AsahKreasi, JAKARTA – Angka kasus autisme global semakin meningkat dari waktu ke waktu. Terdapat sebuah kebiasaan tertentu yang dapat menyebabkan munculnya tanda-tanda autisme pada anak-anak yang sebelumnya tidak memiliki kondisi tersebut.
Keadaan itu melibatkan pemakaian perangkat elektronik seperti smartphone dan tablet secara berlebihan, hal ini mampu mengakibatkan beberapa tanda-tanda autis pada buah hati yang sebetulnya dapat dicegah.
Dr. Amanda Soebadi dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Neurologi IDAI spesialis anak menyatakan bahwa autisme berada pada spektrum kondisi neurologis atau perbedaan dalam kerja otak yang dapat memengaruhi proses pembangunan diri seseorang.
Ibu Hamil Dilarang Memakan Seafood karena Menyebabkan Autism pada Anak: Mitos Atau Fakta?
Menurut data WHO, pada saat ini satu dari setiap 58 anak di seluruh dunia didiagnosa menderita autisme, dengan jumlah tersebut semakin bertambah tiap tahunnya. Akan tetapi, untuk Indonesia sendiri belum tersedia statistik prevalence yang jelas.
Sementara itu, penyebab pastinya masih belum dipahami secara tuntas. Berbagai elemen yang berkontribusi pada hal ini muncul dari kombinasi genetika serta kondisi sekitar.
:
Diabetes Selama Kehamilan Bisa Meningkatkan Risiko Autisme dan ADHD Pada Anak
Autis dicirikan oleh ketidakmampuan dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan sosial, minat yang sempit, serta perilaku yang bersifat membosankan atau selalu di ulang seperti menepukkan tangan, memukul permukaan meja, ataupun gerakan tubuh lainnya.
Pada masa kini di mana teknologi sangatlah canggih, banyak orangtua yang memperkenalkan peralatan elektronik kepada anak mereka dari usia dini, terutama saat bayi baru belajar untuk makan.
:
Penderita Autism Diperkirakan Tetap Meningkat
Penyerahan peralatan elektronik, seperti telepon seluler, komputertablet, atau izin untuk menonton TV seringkali dijalankan dengan maksud supaya si kecil menjadi lebih tenang. Akan tetapi, bila tidak dikendalikan maka buah hati Anda mungkin akan memperlihatkan tanda-tanda dari kondisi yang disebut sebagai Autism Terbawa Layar Lebih Serius.
Apa itu Virtual Autisme?
Dokter Amanda menyatakan bahwa Virtual Autis merupakan suatu pola tingkah laku yang menyerupai autisme pada balita yang telah banyak mengonsumsi konten di perangkat elektronik sejak kecil.
Beberapa tanda-tanda yang serupa dengan autisme meliputi:
– Hambatan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi
– Muncul perilaku repetitif
– Perilaku yang kurang baik
“Gejala-gejalanya kadang dapat mencapai standar diagnosa. Akan tetapi, hal tersebut sebenarnya bisa dicegah sepenuhnya dan tak menyebabkan anak benar-benar menderita autisme,” jelasnya saat Media Briefing virtual pada hari Selasa (15/4/2025).
Amanda mengatakan bahwa tingkah laku tersebut dapat timbul jika si anak terpajan dengan perangkat gadgets melebihi setengah waktu ketika mereka sadar dalam satu hari.
“Sebagai contoh, jika seorang anak bangun pukul 07.00 dan tidur pada pukul 21.00, berarti dia memiliki waktu 14 jam dalam keadaan terbangun. Jika lebih dari setengah waktunya digunakan untuk menonton TV atau melihat telepon genggam, itu tidak diperbolehkan,” katanya.
Di samping itu, situasi serupa dapat timbul apabila perangkat elektronik mengambil alih interaksi langsung serta hubungan antara anak dengan dunia sekitarnya. Sebagai contoh, para orangtua cenderung menyerahkan gadget daripada diajak berkomentar atau izin pada anak untuk bereksplorasi secara mandiri.
Maka, apakah perbedaan antara Virtual Autisme dan Autisme?
Selanjutnya, Amanda menyebutkan bahwa perbedaan antara autisme sebenarnya dengan Virtual Autisme terletak pada kemampuannya untuk ditingkatkan dan dicegah.
“Bila tanda-tandanya segera dideteksi dan diantisipasi dengan membatasi penggunaan gadgets pada anak, tingkah laku mereka dapat meningkatkan kualitasnya secara cepat. Namun, hal ini berbeda dengan kasus autisme,” ungkapnya.