AsahKreasi.CO.ID – JAKARTA
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan penurunan laba pada triwulan pertama tahun 2025. Kedepannya, prospek Unilever diprediksi masih akan dihadapkan dengan berbagai kesulitan.
Analis Willy Goutama dari Maybank Sekuritas Indonesia pada laporan tanggal 24 April 2025 mencatat bahwa laba periode Januari-Maret 2025 milik UNVR melebihi harapan. Meskipun demikian, ia menjelaskan bahwa prospek jangka menengahnya tetap dipenuhi oleh hambatan-hambatan yang berkaitan dengan aspek-aspek operasional serta ancaman-ancaman dari lingkungan luarnya. Karena alasan tersebut, tim analisis mereka masih merekomendasikan untuk “jual” dengan tujuan harga sebesar Rp 1.400 per lembar saham ini didasarkan pada perkiraan PER tahun 2025 senilai 14,6 kali, yakni sekitar 3 standar deviasi lebih rendah daripada nilai rata-rata selama tiga tahun terakhir.
Unilever Tolak Klaim Usaha Menggulingkan CEO Ben & Jerry’s, Minta Gugatan Diakhiri
Di kuartal pertama tahun ini, UNVR mengumumkan laba bersih senilai Rp 1,24 triliun, naik 245% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya tetapi berkurang 15% jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu. Hasil tersebut melebihi harapan, menyentuh angka 34% dari perkiraan MayBank Sekuritas serta 32% dari kesepakatan pasar untuk tahun 2025. Meskipun demikian, prestasi itu cenderung lebih disokong oleh perluasan marjin keuntungan daripada bertambahnya pendapatan penjualan.
Pendapatan total UNVR pada kuartal pertama tahun ini sebesar Rp 9,46 triliun, mengalami penurunan sebesar 6% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Menurut Willy, hal tersebut menunjukkan kelemahan dalam permintaan karena adanya proses penyesuaian harga serta penyegaran persediaan di tingkat distribusi dan ritel. Selain itu, volume Unilever juga telah berkurang selama empat kuartal terakhir.
Willy mencatat bahwa EBIT margin dan net margin UNVR masing-masing berada di angka 17,1% dan 13,1%. Sementara itu, margin Unilever ternyata melebihi harapan pasar.
Peningkatan marjin ini didukung oleh dua pilar penting. Yang pertama, UNVR sukses mengimplementasikan kenaikan harga CPO (Crude Palm Oil atau Minyak Sawit Mentah) yang bertambah 19% setiap tahun dan juga menanjak 3% dalam rentang waktu satu tahun hingga saat ini ke dalam penentuan harga produknya sendiri. Ini berdampak langsung pada peningkatan ASP (Average Selling Price), yaitu rata-rata harga jual, sebesar 1,3% tiap tahunnya di awal tahun 2025. Sementara itu, aspek kedua melibatkan langkah-langkah efisiensi operasional yang diterapkan oleh Unilever, seperti pengurangan beban untuk belanja iklan dan upah pegawai, komponen tersebut mencermati 50% dari keseluruhan biaya operasional selama periode kuarter kali ini.
“Walaupon keuntungan UNVR melampaui perkiraan, saya masih waspada terhadap rendahnya kemampuan pembelian konsumen yang merupakan sasarannya,” jelas Willy. Penilaian UNVR saat ini cukup menggoda dengan PER pada tahun 2025 sekitar 14,8 kali serta tingkat dividen mencapai 6,8% (belum termasuk potensi dividen istimewa 6,5% dari penjualan bisnis es krim). Akan tetapi, tidak ada pemicu signifikan yang dapat mendorong peningkatan nilai saham tersebut, terutama karena belum ada indikasi perbaikan dalam pertumbuhan penjualannya.
Sampai akhir tahun ini, Willy mengestimasi bahwa pendapatan Unilever dapat meraih angka Rp 35,58 triliun dengan keuntungan bersihnya mencapaiRp 3,65 triliun. Pada tahun 2026, ia memprediksi pendapatan Unilever akan naik menjadi sekitar Rp 37,09 triliun sementara laba bersih diperkirakan meningkat hingga Rp 4,08 triliun.
Leave a Reply