Meyakinkan penampilan pembalap Ducati Lenovo, Marc Marquez, di awal musim MotoGP 2025 mulai menarik perhatian mereka yang sebelumnya meragukan kemampuannya.
Marc Marquez terus menghimpun kendali penuh dalam empat putaran balapan yang sudah dilangsungkan di MotoGP 2025.
Dari seri Grand Prix Thailand sampai Grand Prix Qatar, Marquez terus berhasil memperoleh hasil yang positif.
pole position
dan meraih Sprint sebanyak empat kali berturut-turut.
Pada saat perlombaan utama, ia hanya sekali saja tidak berhasil finish di posisi pertama, hal ini terjadi ketika dirinya telah unggul signifikan atas para pesaingnya pada balapan GP Amerika.
Marquez jatuh karena kehilangan keseimbangan akibat mengikuti irama tingkat tinggi yang susah untuk diserasikan sehingga menjadi kurang teliti saat menaklukkan medan tersebut.
kerb
yang licin.
Performa luar biasa tersebut menyadarkan mereka yang sebelumnya meragukan kemampuannya, bahwa Alien masih memiliki potensi besar meskipun sudah melewati masa sulit akibat cidera berkepanjangan.
Satu yang lainnya adalah tokoh berpengalaman dari dunia MotoGP, Carlo Pernat.
Lelaki yang sebelumnya menjabat sebagai manager baik untuk tim maupun pembalap tersebut cukup berani menyuarakan kritikannya terhadap keputusan Ducati memperkenalkan Marc Marquez.
Tentu saja, pembalap yang dikelola oleh Pernat turut jadi korban, yakni Enea Bastianini. La Bestia harus meninggalkan tim resmi Ducati akibat kehadiran Marquez.
Untuk Marquez, Ducati mengesampingkan kedua bakat muda yang telah direkrut sejak awal karier yakni Bastianini dan Jorge Martín. Kedua pembalap ini pada akhirnya memilih untuk berpindah tim.
Sebelum Marquez, Martin merupakan pembalap yang mengancam posisi Bastianini di klasemen.
Gorila, meski berstatus sebagai runner-up musim lalu dan puncak klasemen ketika dipromosikan ke tim utama, dianggap belum cukup bagi Martin untuk mengungguli popularitas Marquez yang terkenal.
“Memilih Marquez berarti Gigi Dall’Igna kehilangan seluruh pembalap muda yang pernah ia latih,” ungkap Pernat beberapa waktu lalu, sebagaimana dikutip dari sumber tersebut.
Paddock-GP
.
Marquez telah mencapai usia 32 tahun dan tak lagi sebaik dahulu. Saya percaya ia bisa menjadi beban bagi tim kami. Meskipun demikian, ini adalah keputusan yang rasional namun memiliki risikonya.
Setelah kemenangan terkini yang diraih Marquez di GP Qatar, Pernat, tidak lagi menjadi manajer Bastaninini karena alasan kesehatan, berubah pikiran.
“Bila diperlukan untuk disampaikan, Grand Prix Qatar mengingatkan kita bahwa Marc Marquez sudah pulih seperti sebelum dia terjatuh,” ujar Pernat, demikian diambil dari AsahKreasidari
GPOne
.
Kariernya dari Marquez pernah hampir terganggu akibat cidera usai mengalami kecelakaan pada balapan GP Spanyol tahun 2020 ini, tak lama setelah ia menyelesaikan salah satu musim paling gemilang demi meraih gelarnya yang ketujuh.
Dia melalui tahapan pemulihan yang luar biasa. Dia memilih serta mendambakan memiliki motoryang paling unggul, dan kini sang rider ternama sedang menunggangi kendaraan terpilih tersebut, ini pun menjadi buktinya.
“Pergelaran perlombaan disesuaikan dengan keinginannya sendiri. Terlebih lagi, pengaturan ban belakang menjadi prioritas utamanya. Dan di puncak lomba, saat dia memutuskan untuk tampil maksimal, maka dia akan berlari kencang hingga meraih kemenangan telak,” jelas Pernat.
Lelaki yang menandatangani kontrak perdana Valentino Rossi untuk lomba tersebut adalah
grand prix
Terus menghargai hal itu dengan menyatakan bahwa Marquez akan sangat susah untuk ditumbangkan di sepanjang musim ini.
Marquez disebutkan sudah mengenali kembali identitas aslinya seolah-oleh dia masih berada di tim Honda.
“Di tahun ini, mengalahkan Marc akan menjadi tantangan berarti. Ia telah pulih dan kembali ke performanya yang terbaik, hanya dengan begitu,” ujar Pernat.
“Ia melakukan apa yang ia inginkan dan mengelola balapan seperti yang ia inginkan,” ujarnya.
Keberhasilan Marquez dalam Grand Prix Qatar semakin mengesankan karena trek tersebut diyakini lebih sesuai bagi pesaingnya dan juga temannya satu tim, Francesco Bagnaia.
Bagnaia menyelesaikan lomba di urutan kedua (menjadi ketiga setelah dikenakan hukuman waktu kepada Maverick Vinales), berkat awal balapannya dari posisi ke-11 yang disebabkan oleh jatuhnya dia selama sesi kualifikasi.
Meski Marquez berhasil memenangkan lomba Sprint, Bagnaia mengalami kesulitan dan akhirnya finish di urutan kedelapan.
“Prestasi Pecco (Bagnaia) memang telah diprediksi, namun sayangnya dia tidak berhasil meraih poin di lomba Sprint,” ujar Pernat.
Ketika bersaing di lomba, dia juga sangat handal karena berhasil start dari urutan ke-11 dan mencapai podium, hal yang tidak bisa dilakukan tanpa kemampuan menghadapi para pembalap serta motornya yang tangguh.