Skip to content

Kisah Si Cucu: Beban Hidup Mbok Yem – Dulu Ia Tidur di Lubang demi Mencari Jamu di Gunung Lawu


MAGETAN, AsahKreasi

– Syaiful Gimbal, cucu dari Mbok Yem, menyatakan bahwa dia pernah merasakan beban kerja Mbok Yem ketika masih mengejar tanaman obat tradisional di hutan Gunung Lawu sebelum akhirnya membuka warung di dekat puncak Gunung Lawu.

Dia mengakui bahwa pada tahun dia duduk di kelas 5, pernah mengejar Mbok Yem dan bahkan menghabiskan malam di dalam hutan Gunung Lawu.

“Kalau bermalam di Gunung Lawu dulu Mbok Yem tidurnya gali sisi bukit, gali tanah seperti di dalam galian biar hangat. Kalau di luar dingin sekali. Saya pernah ikut sekali saat kelas 5 SD,” tutur Syaiful ditemui di rumah duka, Rabu (23/4/2025).

Saiful menyebutkan bahwa dulu Mbok Yem hanya mengumpulkan tanaman obat di hutan Gunung Lawu untuk dijual sebelum dia mendirikan warung.

Pada awalnya, warung dibuka saat seorang pendaki memerlukan makanan karena lupa tidak membawa bekal.

“Ya awalnya itu kan ada pendaki yang butuh makanan karena tidak membawa bekal. Kemudian Mbok Yem akhirnya mencoba berjualan dari bekal yang dia bawa untuk mencari jamu,” kata dia.

Tak terasa lebih dari 35 tahun Mbok Yem telah membuka warung di puncak Gunung Lawu.

Ribuan pendaki telah merasakan bantuan dari adanya warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu.

Setelah kembali dari perawatan di RSU Aisyiyah Ponorogo akibat penyakit pneumonia, nantinya Mbok Yem berencana untuk mengistirahatkan diri sejenak dari jualannya dan akan merawat cucunya.

Sayang sekali harapan Mbok Yem belum terwujud. Mbok Yem meninggal pada hari Rabu sekitar pukul 13:30 WIB.

“Jika dihitung mulai dari mencari jamu hingga membuka warung, sudah lebih dari 40 tahun. Memang kami berencana untuk bersantai dan menjaga cucuku setelah ia pulih. Namun, mengenai warung akan kita diskusikan kemudian karena saat ini kami fokus pada pemulihan Mbok Yem,” kata Syaiful Gimbal.

Rina Prayeksi, seorang pendaki yang kerap mampir di warung Mbok Yem, menyatakan bahwa peran Mbok Yem sebagai motivator sangat penting ketika dia merasa down dan lesu.

Rina menyatakan bahwa dia kerap mendaki gunung saat mencari kedamaian lantaran banyaknya permasalahan yang dihadapi.

“Mbok Yem memangselalu memberikan dorongan, dengan mengatakan bahwa kehidupanharus dihadapi dan jangan sampai berurai air mata,” ungkapnya.

Rina menyatakan bahwa setelah mendengar tentang kematian Mbok Yem dari anggota Paguyuban Giri Lawu yang merupakan relawan rute pendakian di Cemoro Sewu, dia segera menuju tempat pemulasaraan jenazah.

Dia menyampaikan bahwa dia merindukan kehadiran Mbok Yem yang senantiasa membantu para pendaki.

“Mbok Yem sering kali membantu para pendaki yang menggigil karena dingin lewat warungnya. Siapapun diperbolehkan untuk beristirahat dan tertidur di sana sehingga bisa merasakan hangat serta selalu tersedia makanan bagi pendaki tersebut. Kami sungguh merindukan kehadiran Mbok Yem,” katanya.

Legenda Gunung Lawu yang bernama Wakiyem (82), terkenal dengan nama Mbok Yem, telah meninggal pada hari Rabu sekitar pukul 13:30 Waktu Indonesia Bagian Barat di rumahnya yang berada di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, Jawa Timur.

Ibu Yem pernah dirawat di Rumah Sakit Aisyiyah selama lebih dari dua minggu karena mengalami Pneumonia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *