Skip to content

Mukjizat Al-Quran: Bagaimana Ayat 30 Surah Al-Anbiya Jelaskan Asal Usul Langit dan Bumi seperti Big Bang


AsahKreasi

– Al-Quran diwahidkan dengan berbagai kesempurna dalam menggambarkan aspek kehidupan duniawi dan akherat.

Al-Qur’an, kitab suci bagi umat Muslim, secara menyeluruh menguraikan seluk-beluk kehidupan serta memberi keterangan tentang mukjizat paling agung dan kekal yang pernah dikirimkan kepada manusia.

Seperti wahyu suci yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sekitar 1400 tahun silam, Al-Qur’an masih sangat aktual dan senantiasa menyediakan panduan sampai hari kiamat.

Sebagai suatu keajaiban, Al-Qur’an tak sekadar menjadi bukti kenabian Nabi Muhammad SAW, melainkan juga memberikan panduan hidup yang lengkap untuk setiap insan tanpa memandang zaman atau lokasi.

Mukjizat merupakan suatu keajaiban yang sangat istimewa dan di luar jangkauan pemikiran manusia, muncul sebagai tanda kenabiannya bagi seorang Rasul.


Tafsiran, Kisah serta Latar Belakang Turunnya Surah Al-Baqarah Ayat 90-100: Kebohongan Orang-orang Yahudi pada Masa Nabi Muhammad

Sepanjang catatan tentang para nabi, Tuhan telah memberikan beragam keajaiban guna memperkuat misi penyampaian pesan-Nya.

Namun, di tengah segala tanda bukti tersebut, Al-Qur’an memiliki sifat khusus yakni ketahanan dan kelangsungan yang abadi.

Kecerdasan Al-Quran tidak terikat oleh zaman tertentu atau kejadian sementara, melainkan berlaku untuk semua zamannya.

Al-Qur’an yang menjadi tanda keajaiban bersifatuniversal dan kekal, berlaku bagi semua orangtanpa terbatasan waktu. Hal ini disampaikan dalam ayat Allah:


Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami-lah penjaganya.


Interpretasi, Cerita, dan Latar Belakang Turunnya Surah Al-Baqarah Ayat 101-110, Perjuangan Misi Agama Nabi pada Zaman Itu

“Benarlah bahwa kami lah yang mengirimkan Al-Quran, serta benarlah juga bahwa kamipun adalah pelindunya.” (QS. Al-Hijr: 9)

Pasal itu mengungkapkan bahwa Al-Quran tidak hanya merupakan suatu mukjizat di masanya, tetapi juga akan selalu dipelihara keasliannya sampai akhir jaman.

Ini lah yang membedakan Al-Qur’an dari kitab suci lainnya yang telah melewati proses perubahan atau lenyap seiring dengan perkembangan zaman.

Selain itu, ada beberapa penafsiran tentang setiap mukjizat yang dipertunjukkan oleh Allah, dan hal tersebut sudah diterangkan dalam Al-Quran jauh hari sebelumnya.

Oleh karena itu, AsahKreasigin akan membahas satu keajaiban yang terdapat di dalam Al-Quran pada Surah Al-Anbiya Ayat 30, yaitu tentang Ledakan Big Bang sebagai awal penciptaan langit dan bumi.


Tafsiran, Cerita dan Latar Belakang Turunnya Surah Al-Baqarah Ayat 61-70, Kisah Pokok Sapi Betina yang Dikurbankan

Keajaiban Surah Al-Anbiya Ayat 30: Peledakkan Big Bang Sebagai Asal Usul Pembentukan Sorga dan Bumi

Banyak fakta ilmiah serta fenomena alam sudah disebutkan di dalam Al-Qur’an.

Meskipun demikian, kitab suci panduan bagi umat Islam itu diturunkan 14 abad yang lalu saat ilmu pengetahuan dan teknologi belum maju sepertihari ini.

Salah satunya adalah peristiwa penciptaan alam semesta dalam teori Big Bang.

Menurut teori ini, asal-usul jagat raya dimulai dari sebuah benda tunggal yang sangat besar (nebula primer).

Kemudian terjadilah dentuman besar atau ledakan pemisah sekunder (Bing Bang) yang mengakibatkan pembentukan galaksi yang terbagi dalam planet, matahari, bulan dan lainnya.

Di samping itu, Teori Big Bang mengungkapkan bahwa seluruh objek dalam jagat raya pada mulanya merupakan suatu kesatuan sebelum kemudian terbagi-bagi.

Hal ini mengartika bahwa seluruh materi tercipta melalui Big Bang atau suatu ledakan besar dari sebuah titik unik, kemudian membentuk alam semesta saat ini dengan proses pemisahan antara satu sama lainnya.

Meskipun demikian, jauh sebelum teori Big Bang diperkenalkan, Al-Qur’an telah menggambarkan tentang asal usul pembentukan alam semesta.

Sebenarnya pada masa tersebut, belum ada teleskop yang dapat digunakan untuk mengamati ruang angkasa. Pengetahuan tentang ilmu astronomi juga masih jauh dari perkembangan seperti sekarang ini.

Di dalam surah Al-Anbiya’ ayat 30 dari al-Qur’an, Allah SWT mengatakan:


Apakah mereka yang kafir tidak melihat bahwa langit dan bumi pada awalnya adalah satu kesatuan utuh kemudian Kami pisahkan merekanya? Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada beriman?


Bacaan Latin: Dan mereka yang kufur tidak percaya akan bahwasanya langit dan bumi pada awalnya adalah satu kesatuan utuh, kemudian Kami putuskan untuk memisahkannya. Kemudian Kami jadikan setiap makhluk hidup dari air. Maka bukankah mereka juga harus beriman?

Apakah orang-orang kafir belum paham bahwa awalnya langit dan bumi bersatu, lalu Kami memisihkannya? Kemudian Kami ciptakan semua makhluk hidup dari air. Mengapa mereka masih enggan untuk percaya?

Menurut tafsir Ibnu Katsir, Allah SWT hendak mengajukan pertanyaan pada mereka yang mengingkari ketuhanan-Nya. Beberapa di antaranya, Allah menunjuk penciptaan langit dan bumi hingga penciptaannya yang berlapis-lapis pula berikut dengan langit yang dapat menurunkan hujan hingga membuat tanah di bumi menjadi subur.

Lebih lanjut, Ibnu Katsir juga mengutip pendapat dari Attiyah Al Aufi yang mengatakan, langit pada mulanya merupakan sesuatu yang terpadu dan tidak dapat menurunkan hujan. Bumi juga merupakan sesuatu yang terpadu dan tidak dapat ditinggali makhluk hidup.

Berkat ijin Allah SWT, langit dan bumi yang awalnya satu kesatuan, perlahan terpisah dan kini berdiri sendiri-sendiri. Peristiwa ini dikenali sebagai pemisahan sebagaimana tertulis di Surah Al Anbiya ayat 30.

Adapun, penjelasan kata ratq dalam ayat tersebut diartikan sebagai suatu yang padu digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan.

Peribahasa Kami membedakan keduanya merupakan penerjemahan istilah Arab fataqa, yang mengindikasikan bahwa sesuatu timbul secara eksistensial melalui proses pemisahan atau penguraian komponen dari ratq.

Pada ayat tersebut, langit dan bumi dijelaskan sebagai objek dari sifat fatq. Mereka kemudian dipisahkan (fataqa) antara satu dengan yang lainnya. Setiap hal, termasuk langit dan bumi sebelum mereka diciptakan, semuanya tersimpan dalam suatu titik tunggal yang masih ada dalam kondisi ratq ini.

Saat itu titik tunggal itu meletus dengan kekuatan luar biasa, menghasilkan material di dalamnya pecah lepas (fataqa). Seiring berlangsungnya peristiwa tersebut, struktur serta sistem seluruh jagad raya pun mulai terwujud.

Kemudian terdapat pernyataan “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup”. Ini menjelaskan bahwa semua makhluk hidup, termasuk tanaman uniselular, tentunya memiliki kandungan air serta sangat bergantung pada air. Adapun hadirnya air merupakan petunjuk atas eksistensi kehidupan di sebuah planet. Tanpa kehadiran air, tidak mungkin bagi kehidupan untuk berkembang. Hal ini membuktikan kebenaran ayat dalam Al-Qur’an tersebut.

Bila kita membandingkan interpretasi dari ayat itu dengan beragam temuan ilmiah, maka dapat dipahami betul bahwa kedua hal ini sebenarnya saling menunjuk pada kesamaan.

Berikutnya di surah Az-Zariyat ayat 47: “Dan langit yang telah Kami bangun berdasarkan kekuasaan Kami, sungguh Kami lah Yang memperluasnya.”

Istilah “langit” dalam hal ini merujuk pada seluruh jagat raya. Al-Quran menyinggung tentang ekspansi atau pertumbuhan alam semesta tersebut. Ini sesuai dengan temuan ilmiah terkini kita.

Wallahu’alam bishawab

(*)


Sumber: Tafsir Ibnu Katsir, Surah Al-Anbiya’ ayat 30, Jilid 5, halaman 339/ Terjemahan Al-Quran QS. Al-Anbiya'[21]: 30.


Baca artikel AsahKreasilainnya di
Google News

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *