Mengapa isu ijazah palsu
Jokowi
Terus menjadi topik perbincangan dan heboh dibahas di media sosial? Bagaimana hal ini berdampak pada sang ‘Raja Solo’ yang telah kehilangan pengaruhnya?
***
Frono Jiwo mengungkapkan bahwa Joko Widodo lulus dari program Sarjana di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia menyajikan gambaran tentang acara kelulusan, aktivitas sebagai mahasiswa bersama dengan Jokowi, masa pengabdian sosialnya melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN), serta partisipasinya dalam organisasi pencinta alam bernama Silvagama.
Frono turut serta bersama para petinggi UGM saat menyambut audiensi dari Roy Suryo dan teman-temannya yang menyoal keabsahan Ijazah Jokowi pada hari Selasa, tanggal 15 April 2025.
Frono mengatakan bahwa Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, adalah alumni dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Menurut Frono, Jokowi telah melaksanakan semua aspek tridharma perguruan tinggi saat dia menempuh studinya di sana.
Dia mengundang orang-orang yang meragukan keautentikan ijazah Jokowi untuk menggunakan jalan hukum. Pendapat serupa juga diutarakan oleh UGM.
“Seluruh data, informasi, serta dokumen mengenai Joko Widodo berada di Fakultas Kehutanan UGM,” ujar Frono kepada
AsahKreasi
, Jumat (18/4).
Frono merupakan sesama angkatan dari Jokowi di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia menyatakan dirinya sebagai Presiden Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM pada masa jabatan tahun 1983 hingga 1985. Berdasarkan posisinya tersebut, dia merasa telah mengenal setiap mahasiswa se-angkatannya, terlebih lagi para anggota Mapala Silvagama yang menjadi wadah aktivitas Jokowi saat masih duduk di bangku kuliah.
Kepada AsahKreasi, Frono menunjukkan gambar-gambar tentang aktivitas mahasiswa Kehutanan zaman dahulu miliknya, termasuk saat mereka mendaki gunung. Di antara gambarnya itu, terdapat satu di mana Jokowi dan kawan-kawannya nampak sedang difotografir di sebelahan bis dengan tangan yang menggenggam bendera Mapala Silvagama.
“Silvagama adalah sebagian dari Senat Mahasiswa. Saya pribadi tidak sering mendaki gunung,” ujar Frono.
Temannya seangkatan dari Jokowi, Andi Pramaria, menggarisbawahi poin yang sama, menyatakan bahwa Jokowi rajin berpartisipasi dalam aktivitas mahasiswa Silvagama.
“Saya ingin menggarisbawahi bahwa Joko Widodo adalah sebenarnya teman satu angkatan saya di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada mulai tahun 1980, serta secara tidak sengaja kita lulus bersama pada tanggal 5 November 1985,” jelas Pramaria kepada
AsahKreasi
.
Pramaria mengatakan bahwa jumlah satu kelas mereka adalah 88 orang: terdiri dari 80 pria dan sisa merupakan wanita. Setelah melalui 40 tahun, hanya tinggal 67 orang sahabat sekelasnya yang masih hidup; selebihnya telah meninggalkan dunia ini.
Pramaria serta Jokowi keduanya melakukan praktik Kerja Nyata Kuliah (KKN) di Boyolali. Namun, dia tidak ingat nama desa yang dimaksud untuk Jokowi tersebut. Sedangkan Pramaria berada di Desa Karanggatak, Kecamatan Klego. Frono juga menyebutkan bahwa Jokowi menjalani program KKN di Boyolali, tetapi dirinya pula tak dapat mengingat namanya.
Frono hanya menampilkan beberapa gambar yang dia sebutkan sebagai bukti bahwa Jokowi sedang menyusun tanda pengenal. Dalam foto-foto itu, individu yang dikatakan Frono adalah Jokowi, menggunakan topi berwarna merah dan kemeja putih sambil memegang papan dengan tulisan ‘Langgar Miftahul Hasanah Seworan’.
“Nama musala desa tersebut tertulis di papan tanda,” jelas Frono.
Di samping menunjukkan kasus korupsi dan suap, Frono pun memamerkan salinan ijazah pribadinya. Ia menyebut desain huruf serta gaya penandatanganan dalam dokumen tersebut sama seperti dengan foto ijazah yang beredar di platform-media-sosial dan diduga merupakan bukti kelulusan Jokowi. Selanjutnya, Pramaria juga menerangkan kalau surat-ijazah-milik-beliau ini mirip sekali dengan contoh ijazah Jokowi yang sedang menjadi perbincangan luas itu.
Menurut Frono, skripsinya ditulis menggunakan mesin ketik manual. Sesudah melewati sidang skripsi dan lolos, dokumen cetakannya diduplikasi dan dirapihkan di Perdana Printing. Seluruh proses pembuatan sampul, halaman pengesahan termasuk penerbitan ulang diserahkan kepada percetakan tersebut.
Akibatnya, tim Frono tidak mengenal bentuk fon yang dipertanyakan sebagian orang. Untuk para skeptis terhadap keabsahan skripsinya, dia menyatakan bahwa mereka boleh datang langsung dan bertanya kepada Percetakan Perdana yang beralamat di Jl. Taman Siswa Nomor 86, Yogyakarta. Berdasarkan pengamatan pada karya tulis teman-temannya, percetakan tersebut memiliki dua cabang tambahan, satu di Jl. Gejayan dan satunya lagi di Barek (seberang Fakultas Kehutanan UGM).
Frono dan kawan-kawannya berusaha membantah tudingan tentang ijazah palsu terhadap Jokowi. Mereka memperlihatkan seluruh fotografi dan dokumen yang ada. Frono menyatakan dengan jelas serta melampirkan bukti bahwa Jokowi telah menyelesaikan studinya pada program Sarjana 1 di bidang Kehutanan Universitas Gadjah Mada hingga kelulusan resmi.
Meskipun demikian, masalah ijazah palsu Jokowi tetap berlanjut seperti arus sungai Bengawan Solo yang tak pernah surut.
“Untuk mereka yang belum juga percaya dengan hal ini, bisa mengajukan melalui sistem peradilan, entah itu di tingkat nasional ataupun internasional,” tambah Frono.
Tudingan Terkait Ijazah Palsu Jokowi Kembali Menguat
Masalah ijazah palsu Jokowi bukanlah hal baru. Ini dapat dianggap sebagai topik perbincangan yang muncul dan hilang secara berkala.
Jika dilihat dari urutan waktu, masalah ijazah palsu yang menyangkut Joko Widodo bermula pada tahun 2019. Saat itu, seseorang dengan nama Umar Khalid Harahap menjadi tersangka karena diduga menyebarkan informasi bohong terkait ijazah SMA milik Jokowi.
Dua tahun setelah itu, pada Oktober 2022, dugaan tentang gelar kehormatan fiktif Jokowi muncul lagi. Penuding kali ini adalah seorang penulis buku.
Jokowi Undercover
Bernama Bambang Tri Mulyono. Dia mengklaim bahwa ijasah Jokowi dari Fakultas Kehutanan UGM merupakan buatan palsu.
Bambang Tri pernah juga menyerahkan tuntutan hukum kepada Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat terkait tuduhan tentang ijazah palsu yang dialamatkan pada Jokowi. Dia mendakwa Jokowi beserta beberapa pihak lainnya termasuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) milik Jokowi, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Majelis Permusyarawaran Rakyat (MPR), serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Penelitian, dan Teknologi.
Bambang beserta dengan Eggi Sudjana dan kawan-kawannya menyatakan bahwa Jokowi telah bertindak melanggar hukum lantaran memanfaatkan ijazah palsu dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas guna ikut serta dalam Pemilu Presiden tahun 2019. Meskipun begitu, tuntutan ini tidak dilanjutkan ke ranah sidang oleh hakim dan dihentikan oleh pihak yang mengajukan karena Bambang Tri sudah diamankan oleh kepolisian.
Dia diamankan dan diadili oleh pihak kepolisian karena diduga melakukan pidana ucapan benci serta pencemarkan agama. Bambang Tri beserta rekan sejawatnya yang bernama Sugi Nur Rahardja diklaim telah menyebarluaskan pernyataan permusuhan melalui kanal YouTube berjudul Gus Nur 13. Pada saat tersebut kedua individu ini secara resmi ditentukan sebagai tersangka dan menghadapi pasal 156a ayat a Kitab Undang-Undang HukumPidana berkaitan dengan penghinaan terhadap agama.
Di bulan April 2024, Eggi Sudjana mengajukan kembali gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan tuduhan yang serupa, yaitu adanya dugaan ijazah palsu terhadap Jokowi. Namun, permintaannya tidak mencapai tahap persidangan pemeriksaan sebab gugatannya oleh Eggi dikabulkan oleh majelis hakim.
Satu tahun setelah itu, pada Maret 2025, polemik tentang diploma palsu milik Jokowi muncul lagi dan jadi perbincangan hangat di platform-media sosial melalui unggahan seorang yang bernama Rismon Hasiholan Sianipar. Dia mengkritisi asli tidaknya gelar sarjananya dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dikarenakan pemakaian
font Times New Roman
Sebab, menurut Rismon, teknologi Times New Roman masih belum ada di tahun kelulusan Jokowi dari UGM, yaitu 1985.
Kemudian cuitan Rismon menyebar luas dan mendapat ribuan respons di media sosial. Hal itu bahkan mendorong tindakan nyata dalam bentuk unjuk rasa yang dilakukan beberapa orang di hadapan kediaman Jokowi di Solo, Jawa Tengah. Pada saat bersamaan, validitas ijazah SMA pun dipertanyakan lagi melalui gugatan ke Pengadilan Negeri Surakarta oleh seorang pengacara bernama Muhammad Taufiq.
Apabila ditotal, tuduhan mengenai ijazah palsu yang menyeret nama Jokowi telah berlangsung selama lima tahun terakhir.
Lead Analyst Drone Emprit, organisasi pemerhati percakapan media sosial, Rizal Nova Mujahid, mengatakan bahwa isu ijazah palsu Jokowi ramai jelang periode kedua jadi presiden. Setelah itu kemudian menguat terus menerus pada periode-periode tertentu. Lalu hilang dalam pembicaraan publik pada waktu tertentu.
Hasil analisis Drone Emprit untuk enam bulan terakhir menyatakan bahwa isu tersebut mulai mendapat perhatian publik pada Oktober 2024 dengan sekitar 1.300 diskusi di platform X ketika dekat dengan masa pensiun Presiden Joko Widodo. Setelah itu, popularitasnya mereda di Desember dan hilang sama sekali. Pada Januari ada peningkatan tetapi tidak begitu besar, lalu kembali redup di Bulan Februari.
Pada akhir Maret 2025, menjelang bulan puasa, topik ini mulai menjadi pembicaraan kembali. Namun, mendekati hari terakhir bulan suci tersebut, warga internet mengakhiri diskusi tentang ijazah Jokowi. Topik itu kemudian ditutup oleh percakapan-percakapan Lebaran yang luas.
Isu ijazah palsu kembali menjadi sorotan besar pada 10 April 2025. “Mulai meningkat dengan siginifikansi dari tanggal 9 April dan cenderung tak hentinya terus melonjak sampai saat ini,” ungkap Rizal dikutip oleh media tersebut.
AsahKreasi
, Kamis (17/4).
Titik puncak dari debat seputar masalah tersebut, menurut laporan Drone Emprit di X, adalah pada tanggal 16 April 2024. Pada hari itu, ada sekitar 3.000 unggahan tentang dugaan ijazah palsu Presiden Jokowi, dengan total interaksi seperti retweet dan bagikan melebihi tiga juta kali.
Rizal menyatakan bahwa berita tentang ijasah palsu Jokowi mulanya viral di Facebook sebelum alih ke platform X. Teknik penyebarannya mirip dengan ketika Jokowi diserang oleh dugaan terkait PKI pada tahun 2014, sewaktu dia maju sebagai calon presiden untuk kali pertama. Awalnya banyak dibahas di Facebook, setelah itu merambah ke Twitter dan akhirnya tersebar ke mana-mana.
Perbincangan semakin memanas di Facebook, kemudian Twitter pun turut bergabung dalam perdebatan yang membara.
recall
Semua argumen yang telah diajukan bertahun-tahun lalu,” kata Rizal.
Pembicaraan mengenai isu ini semakin berkembang hingga beberapa hari belakang. Terjadi di hampir semua kanal media: YouTube, X, Facebook, TikTok, dan pemberitaan online.
“Jika puncak pembicaraan saat ini berada di antara tanggal 15 dan 16 (April)… Tanggal 16 adalah yang tertinggi, dengan lebih dari 3.000 posting mengenai hal tersebut,” jelas Rizal.
Jumlah total akun yang berpartisipasi dalam diskusi tentang masalah ijazah palsu Jokowi di platform X selama enam bulan terakhir adalah 13.434. Kemudian, Drone Emprit berhasil mendeteksi bahwa ada sekitar 3,9 ribu akun dari angka tersebut. Dari jumlah deteksi itu, 77,6% dikategorikan sebagai akun organik dan 9,9% lainnya dinyatakan sebagai akun buatan. Sedangkan sisa 29,2%, belum dapat ditentukan status keasliannya sehingga sulit digunakan sebagai dasar penilaian apakah perdebatan oleh para pengguna ini murni berasal dari interaksi alami atau justru dipaksakan.
Inti dari pembicaraan dan interaksi di X serta platform media sosial yang lain hampir tak memiliki perbedaan signifikan. Isi ceritanya konsisten, begitu pula dengan akun-akunnya. Hanya terdapat sedikit variasi dalam hal sentimen positif atau negatif menurut pendapat Rizal.
Presentasi dari sentimen negatifnya mencapai 78%, yang berarti kecenderungan untuk mempercayai bahwa ijazah Jokowi adalah palsu. Sementara itu, persentase sentimen positifnya adalah 21% dan sisanya yaitu 6% memiliki pendapat netral.
Sebaliknya, menurut Rizal, nada negatif biasanya tidak melebihi 40%. Namun kali ini, isu ijazah palsu semakin meluas dan menjadi lebih dominan.
Tudingan terhadap Rizal lantaran tak adanya penentangan atau narasi alternatif. Kondisi ini berubah di tahun 2014 dan 2023 dengan munculnya aktivis media sosial seperti Denny Siregar sampai Permadi Arya yang gigih menyebarkan tweet balasan.
“Kini jumlah akun yang berkomentar mengenai [ijazah palsu], terutama yang mendukung Jokowi dan bersikap positif terhadapnya, telah menurun secara signifikan. Hal ini menyebabkan diskusi-diskusi negatif malah meningkat,” ungkap Rizal.
Halangan berbeda dalam insiden terkini ini adalah kapabilitas untuk merangkul sejumlah besar individu dan membentuk demonstrasi fisik, mulai dari berkunjung ke UGM hingga sampai di kediaman Jokowi.
“Dari medsos berpindah ke
offline conversation
. Dari
online conversation
sebagai gerakan sosial,” lanjut Rizal.
Hingga Kapan Kasus Ijazah Palsu akan Berlanjut?
Tidak ada yang dapat mengonfirmasi kapan masalah ijazah palsu Jokowi akan selesai. Meskipun dia sudah tidak menduduki posisi presiden. Sama seperti pola cuaca, hal ini diyakinai bakal timbul di periode-periode tertentu.
Mantan Pengacara Bambang Tri, Ahmad Khozinudin, menegaskan bahwa kekhawatiran terkait ijazah Jokowi tidak akan terselesaikan selama belum adanya keputusan dari pengadilan. Kendati demikian, masalah ini semakin rumit karena pihak yang mengajukan gugatan justru dinyatakan sebagai tersangka, sehingga membuat mereka gagal membuktikan tuduhan tersebut di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
” Kenapa tidak diselesaikan? Karena pengadilan never mencapai inti perkara,” ujar Khozinudin, Kamis (17/4).
Rismon juga menyebutkan bahwa masalah ijazah palsu yang melibatkan Jokowi akan terselesaikan jika UGM dengan jujur memberitahu publik tentang hal tersebut. Tidak harus merah-merahapi atau menyembunyikannya. Menurut Rismon, sampai saat ini UGM masih enggan untuk memperlihatkan ijazah milik Jokowi.
Sebaliknya, lanjut Rismon, UGM yang merupakan salah satu universitas ternama di tanah air haruslah lebih terbuka. Tidak perlu menolak begitu saja. Tim Rismon dan kawan-kawannya telah berkunjung ke UGM beberapa hari yang lalu tetapi tidak berhasil mendapat salinan ijazah Jokowi.
“Jadi saya selalu berkata, hentikan saja, bukakan semuanya, sulitkah jika memang sesungguhnya begitu? Jika memang seperti itu, seharusnya transparan. Jika memang ada hal-hal yang disembunyikan, maka harus dihindari,” jelas Rismon.
Drone Emprit berpendapat bahwa membuka ijazah aslinya Presiden Jokowi takkan menyelesaikan perdebatan terkait hal itu. Sebaliknya, ini mungkin justru meningkatkan spekulasi dan diskusi di publik.
Rizal memberikan contoh beberapa isu negatif yang menghadang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tak lama setelah ia pensiun sebagai presiden. Isu-isu tersebut meliputi tuduhan pernikahan sebelum masuk Akademi Militer dan dugaan adanya tatto pada putranya, Edhie Baskoro Yudhoyono atau biasa disebut Ibas.
Rizal menyatakan bahwa masalah-masalah itu tidak pernah direspon oleh SBY ketika ia masih berada dalam posisi sebagai Presiden. Hanya setelah dia mengundurkan diri dari jabatan tersebutlah mereka mulai memberikan respons serta membalas tuduhan yang ada. Penyangkalan yang diberikannya sempat membantu meredakan situasi untuk sementara waktu tetapi kemudian isu kembali muncul beberapa kali kemudian.
“Melalui Presiden SBY, kita mengetahui bahwa saat isu tersebut direspon, malahan ia menjadi sorotan masyarakat. Malahan dibicarakan dengan aspek negatif yang selalu dipertahankan,” ungkap Rizal.
Akhirnya Rizal mengambil kesimpulan bahwa, baik Jokowi merespons atau tidak tentang tuduhan ijazah palsu, masalah ini masih akan tetap ada dan menjadi perhatian publik. Ia bakal dikenang sebagai sebuah rumor meski keaslian informasi tersebut diragukan. “Yang dipelihara dari rumor adalah emosi, bukan fakta kebenaran,” ungkap Rizal.
“Meski telah menunjukkan [ ijazahnya ], masih terdapat ruang bagi orang lain untuk meragukannya,” katanya tambahan.
Rismon tetap akan memperjuangkan pembuktian keraguannya tentang legalitas ijazah Jokowi walaupun dia bisa saja diproses kembali karena diduga mencemarkan nama baik. Dia tidak takut dan juga tidak peduli jika usahanya itu dianggap memiliki motif politis.
“Lihat dulu apa sebenarnya yang memotivasi saya. Saya tidak berpolitik,” ujar Rismon.
Target primer Rismon adalah memperbaiki citra UGM yang menjadi universitas tempatnya belajar. “Lebih baik kita mengatasinya sekarang,” tutupnya.