AsahKreasi
– Mbok Yem, orang dengan nama penuh Wakiyem yang dikenal juga sebagai “Legenda Gunung Lawu,” telah meninggalkan kita pada Rabu (23/4/2025).
Pemilik kedai di puncak Gunung Lawu meninggal dunia ketika berusia 82 tahun.
Pada bulan Maret kemarin, Mbok Yem turun dari pegunungan sambil digendong karena sedang sakit.
Dia dirawat di Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo akibat pneumonia.
Mbok Yem juga pernah mengalami kesulitan bernapas sehingga kunjungan tamu harus dibatasi pada waktu tersebut.
Beberapa pendaki juga mengucapkan doa untuk Mbok Yem.
Beberapa orang juga berkunjung ke rumah sakit untuk menemuinya.
Dapat dikatakan bahwa Mbok Yem adalah seorang pahlawati khusus untuk para pendaki.
Warung milik Mbok Yem seperti oase di gurun pasir. Ia dengan senang hati menyiapkan makanan untuk para pendaki yang berhenti meski sudah larut malam.
Demi pendaki bisa makan
Dedikasi Mbok Yem dalam mengurus tamu-tamu di warungnya tidak bisa dipertanyakan.
Saat merawat warung, Mbok Yem menyatakan sering kali ia memaksa dirinya bekerja walaupun dalam keadaan tidak sehat.
Dia masih menyiapkan telur goreng untuk para pendaki yang tiba di puncak pada malam hari.
Meskipun sudah sampai pukul 02.00 dini hari, Mbok Yem masih menyediakan makanan apabila ada yang berkunjung ke warungnya.
“Kemarin saya mengalami sakit gigi dan tidak dapat tidur. Terkadang hingga pukul 12 malam pun belum terlelap. Sampai pada pukul dua pagi, saya masih memasak telur untuk para pendaki yang merasa lapar. Hanya ketika lelah, akhirnya saya tertidur,” ungkap Mbok Yem ketika ditemui di bulan Maret kemarin.
Putra dari Mbok Yem, Saelan, merasa powerless ketika melihat ibunya tetap keras kepala untuk terus berdagang walaupun umurnya telah mencapai 82 tahun.
“Dilarang pula tak dapat sebab bila di tempat tinggal, cara mana orang-orang yang mendaki gunung boleh makan,” katanya.
Saelan menyatakan bahwa hati nurani orang tuanya tak lagi terpikirkan oleh keuntungan atau kerugian dari penjualan di Puncak Gunung Lawu.
Biaya untuk mengangkut beban berassemba seberat 35 kilogram ke puncak dapat mencapai Rp 500.000.
“Saelan mengatakan bahwa mereka menyadari betapa pentingnya bagi Simbok untuk fokus pada penjualan dibandingkan keuntungan,” katanya.
Ketika Mbok Yem jatuh sakit pada bulan Maret kemarin, kedai miliknya masih terus berjalan.
Walaupun terlihat biasa, namun warung Mbok Yem menyimpan berbagai cerita untuk mereka yang telah mendaki Gunung Lawu sebelumnya.
Satu dari sekian pilihan masakan yang ditunggu-tunggu adalah nasi pecel.