Laporan oleh Reporter AsahKreasi, Eugenius Suba Boro
AsahKreasi, KUPANG —
Di area permukiman di jalur Nusa Indah, kelurahan Oepura, kecamatan Maulafa, ada suatu hal menarik yang tiap kali musim hujan tiba pasti mengundang minat para penduduk lokal untuk melihatnya.
Sebuah telaga natural yang timbul akibat keluapannya dari sumur penduduk lokal kini hadir lagi di mata publik dan orang-orang memberikan julukan unik kepada tempat tersebut: “Telaga Kesal.” Telaga ini tidak dibuat oleh tangan manusia, tetapi berasal dari kelebihan air sumur milik Opa Yonas serta Oma Oci Kikhau.
Sumur tersebut mulai ditimbuh pada Oktober 2016. Satu bulan kemudian, tepatnya tanggal 7 November 2016, sumur itu telah memancarkan air. Namun, ketika musim hujan intensif menerpa Kupang di bulan Desember, terjadi hal yang tak terduga. Curah hujan yang lebat menyebabkan air dari sumur ini meluber dan ikut membawa material tanah hasil galian.
Pada suatu pagi yang sangat awal, air sumur tiba-tiba meluap. Tanah semua area sekitar penggalian terbawa arus dan berubah menjadi seperti sebuah kolam,” cerita Oma Oci ketika ditanya di rumahnya, Selasa (22/4/2025).
“Tiap kali musim hujan selalu seperti ini. Terlebih lagi jika hujanya lebat dan berlangsung lama,” terangnya.
Phenomenon ini pada awalnya mengejutkan tetapi perlahan menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Malahan, dikarenai ketidakteraturannya itu, kolam tersebut menjelma sebagai tujuan tak terduga bagi penduduk setempat bahkan sampai dari luar kawasan kelurahan.
Menariknya, julukan “Kolam Kecewa” muncul sebagai hasil dari lelucon ringan di antara keluarga sang pemilik dan para tetangga setempat.
“Awalnya cuma candaan saja. Kami bilang ini sumur kecewa karena airnya malah keluar terus, lama-lama orang-orang panggilnya begitu juga. Akhirnya jadi nama tetap,” ujar Oma Oci sambil tertawa.
Meski air terus meluap, Oma Oci memastikan bahwa keberadaan kolam tidak pernah membahayakan atau merusak rumah mereka. Sumur dengan kedalaman sekitar 11 meter itu memang terletak persis di samping rumah mereka, namun aliran air dari luapan langsung mengalir ke kali kecil di sebelah rumah, sehingga tidak menimbulkan banjir atau genangan di halaman.
Air dari sumur tersebut pun dipakai oleh keluarga untuk berbagai keperluan sehari-hari. “Kita gunakan air ini untuk mandi, mencuci, dan bahkan kita minum juga dari sumber ini,” jelas Oma Oci.
Pada tahun ini, situasi iklim yang tak menentu menyebabkan kolam tetap terisi sampai bulan April, jauh melebihi periode normalnya yaitu antara Desember dan Februari saja. Perluasan masa hujan ini juga meningkatkan kuantitas orang-orang yang berkunjung ke sana. Sebagian pengunjung membersihkan baju mereka, beberapa lainnya memilih bermain air bersama anak-anak mereka, ada juga yang cuma-cuma merilekskan diri dengan menghirup udara segarnya, bahkan ada pula individu atau kelompok yang menggunakan kolam tersebut sebagai lokasi baptis agama.
“Dari gereja GBI pernah datang, mereka survei dulu, lalu minta izin ke kami. Setelah itu mereka adakan pembaptisan di sini. Kami tutup sementara untuk umum waktu itu, biar suasananya tenang,” ungkap Oma Oci.
Melihat potensi dari ramainya pengunjung, Oma Oci yang sehari-hari merupakan ibu rumah tangga pun mulai membuka usaha kecil di depan rumah sejak Desember 2025.
Dia menawarkan aneka minuman dan camilan, termasuk kopi, Pop Mie, beserta beberapa jenis jajan murah meriah.
“harga Pop Mie adalah Rp7.000, kopi Rp3.000, dan camilan dimulai dari harga seribu rupiah. Jika banyak pelanggan bisa mendapatkan hinggaRp600 ribu per hari, namun jika sepi hanya mencapai Rp100 ribu,” katanya.
Tempat istirahat sederhana ini telah menjelma sebagai lokasi populer bagi para tamu yang menginginkan waktu relaksasi setelah menikmati aktivitas di kolam.
Kakek Yonas, suaminya, berprofesi sebagai pekerja lepas. Pasangan tersebut dikaruniai tiga orang anak; salah satunya telah bersuami/bersuwiri sementara yang kecil baru saja melanjutkan studi di perguruan tinggi.
Walaupun menjalani kehidupan yang sederhana, keluarga tersebut nampak begitu bahagia dan mensyukuri anugerah tidak disangka-sangka berupa kolam alami yang timbul saat musim hujan tiba. Di Kolam Kecewa, Anda tidak akan dikenakan biaya entri atau pun tarif untuk parkir kendaraan. Siapa saja dipersilakan hadir dan merasakan kenyamanannya. Bahkan beberapa tamu datang jauh-jauh dari daerah sekitar Oepura misalnya Namosain serta Tenau.
“Terkadang kita kesulitan untuk tidur siang sebab pengunjung selalu ramai, namun kami tetap merasa senang. Kami dapat mengenal banyak orang baru dan melihat kegembiraan anak-anak saat berenang. Hal itu saja sudah membuat hati kami tersenyum,” pungkas Oma Oci sambil menampilkan senyuman yang hangat.
Kolam Kecewa bertindak sebagai peringatan bahwa terkadapat dari sesuatu yang tidak direncanakan serta dianggap mengganggu, justru dapat melahirkan kegembiraan dan berkat unik.
“Kolam menyusahkan, tetapi tidak membuat kecewa.” Demikian ungkapan dari sebagian pengunjung yang hadir di tempat itu.
Sumur yang tadinya merasa frustrasi karena selalu berlebihan akhirnya beralih fungsi menjadi kolam yang membawa harapan serta kegembiraan untuk sejumlah besar orang.
(uge)
Baca berita AsahKreasilainnya di
GOOGLE.NEWS