Your cart is currently empty!
AsahKreasi
Setelah Paus Fransiskus wafat, Vatikan akan menyelenggarakan Konklaf untuk menunjuk penggantinya pada hari Rabu (7/5/2025).
Dalam voting pertama, 133 Kardinal masih belum menemukan titik temu. Ini terlihat dari asap hitam yang muncul dari atap Kapel Sistina.
Pemilihan berlanjut dengan pemungutan suara lagi oleh para Kardinal pada hari Kamis (8/5/2025).
Walaupun cara memilih pemimpin bagi Gereja Katolik di seluruh dunia nampak sangat demokratis, posisi itu masih patuh pada peraturan khusus mengenai gender atau jenis kelamin.
Sepanjang sejarah, posisi Paus selalu diduduki oleh pria dan belum pernah ada wanita yang mengemban jabatan tersebut.
Maka, apakah mungkin bagi seorang wanita untuk menjadi Paus?
Sebagaimana diberitakan
Times of India
, Khamis (8/5/2025), mengacu pada dogma Gereja Katolik, wanita tidak bisa menjadi Paus.
Ketua Gereja Katolik mengharuskan orang tersebut berjenis kelamin laki-laki, sudah diber baptisan, serta telah diordain menjadi imam (pasteur).
Saat ini, Gereja Katolik tidak menganugerahkan penghormatan imamat kepada wanita.
Batasan tersebut berdasar pada interpretasi Gereja tentang keputusan Yesus memilih Rasul-Rasul yang semuanya adalah laki-laki, sehingga tradisi kepriastaan setelah itu pun tetap dijalankan oleh para laki-laki.
Sepanjang sejarah, seluruh Paus yang telah menduduki jabatan ini merupakan pria.
Menurut katekismus Gereja Katolik, diketahui bahwa Yesus Kristus menunjuk 12 rasul lelaki, yang selanjutnya mengikutinya dengan menunjuk lelaki lain.
Gereja Katolik menyatakan bahwa tradisi tersebut bersifat mengikat dan perlu dipertahankan.
Aturan tentang kualifikasi untuk menjadi Paus lebih banyak berdasar pada sejarah ketimbang dogma agama.
Paus Callixtus III, yang dilantik tahun 1455, menjadi Paus terakhir yang tidak berasal dari golongan imam, sementara Urbanus VI, yang dipilih pada 1378, menandai era dimana imam terakhir kali naik takhta tanpa sebelumnya menjadi kardinal.
Di samping itu, pelarangan wanita dari jabatan Paus berhubungan dengan tradisi gerejawi Katolik yang telah lama mengizinkan hanyalah pria saja dalam panggilan keimaman.
Sebagaimana ditegaskan dalam Hukum Kanon (Kanon 1024), menyatakan bahwa hanya laki-laki yang telah dibaptis yang dapat ditahbiskan menjadi pelayan suci.
Sebagimana diberitakan
Al Jazeera
, Selasa (6/5/2025), Paus Fransiskus menunjuk wanita-wanita untuk memegang posisi-posisi strategis di Vatikan.
Ketika Paus Fransiskus terpilih pada 2013, ia sempat menghadapi kritik saat memperluas peran perempuan dalam Gereja Katolik Roma.
Paus Fransiskus membuka akses bagi perempuan untuk terlibat dalam pertemuan-pertemuan penting.
Wanita diberi peluang untuk mengambil posisi tinggi di dalam jajaran birokrasi gerejawi sentral, termasuk penunjukan wanita pertama yang menjadi kepala dalam administrasi Vatikan.
Untuk sejumlah orang, hal ini diartikan sebagai langkah maju signifikan untuk lembaga yang sungguh-sungguh tradisional.
Akan tetapi, bagi sebagian besar orang lainnya, tindakan-tindakan itu masih dirasakannya kurang memadai guna menciptakan gereja yang sungguh-sungguh inklusif.
Pada saat ini, para Kardinal sedang melangsungkan Konklaf guna menemukan penggantian bagi Paus Fransiskus yang telah wafat pada tanggal 21 April.
Masalah peranan wanita dalam Gereja pada masa kini masih sangat sensitive untuk dibahas.
Pertanyaan yang diajukan kepada para Kardinal usai pemilihan Paus baru adalah tentang apakah mereka akan meneruskan jejak Paus Fransiskus atau tidak.
Tak hanya itu, ada pula ketakutan bahwa Paus yang baru kelak malah dapat mencabut usaha Gereja Katolik untuk menjadikan diri sebagai wadah inklusif bagi wanita dalam mengekspresikan peranan mereka.
“Perempuan tidak menginginkan hal-hal yang terlalu besar,” kata Kate McElwee, Direktur Eksekutif dari Konferensi Ordinasi Wanita, yaitu suatu organisasi tanpa tujuan laba yang berusaha untuk melindungi dan mendukung hak wanita dalam gereja tersebut.
“Terdapat ketakutan bahwa pemilihan Paus selanjutnya bisa menjadi kemunduran, meskipun ada ekspektasi besar untuk melanjutkan usaha mencapai keterlibatan wanita yang lebih luas,” katanya seperti dilansir dari Al Jazeera.
Leave a Reply