Skip to content

Menyelami Piton Reticulatus: Kecantikan Berbahaya yang Sulit Dilepaskan


SURABAYA, AsahKreasi

– Walaupun tidak termasuk dalam kategori ular beracun, ular piton dapat dengan mudah mengakhiri mangsanya dikarenakan kekuatan pelintirannya yang dahsyat.

Ada banyak ragam serta ciri khas ular piton.

Namun, yang paling umum ditemui di Indonesia adalah piton reticulatus, sementara orang Jawa biasanya mengenalnya sebagai sanca kembang.

“Salah satunya adalah ular piton yang sangat cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar kita,” jelas penggemar reptil dari Surabaya, Reo Prahara Romantika.

Ular piton varietas sanca kembang menampilkan corak kulit yang indah mirip dengan batik berbentuk bungan-bungaan.


Umumnya, memiliki warna yang terang dan mencolok serta dapat menyatu dengan lingkungannya seperti melakukan kams flas.

(Note: It seems like “kamus flas” might be intended as one word or term which I’ve kept unchanged.)

“Seperti halnya dengan pohon-pohon, ia memiliki corak yang hampir menyerupai tekstur kayu karena pola batik berwarna coklat,” jelasnya.

“Cara bergeraknya pun berbeda. Jika ular biasanya cepat, maka piton lebih lambat kecuali saat dalam bahaya. Mereka juga memburu makanan di malam hari karena bersifat nokturnal. Ketika semakin sunyi, mereka baru menjadi aktif,” katanya.

Tidak seperti ular piton lainnya yang perlu mengatur suhu tubuh untuk beradaptasi, piton reticulatus dapat bertahan di segala tempat.

Wajar saja jika para peternak sering menjaga ular tersebut.

Bila kobra dikenal karena bisa racunnya yang mematikan, maka ular piton layak dinobatkannya sebagai sang “raja ikat”.

Melilit merupakan metode yang digunakan ular piton untuk menjerat mangsanya.

“Terutama manusia yang kerap kali menjadi korban mereka. Ular piton tersebut menewaskan mangsa dengan metode mengelitik,” katanya.

Semakin besar seekor ular piton, semakin tinggi juga risikonya. “Jika sudah melebihi tiga meter dalam panjangnya, itu sangat berbahaya,” ungkapnya.

Reo menjelaskan bahwa piton akan mengelilingi mangsa sampai binatang tersebut tewas, baru kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya.

“Mereka memulai makanan mereka dengan bagian kepalanya terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke bagian lain,” jelasnya.

Pada masa kemarau, saat cuacanya sangat panas dan terik, ular piton cenderung mengintai di saluran air untuk menangkap mangsanya seperti tikus.

Akan tetapi, ketika musim hujan tiba dan gorong-gorong sudah dipenuhi air, mereka akan ganas memasuki dalam rumah penduduk.

Ular piton kerap kali menerobos wilayah pemukiman penduduk sampai ke bagian interior rumah dan bersembunyi di atap plafon. Mereka biasa merayap di dinding-dinding tersebut.

“Piton snakes entered through the ceilings, even inside the toilets. Berbeda dengan ular sawah yang biasanya masuk melalui celah-celah pintu atau jendela. Yang ini malah datang dari atap plafon,” katanya.

Di luar alasan terkait iklim, kedatangan ular piton di area pemukiman penduduk pun dipicu oleh penghancuran ekosistem mereka, yaitu hutan.

“Secara keseluruhan, mereka bisa ditemukan dimana saja. Namun karena saat ini hutan menjadi lebih langka dan banyak digunakan untuk permukiman manusia, maka mereka terpaksa menyembunyikan diri,” jelasnya.

Bukan hanya itu saja, lingkungan hayati binatang dalam hutan yang terus menyempit membuat ular piton perlahan-lahan kehilangan sumber makanannya seperti rusa, babi hutan, buaya, elang, serta kijang.

Mereka mencari makanan dengan menjejaki pemukiman tersebut.

Piton biasanya memburu hewan ternak sebagai makanan, termasuk bebek, ayam, kucing, serta kambing.

“Apabila berkaitan dengan ayam, biawak pun memangsanya. Sedangkan untuk unggas berukuran besar umumnya menjadi mangsa, anak-anakannya seringkali dimangsa oleh ular kobra,” jelasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *