AsahKreasi
Video monolog Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka di Youtube kembali memantik polemik.
Sempat dikabarkan, video tersebut mendapat respons negatif dari warganet. Hal ini terlihat dari jumlah dislike atas video tersebut.
Bukan cuma kritik pedas sampai umpatan yang diterimanya, sang anak dari mantan Presiden Republik, Joko Widodo alias Jokowi tersebut pun mengalami penolakan besar dari publik.
Bahkan, jumlah dislike dalam video berjudul ‘Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia’ itu terus bertambah setiap harinya.
Kini, netizen kembali membahas video tersebut. Mereka bingung karena ada yang aneh pada video monolog Gibran Rakabuming Raka di Youtube.
Video yang membahas soal ‘Bonus demografi bagi Indonesia’ tersebut, kini mendulang respons positif yang ditandai oleh jumlah like yang mencapai 47K atau 47 ribu.
Banyak yang heran dengan jumlah views dan like yang diperoleh dari video tersebut.
Peristiwa itu nampak melalui kotak komentar dalam video monolog yang dibagikan Gibran via kanal YouTube-nya sendiri @Gibran Rakabumbing pada hari Sabtu, 19 April 2025.
Banyak pihak juga telah merespons hal itu.
Melalui cuitan di Twitter-nya @msaid_didu, laki-laki dengan nama lengkap Muhammad Said Didu tersebut juga memberikan komentar tentang Gibran.
Pada unggahannya, Sadid Didu merespons posisi dari akun @bospurwa yang telah membagikan screenshoot video YouTube milik Gibran.
Dia menggarisbawahi bahwa jumlah likes yang mencapai 47.000 sangat tidak seimbang dengan total viewer yang hanya berjumlah 3.993 orang.
Said Didu mengatakan, ‘Menurunkan kebiasaan berbohong dan menipu?’
Postingan yang dibagikan oleh Said Didu mendapat respon positif dari banyak orang.
Banyak orang setuju dengan pandangan Said Didu, sementara beberapa di antaranya merasa penasaran tentang gambar yang ia bagikan.
@GGivenlyGo: Informasi yang beredar di media justru diturunkan kepada generasi muda. Seolah-olah seluruh rakyat itu bodoh dan tidak tahu apa-apa.
@Widyawa64704930: Ciri-ciri orang munafik adalah sebagai berikut: ketika bicara maka dia berbohong, apabila memberikan janji tidak menepatinya, dan bila dipercayai akan mengkhianati kepercayaan tersebut.
@Nihann_01: Memang bohong dan tipu-tipu dapat diturunkan juga, Pak @msaid_didu. Penyampaiannya dilakukan lewat pendidikan, kebiasaan, serta memberi teladan. Seperti yang dikatakan dalam peribahasa itu: buah tidak akan jatuh terlalu jauh dari pokoknya.
@EdiKeceput2: Sangat aneh views 4k-nya sampai bisa mencapai seperti 40k, ini berarti ada kecurangan di sana… Begitu pula dengan karakter dan ciri khas Dinasti Mulyono.
Hahaha, mengerti saja sih, satu-satunya jalan untuk menjaga egoku cuma dengan berbohong… manusia telah ditakdirkan sehingga hatinya tidak pernah ragu untuk berkelit pada kebenaran.
Menilik postingan @bospurwa, tangkapan layar Youtube Gibran video berjudul ‘Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia’ diduga diambil beberapa hari setelah video diunggah.
Sejak minggu ini, tepatnya pada hari Minggu (27/4/2025), video tersebut sudah disaksikan oleh lebih dari 1,3 juta orang.
Unggah Video tentang Demografi, Gibran Justru Dikecam
Tindakan inovatif yang diambil oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka sepertinya tak disambut positif publik.
Mengenai hal tersebut, Upanya mencoba memberi kesadaran kepada publik tentang kepentingan bonus demografi untuk Indonesia tetapi malah mendapat perlakuan penguntitan.
Penolakan itu terlihat dari video monolog yang diunggah putra mantan Presiden Republik, Joko Widodo atau Jokowi itu lewat akun Youtube pribadinya @Gibran Rakabuming.
Dalam video yang diunggahnya pada Sabtu (19/4/2025), Gibran mengunggah sebuah video berjudul ‘Generasi Muda, Bonus Demografi dan Masa Depan Indonesia’.
Dalam kurun waktu kira-kira enam menit, Gibran menyampaikan pemikirannya tentang bonus demografi di Indonesia beserta dengan peluang serta tantangan-tantangannya.
Menurut dia, Indonesia saat ini sedang menghadapi titik penting yang akan mempengaruhi nasib negara ke depannya.
Melihat berbagai macam tantangan dunia yang telah ada di depan mata kita, seperti perselisihan perdagangan antara AS dan China, konflik di Eropa serta beberapa masalah terkait politik internasional dan perubahan iklim.
Walaupun ceritanya yang disampaikan oleh Gibran cukup memukau, sebagian besar orang malah memberi komentar tentang gerak tubuh dan cara bicara Gibran dalam videonya tersebut.
Bukan hanya itu saja, melainkan rakyat netizen malah lebih fokus pada perhitungan likes dan dislikes dalam video tersebut daripada memikirkan makna sebenarnya dari pesan Gibran.
Salah satunya adalah Maudy Asmara melalui akun Twitter-nya @Mdy_Asmara1701 pada hari Senin (21/4/2025).
Dia memposting screenshot dari analisis statistik videonya yang berisi monolog Gibran.
Dua hari setelah videonya diunggah, yaitu sampai Senin (21/4/2025) pukul 13.00 WIB, klip Gibran dikatakan sudah disaksikan oleh lebih dari 280.000 orang.
Dari para pemirsa yang menonton videonya, tercatat 2.600 orang mengklik suka atau memberi likes.
Sedangkan yang tidak menyukai video atau dislike tembus hampir 30.000 orang.
Angkanya ditemukan meningkat menjadi dua kali lipat dibandingkan dengan pengamatan hari sebelumnya, yaitu di mana 1.800 orang memberi likes dan 12.000 lainnya menunjukkan ketidaksukaan mereka.
Maudy Asmara menulis di Senin (21/4/2025) bahwa jumlah dislikes yang tidak terlihat di YouTube ternyata melonjak menjadi 28K setelah diperiksa.
Tak hanya Maudy, video monolog Gibran pun diserbu masyarakat.
Mereka menuliskan beragam komentar negatif di dalamnya.
Satu di antaranya adalah mengkritik kemampuan komunikasi publik Gibran.
@deliyagendhis4245: Siapa yang Kesini cuma mau liat komen2 tp skip isi video nya coba cung
@rsydnrdn: Anda jangan pernah sekali kali berpikir bahwa video anda ini keren atau menginspirasi
@FidoVito-y5o: 90% dari komentar yang ada bersifat negatif. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat tidak mendukung Gibran sebagai calon wakil presiden.
@NSaysSilly: aku langsung menontonnya sampai situ dan melanjutkan ke bagian komentar, keren sekali.
@audiraafian: Salut sama editornya kuat ngedit video ini sambil liat muka doi selama berjam jam
@WildanKhatami23: bang fufufafa bikin teks naskah pake chatgpt apa gemini?
@muhammadtoha9094: Kosongnya natural
@mirfan2007: ini persis powerpoint kelas anak SMA sih, cuma meperjelas yang sudah jelas, dan sama sekali tidak mau menyebut pemerintah sebagai yg bertanggung jawab memajukan perekonomian wkwkw
@mikoanjasmoro: Bonus demografi: Pekerjaannya disodorkan oleh orangtua
@EineLernende: Di sini lo mengapresiasi film Jumbo, tapi belakangan aktualisasi lo dan orang2 pemerintahan malah membuat para animator hampir sekarat dengan maraknya kalian menggunakan animasi AI. Apa yang dikatakan gak sejalan dengan realita.
@nidapriatna4070: Terima kasih sudah memberi contoh bahwa sekolah itu penting, nilai itu patut diperjuangkan, dan perlunya berdikari diatas kaki sendiri, bukan dibantu cari kerja mati-matian oleh orangtua.
Pesan Gibran Dalam Video Monolognya
Dalam video monolog yang diunggah di YouTube pribadinya, anak sulung mantan Presiden Joko Widodo itu mengungkapkan pandangannya.
Menurut Gibran, Indonesia saat ini berada dalam momen yang sangat menentukan di tengah tantangan global, baik itu perang dagang, geopolitik, hingga perubahan iklim.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara besar tetap harus tumbuh, lincah, dan adaptif.
“Teman-teman, tantangan ini memang ada. Bahkan begitu besar, tapi yakinlah peluang kita juga jauh lebih besar,” kata Gibran dalam video yang diunggah, Sabtu (19/4/2025).
Gibran menyebutkan bahwa lebih dari setengah populasi atau sekitar 208 juta warga negara Indonesia di antara tahun 2030 hingga 2045 akan berada dalam fase kehidupan yang produktif.
“Suatu kejadian yang muncul sekali dalam rentetan sejarah suatu negara. Peluang tersebut tak bakal kembali lagi, di mana hampir 208 juta warga kita akan mencapai tahapan produktivitas,” ucap Gibran.
Gibran berpendapat bahwa ini adalah peluang luar biasa serta kesempatan berharga untuk Indonesia.
“Bukan hanya jadi tambahan semata, atau sekedar angka statistik yang mengesankan, tetapi sebagai solusi bagi masa depan Indonesia,” lanjutnya.
Saudara kandung Kaesang Pangarep tersebut mendukung pemuda agar bersiap dengan baik, bermimpi secara ambisius, serta berani mengambil langkah inovatif.
Ia juga mengingatkan generasi muda untuk beradaptasi dan menjadi tonggak kemajuan.
“Karena penentu di era kompetisi saat ini bukan siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling cepat belajar, cepat beradaptasi, dan cepat memanfaatkan peluang,” ujar Gibran.
Di dalam video tersebut, Gibran turut mendiskusikan tentang film Jumbo yang menjadi simbol awal baru bagi industri animasi di Indonesia.
“akan disiarkan ke 17 negara Asia dan Eropa. Hal ini menandai masa depan baru bagi industri animasi Indonesia,” kata Gibran.
Gibran menyebutkan bahwa kesuksesan film Jumbo merupakan bukti keahlian pemuda-pemudi di Indonesia.
Di luar film Jumbo, katanya, bakat pemuda bangsa ini pun dapat dilihat dari prestasi Timnas Indonesia di tingkat remaja berusia 17 tahun (Timnas U-17), yang berhasil lolos kualifikasi Piala Dunia.
Menurutnya, generasi muda yang jumlahnya diperkirakan mencapai puncak antara tahun 2030 hingga 2045 bukan hanya sebagai bonus dari segi demografis, tetapi juga menjadi penentu masa depan.
“Gibran mengatakan bahwa kita dapat melihat sendiri saat ini banyak pemuda kita yang telah berada di barisan terdepan,” katanya.
Pernyataan Gibran dalam video lantas membuat publik gerah, terutama saat ia ikut menyoroti kesuksesan film animasi Jumbo yang dibuat oleh animator lokal.
Karena itu, Gibran terkenal karena rajin mempromosikan Kecerdasan Buatan (KB), yang bisa membahayakan pekerjaan para animator.
Pengguna media sosial langsung mengirimkan kritikan dan bermacam-maca menuju kanal YouTube Gibran guna menunjukkan ketidaksukaan mereka terhadap konten yang diupload melalui cara memberi dislikes.
Kolom ulasan di YouTube-nya dipadati dengan amarah para pengguna internet.
Perspektif Pakar Tentang Klip Gibran
Peneliti Senior di Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Lili Romli, mengomentari bahwa Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka sedang berusaha untuk mendapatkan perhatian masyarakat melalui rilisan sebuah video monolog yang membahas tentang bonus demografi itu.
Lili mengungkapkan bahwa perbuatan itu merupakan sesuatu yang biasa karena tindakan seorang tokoh politik seperti Gibran dipenuhi dengan motivasi politis.
“Setiap pejabat politik, terlebih lagi mereka yang berada di tingkatan Wakil Presiden, setiap tindak tanduk serta perkataan mereka umumnya mengandung unsur kepentingan politik. Hal serupa juga dialami oleh masyarakat luas yang cenderung untuk melihat hal tersebut dengan sudut pandang adanya motif politis, bukan dalam situasi tanpa konteks,” jelas Lili ketika diwawancara pada hari Minggu, 20 April 2025.
“Nah, sepertinya Wakil Presiden, lewat tim media-nya, berupaya mendapatkan perhatian publik, terutama generasi muda, dengan menyuarakan topik bonus demografi dalam bentuk pidato tunggal,” jelasnya.
Lili mengatakan bahwa motif politik tersebut menjadi lebih jelas karena biasanya Wakil Presiden hanya menanti instruksi dari Presiden saja, pasalnya Wakil Presiden berperan sebagai asisten bagi Presiden.
Akan tetapi, tindakan Gibberan yang merekam monolog tersebut diyakini semakin mengungkapkan tujuan politik di balikkannya.
Lili menyatakan bahwa monolog yang disampaikan Gibran dengan ciri teratur dan sistematisk ini adalah elemen dari taktik komunikasi politik guna memperoleh dukungan kalangan muda.
Karena itu, menggunakan bentuk monolog, Gibran bisa mengelakkan kesalahan pengucapan dan tampak lebih menarik di mata publik.
Topik bonus demografi yang dibahas Gibran pun menarik perhatian ketakutan pemuda terhadap masa depan mereka.
“Jika disajikan melalui bentuk monolog dengan bahasa yang terstruktur dan sistematisk, respons positif dari generasi muda pastinya akan menarik perhatian serta simpati mereka. Hal ini dapat membentuk modal sosial dan politik bagi calon wakil presiden di masa mendatang,” ujar Lili.
Namun demikian, Lili peringatkan bahwa video monolog Gibran berpotensi mendapat respon yang tidak menyenangkan bila dianggap sebatas sarana untuk mencitrakan diri saja.
Lebih dari itu, banyak penonton merasa bahwa gaya bicara Gibran di kehidupan nyata kurang baik dibandingkan dengan apa yang terlihat pada videonya.
Bisa jadi masyarakat bereaksi dengan cara yang kurang baik karena, sesuai yang dikenal, jika berbicara secara langsung, hal itu tidak setenar ketika membawakan sebuah monolog. Jika diinterpretasikan sebagai sesuatu yang negatif, maka biarkan saja seperti ditampik oleh angin dan dianggap hanya sebagai bagian dari upaya membangun citra diri,” ujar Lili. (Tribunpekanbaru.com/wartakota)
Artikel ini sudah dipublikasikan di
TribunPekanbaru.com
Leave a Reply