Skip to content

Passion vs. Gaji Tinggi? Ini Dia Strategi Gen Z dalam Memilih Karir

Sebagian besar penduduk planet ini berjuang keras untuk mendapatkan penghasilan mencukupi, apalagi hanya untuk memenuhi keperluan pokok saja.

Bagaimana bisa menjadi kaya? Untuk kebanyakan orang, sekadar bertahan hidup saja telah terasa susah.

Meskipun Anda menempatkan uang pada posisi yang sangat rendah pentingannya—meski mungkin menjadikannya sebagai prioritas nomor 10 dalam hidup Anda—kenyataan tetaplah kenyataan bahwa semua hal masih memerlukan uang.

Uang: Kebutuhan Yang Tidak Dapat Dielakkan

Sebagian orang mungkin menyebutkan, \”Kesehatan tubuh merupakan prioritas utama bagi saya,\” atau, \”Yang terpenting untukku adalah merawat keadaan psikis.\”

Meskipun begitu, kedua hal tersebut masih mengharuskan adanya biaya. Makanan yang bergizi, sesi berkonsultasi dengan psikolog, ataupun aktivitas demi menyeimbangkan gaya hidup semuanya bukanlah hal yang bisa didapatkan tanpa bayar.

Meskipun demikian, dalam mengembangkan suatu hubungan (hubungan asmara), uang kerap kali merupakan elemen yang signifikan. Kini, pada platform-media sosial seperti Twitter, penumpukan pembicaraan tentang \”standar minimum gaji\” muncul saat seseorang sedang mengejar pendamping hidupnya.

Banyak wanita mandiri masih mengejar pasangan dengan kestabilan ekonomi, sedangkan pria mengalami tekanan untuk memenuhi harapan finansial itu.

Pada masa kini, kita tak dapat melepaskan diri dari kenyataan bahwa uang, baik secara langsung maupun tidak langsung, berpengaruh pada hampir setiap sisi hidup. Ini adalah hal umum di zaman now yang membentuk tantangan signifikan untuk Generasi Z.

Generasi Z dan Tantangan Era Kontemporer

Banyak anggota Generasi Z menganggap bahwa keadilan di dunia ini belum tercapai. Sistem kapitalisme skala besar, kesenjangan sosial, serta tekanan akan pencapaian berhasil membentuk perasaan frustasi yang kuat.

Tetapi, sekadar meratapi nasib saja takkan memperbaiki apa pun. Kalau kita cuma menyuarakan keluhan terhadap sistem tanpa berbuat sesuatu, kapan pula kita bakal mendapatkan kepuasan hidup?

Dalam menghadapi ketimpangan dalam sistem saat ini, pendekatan pragmatisme terbukti sebagai solusi yang lebih praktis.

Tidak perlu menjadi sangat kaya untuk menjalani hidup dengan tenang; yang penting adalah memiliki cukup dana untuk memenuhi keperluan pokok serta merasakan kenikmatan dalam hidup sebentar. Tetapi, bagaimana kita bisa mendapatkan keseimbangan tersebut?

Gairah Vs Pendapatan Besar: Perdebatan Karier Generasi Z

Satu tantangan utama yang dijumpai Generasi Z ialah bagaimana memutuskan untuk bekerja dalam bidang yang mereka cintai meski imbalannya rendah, atau justru menerima posisi yang tak sejalan dengan minat namun menjanjikan upah besar.

Misalnya, coba bayangkan jika Anda harus memilih antara dua opsi berbeda:

Pekerjaan yang sejalan dengan hobi dan memiliki upah mencapai UMR atau agak di atasnya. Pekerjaan lain mungkin tak selaras dengan minat namun memberikan pendapatan tiga kali lebih banyak dari UMR.

Banyak anggota Generasi Z lebih condong ke pilihan pertama. Mereka merasa yakin bahwa berkarier dalam bidang yang mereka sukai akan menciptakan kenyamanan emosi, mendatangkan perasaan terpenuhinya hasrat, serta menghindari kemungkinan stres berlebihan. Usia 20-an dilihat sebagai masa ideal untuk menjelajahi dunia, menyusun pengetahuan baru, dan mewujudkan identitas diri.

Akan tetapi, realitas seringkali tak semanis itu. Upah yang rendah umumnya kurang mencukupi untuk menutupi gaya hidup kontemporer, terlebih lagi bila Anda mengidamkan ambisi luar biasa atau beban finansial tertentu.

Gaya Hidup Generasi Z: Seru, Tapi Bisakah Bertahan Lama?

Generasi Z terkenal karena keberanian mereka dalam menggapai hasrat dan menikmati setiap momen. Sebagian besar dari mereka aktif di sektor kreatif, misalnya pada perusahaan digital, bidang mode, ataupun industri pariwisata.

Hidup dengan prinsip YOLO (Anda Hanya_hidup_Satu_Kali) menjadi dasar bagi mereka — menghadiri konser, berlibur, serta merasakan pengalaman-pengalaman istimewa merupakan hal yang penting untuk dilakukan.

Akan tetapi, model hidup ini cenderung kurang berkelanjutan. Pendapatan terbatas membuat banyak anggota Generasi Z menguras dana dengan lebih cepat dibandingkan generasi sebelumnya. Seringkali, mereka perlu bertumpu pada orangtua untuk menutupi keperluan pokok.

Ketekunan menuju kesuksesan di sektor kreatif pun cukup berat. Keharusan bersaing sengit serta memiliki harapan tinggi kerap mengakibatkan gangguan pada kejiwaan. Wajar saja bila banyak orang dari Generasi Z merasakan kelelahan total, meski masih terbilang belia.

Sementara itu, generasi sebelumnya cenderung lebih menyukai pekerjaan yang menawarkan kestabilan dan pendapatan terjamin, misalnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau bekerja di perusahaan milik negara (BUMN).

Walaupun tugas itu tidak terlalu menggembirakan, namun kesetabilan keuangan menyediakan perasaan keamanan yang lebih baik.

Mempelajari Pengalaman dari Para Pendahulu

Sebagai anggota Generasi Z, saya pun telah merasakan pengalaman dengan tingkat resiko yang tinggi. Saya sempat berkarir sebagai pembuat konten, terjun ke dunia investasi cryptocurrency, hingga akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaan baru satu bulan setelah mulai melakoninya.

Namun, pengalaman ini telah memberi pelajaran kepada saya bahwa cara hidup semacam itu belum tentu dapat bertahan lama.

Hidup mengikuti passion tentu terasa lebih seru, namun tak setiap orang punya keistimewaan, nasib baik, atau keterampilan untuk bertahan di bawah tekanan itu.

Banyak individu pada akhirnya mengalami perasaan kegagalan sebab tak berhasil memenuhi standar yang telah mereka tentukan sendiri.

Kestabilan: Opsi Tanpa Kesalahan

Mengembalikan fokus pada stabilitas tidak selalu menjadi pilihan yang jelek. Setelah sekitar 30 tahun menjalani hidup, saya mulai menyadari pentingnya membuat keputusan yang lebih konservatif, misalnya dengan mendapatkan hipotek, berinvestasi dalam reksa dana ataupun deposito, serta mencari pekerjaan yang menawarkan upah tetap.

Memanfaatkan keseimbangan menghasilkan perlindungan, entah itu dari segi ekonomi atau psikologis.

Tidak ada yang salah dengan memilih tindakan yang lebih hati-hati, terlebih lagi bila hal tersebut membuat Anda merasa lebih tenang dan terlindungi dalam kehidupan sehari-hari.

Masa Ekonomi Gig: Apakah Ini Sebuah Kesempatan Atau Tantangan?

Saat ini kita berada dalam zaman ekonomi gig yang ditandai dengan peningkatan popularitas pekerjaan paruh waktu serta bergantung pada kontrak. Walaupun sifat fleksibelnya bisa menjadi daya tarik tersendiri, sistem ekonomi seperti ini juga menyajikan sejumlah tantangan signifikan:

Tidak ada kepastian tentang pekerjaan yang tetap. Anda mungkin di-PHK sewaktu-waktu. Tekanan untuk terus maju cukup besar. Pendapatannya pun tak menentu.

Generasi yang berkembang pada masa kini, yaitu Generasi Z, harus berhati-hati saat memutuskan jalur karirnya. Ekonomi gig mungkin tampak menggiurkan, namun tidak setiap individu dapat bertahan dari tekanan serta ketidakkonsistenannya.

Tiga Tahap Perencanaan Keuangan bagi Generasi Z

Tidak peduli jalan mana yang Andaambil — entah itu stabilitas mirip dengan generasi sebelumnya ataustyle hidup berisiko tinggi khas Generasi Z — ada tiga langkah utama dalam mengatur keuangan:

Making Money

Temukan berbagai metode untuk mendapatkan penghasilan, entah itu lewat pekerjaan tetap, usaha sampingan, atau memulai bisnis sendiri. Pastikan pilihanmu sesuai dengan keterampilan serta kesempatan yang tersedia di sekitarmu. Hemat Uang

Atur pengeluaranmu. Menyimpan uang merupakan kuncinya untuk membentuk kestabilan finansial.

investasikan simpanan Anda supaya dana bisa berkembang. Dimulai dari alat investasi berisiko rendah, misalnya deposito, baru setelah itu coba yang berisiko tinggi, contohnya saham ataupun koin digital. Saran bagi Generasi Z: Jangan tergesa-gesa dalam melakukannya.

Dalam kehidupan tidak ada satu pun pilihan yang mutlak betul atau salah, asalkan kamu mengerti konsekuensi serta imbalannya.

Apabila Anda berencana untuk mengikuti passion, laksanakanlah dengan perencanaan yang baik. Bila kestabilan menjadi prioritas utama, jangan anggap hal tersebut sebagai tujuan yang kurang berniat besar.

Hal utama ialah menghidupi kehidupan sesuai dengan apa yang membawa ketenangan dan kegembiraan bagi Anda sendiri. Tak perlu menimbang-nimbang diri Anda melawan orang lain.

Kehidupan dunia ini mungkin tak selalu adil, namun dengan pendekatan praktis serta persiapan matang, Anda tetap dapat merasakan kegembiraan meski dalam kondisi terbatas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *