Your cart is currently empty!
Pernahkah Anda merasa sangat lelah meskipun sepanjang hari tidak melakukan apa-apa?
Hanyalah berbaring, menggulirkan media sosial, menonton seri, makan, tidur… namun perasaannya masih seperti baru saja berlari maraton. Tentu ini bukan hanya terjadi pada diri Anda.
Phenomenon ini dirasakan oleh banyak orang, khususnya kaum muda dari generasi saat ini yang dibilang lebih “acuh”, namun malah semakin sering mengalami kelelahan berkepanjangan?
ternyata, lelah tidak selalu berhubungan dengan kondisi fisik. justru, banyak di antara kita mengalami keletihan yang lebih kepada aspek emosi dan mental.
Kami mungkin dapat bersantai seharian penuh, namun pikiran kami tetap aktif. Luarannya tampak damai, akan tetapi didalam jiwa dan raga, masih menyimpan banyak beban yang belum terselesaikan.
Oleh karena itu, bersantai tidak menyelesaikan masalah jika pikiran kita dipenuhi oleh ketakutan, pemikiran berlebihan, serta harapan yang terus-menerus tanpa akhir.
Burnout yang Tidak Terlihat
Pada masa lalu, kelelahan berkepanjangan dikaitkan terutama dengan para pegawai kantor yang menghadapi tumpukan tenggat waktu dan bekerja overtime setiap harinya. Namun saat ini, kondisi tersebut tidak hanya dirasakan oleh kalangan itu saja melainkan juga dapat di alami oleh pelajar, pencari kerja, hingga individu yang belum memiliki jadwal rutin tetap.
Perbedaannya adalah, burnout ini cenderung lebih halus dan tak selalu nampak dari luar, namun sangat dirasakan di dalam. Kebiasaan atau gejala-gejalanya dapat mencakup kekurangan motivasi, cepat marah, merasa letih secara konstan, hingga penurunan antusiasme untuk hal-hal yang dulunya membangkitkan gairah.
Salah satu faktor paling signifikan adalah mental load: bebannya pikiran yang berkelanjutan meskipun secara fisik kita tetap tenang. Kita memikirkan masa depan, mengambil kata-kata dari komentar orang lain, perbandingan kehidupan di media sosial, ketakutan akan kegagalan, serta tekanan untuk mencapai kesuksesan pada umur muda.
Di platform-media online, setiap individu tampaknya menggambarkan diri mereka sebagai pribadi yang menarik, aktif, serta efisien. Namun kita sendiri? Belum beranjak dari tempat tidur, bingung dengan pertanyaan tentang alasan belum mencapai kesuksesan.
Sertakan pula perasaan bersalah akibat kurangnya produktivitas. Kami tiduran tak semata-mata untuk beristirahat, tetapi justru sebagai cara menghindar. Ketika kami mencoba menghindar, rasa bersalah tersebut turut menyusul masuk ke dalam kamarmu.
Pada akhirnya, kita lelah karena selalu merasa tidak cukup. Tidak cukup sukses, tidak cukup sibuk, tidak cukup berani, dan tidak cukup bahagia.
Saatnya Me(re)definisi Istirahat
Lelah secara mental dan emosi membutuhkan waktu istirahat lebih dari hanya tidur. Kita perlu jeda lengkap untuk mengembalikan keseimbangan pikiran dan jiwa.
Tidak hanya terbaring sambil memegang ponsel, tetapi juga memberikan kesempatan pada diri sendiri untuk menghirup udara dengan tenang tanpa beban. Melupakan layar, merasakan keindahan alam, bercengkerama tanpa membahas hal-hal serius, atau cukup duduk sunyi tanpa perlu mencapai hasil.
Kita pun harus memodifikasi persepsi tentang kesuksesan. Kehidupan tidak melulu soal siapa yang mencapai prestasi tertinggi sebelum berumur 25 tahun. Bila kita tetap mengevaluasi diri sesuai patokan orang lain, rasanya selalu ada saja hal yang kurang dan membuat kita seperti ketinggalan.
Dan perasaan ketinggalan lah yang membuat lelah, tidak karena kita belum menjadi seseorang, tetapi karena kita selalu membanding-bandingkan diri.
Mempelajari cara mengucapkan kata “cukup” pun merupakan bagian dari proses beristirahat. Cukup dengan harapan-harapan, cukup dengan beban batin, cukup pula dengan nada-nada yang terus mendorong untuk selalu sibuk.
Karena fakta tersebut, ketenangan bukan berarti lemah. Justru sebaliknya, ketenangan merupakan ekspresi dari kekuatan, terutama ketika kita memilih untuk tidak terjebak dalam kesibukan yang menguras energi.
Beristirahat itu baik, tetapi jangan hanya digunakan sebagai alasan untuk menghindar. Manfaatkannya pula untuk memulihkan diri. Diam-diam pada tubuh Anda, heningkan jiwa Anda, dan jangan remehkan bisikan-bisikan halus yang berkata, “Saya letih.”
Bukan kelelahan fisik, tetapi kelelahan akibat selalu merasa tidak mencapai cukup. Dalam lingkungan yang sering membanggakan prestasi, kadang tindakan termulia adalah orang-orang yang mengenal waktu untuk menenangkan diri dan menjaga kesejahteraan diri sendiri.
Leave a Reply