri penerimaan surat permukaan dan tidak lagi menerima surat udara mulai tanggal 27 April.
China mengungkapkan penolakannya terhadap kebijakan proteksionis namun siap “bertarung hingga titik darah penghabisan” apabila Amerika Serikat meneruskan langkah-langkah agresifnya dalam bidang perdagangan.
Di dalam artikel opini yang dipublikasikan di koran Nhan Dan di Vietnam pada hari Senin, Presiden Tiongkok Xi Jinping menyampaikan bahwa perang perdagangan “tidak menciptakan pihak yang unggul” dan kebijakan pelindungan diri sendiri “bukanlah jawaban”.
“Terdapat keperluan untuk secara jelas membela sistem perdagangan multilateral, menjamin ketahanan produksi serta jalur pasokan dunia, dan merawat iklim internasional yang terbuka dan kolaboratif,” ungkap Xi dalam tulisan pendek itu, yang dirilis seiring dengan permulaan kunjungan diplomatik negaranya berlangsung selama lima hari di kawasan Asia Tenggara.
(Tribun)