Your cart is currently empty!
Adegan Kaisar Naruhito bersama dengan Permaisuri Masako semasa kelahirannya merupakan momen penting yang mencolok dalam sejarah dinasti Jepang. Meskipun terdapat tekanan besar serta pandangan masyarakat yang memposisikan laki-laki menjauhi area proses bersalin, sang kaisar malahan tampil sebagai sosok penyayang di sisikannya istri tersebut.
Cerita ini diceritakan ulang oleh Osamu Tsutsumi, seorang ginekolog yang merawat proses kelahiran Putri Aiko, anak dari pasangan kerajaan, dua dekade silam. Ia mengingat mereka berdua sebagai sepasang suami istri yang ramah dan peduli. Mereka tidak hanya tampil sebagai orangtua masa depan, namun juga sebagai pasangan yang selalu mendukung satu sama lain.
Mengutip dari
The Asahi Shimbun
dan
IOL
Berikut adalah cerita yang mengharukan tentang Kaisar Naruhito dan Permaisuri Masako di belakang kelahiran putri kesayangan mereka. Simak saja kisah selengkapnya, Bun!
Cerita Ibu Suci Masako dari Jepang Saat Menghasilkan Si Kekaisaran Aiko, Sang Puteri Terpilu di Negeri Matahari Terbit
|
Dalam wawancara eksklusif bersama
The Asahi Shimbun
, dokter Tsutsumi menyatakan seberapa tinggi rasa pengabdian Kaisar Naruhito ketika menemani Permaisuri Masako melalui masa kehamilannya di tahun 2001.
Walaupun memiliki agenda formal yang sangat sibuk, Kaisar Naruhito tidak pernah mengabaikan satu pun kunjungannya ke Rumah Sakit Keluarga Kekaisaran. Keberadaannya dalam setiap pertemuan medis ini adalah hal luar biasa untuk saat-saat tersebut, khususnya bagi seorang suami dengan garis keturunan kerajaan seperti dia.
Ibu Mahkota Masako begitu cermat dalam merawat kehamilannya. Setiap harinya ia mengukur berat badannya, mempelajari buku panduan untuk wanita hamil sampai hampir bisa menyebutkan isi halaman demi halamannya dengan lancar, serta secara teratur melakukan olahraga selama sekitar 30 menit seperti yang dianjurkan oleh para dokter.
Dr. Tsutsumi melihat kekuatan hubungan emosional pasangan itu terhadap janin mereka. Ketika gender bayi dapat diidentifikasi, ia bertanya pada Kaisar Naruhito jika beliau mau mengetahuinya.
Tenang saja, Kaisar Naruhito merespons dengan, “Saya tidak memerlukan informasi itu.”
Jawaban singkat tersebut menyulut perbincangan yang meluas mengenai potensi adanya kaisar wanita di Jepang. Menurut Tsutsumi, sepertinya pilihan Kaisar Naruhito didorong oleh harapan untuk meredakan beban pikiran Permaisuri Masako saat ia hamil.
Kaisar Naruhito, pada usianya yang ke-41 waktu itu, merupakan anak pertama dari Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko. Ia mempunyai dua orang bersaudara: Pangeran Akishino serta Putri Sayako, yang masih belum mengikat tali pernikahan di masa tersebut.
Sebelum bergabung dengan keluarga kerajaan, Masako merupakan seorang diplomat handal. Ia mendapatkan pendidikannya di universitas ternama seperti Harvard dan Oxford, menguasai lima bahasa asing, serta pernah diharapkan untuk memberi semangat baru pada sistem istana Jepang yang konservatif dan penuh warisan budaya.
Setelah memilih untuk keluar dari karirnya di Kementerian Luar Negeri guna menikahi Kaisar Naruhito, Masako tetap bersikeras rendah hati. Ia hanya sedikit terlihat dalam acara umum dan sering merujuk pada suaminya tanpa menggunakan namanya, sebaliknya disebut sebagai ‘Pangeran’. Meski tampak tenang, sepasang istimewa ini ternyata berada di bawah pengawasan pers yang sangat mendalam.
Tekanan ekstra tersebut mengakibatkan bencana. Menurut sumber yang dikutip
IOL
, Masako mengalami keguguran pada tahun 1999. Banyak pihak menuding liputan media yang berlebihan sebagai penyebab stres yang memperburuk kondisi kehamilannya.
Mulai saat itu, Kaisar Naruhito pun langsung bertindak dengan keras. Ia berusaha melindungi istrinya dari sorotan media dan menuntut agar para tenaga kesehatan tidak memberikan informasi apa pun pada jurnalis, terlebih tentang prediksi tanggal lahir sang anak.
Dr. Tsutsumi, ahli kebidanan yang mengurus Masako, bersikap sangat tertutup terhadap informasi tersebut, termasuk kepada para petinggi Kekaisaran. Ia hanya menceritakannya kepada Kaisar Naruhito serta Masako tentang perkiraan tanggal lahir sang putri atau putra.
Keberhati-hatian pun menjadikan dirinya sebagai fokus utama. Penentuan masa perawatan inap Masako memerlukan pertimbangan yang sangat matang. Apabila terjadi penundaan, ada kemungkinan proses bersalin akan berjalan tanpa adanya persiapan logistic maupun keamanan yang cukup.
Akan tetapi, apabila prosesnya terlalu cepat, publik bisa menjadi mencurigai dan berbagai spekulasi pun mungkin timbul. Oleh karena itu, dipergunakan teknologi kardiotokografi jarak jauh guna memantau denyutan jantung serta kontraksi si bayi. Informasinya kemudian di-transmit via internet supaya Tsutsumi bisa mengidentifikasi momen paling tepat bagi Masako untuk segera dirawat di rumah sakit.
Pada akhirnya, tanggal 1 Desember 2001, sehari sesudah Masako diperiksa di rumah sakit, terdengarlah suara menangis pertama si bayi. Dipenuhi dengan rasa sayang, Masako memegang buah hatinya itu untuk kali pertamanya.
“Seorang putri. Masako dan sang buah hatimu dalam keadaan sehat,” ingat Dr. Tsutumi pada Kaisar Naruhito sambil ia menanti di sebuah ruangan lainnya.
Sekejap setelah menerima berita gembira dari Dr. Tsutsumi, Kaisar Naruhito tak serta-merta buru-buru menuju tempat putrinya yang baru lahir. Meskipun sebagai seorang ayah baru tentunya ia merindukan momen pertama dengan anaknya, namun ia lebih memprioritaskan tata krama terhadap dokter tersebut.
Tenang dan sopan, Kaisar Naruhito berdiri lurus sambil mengucapkan, “Segalanya berlangsung sebagaimana yang telah Anda jelaskan. Saya dapat menyerahkan segala sesuatunya kepada Anda tanpa keraguan apapun. Sungguh menyenangkan memiliki Anda untuk menyelesaikannya. Terima kasih.”
Menurut Dr. Tsutsumi, hal tersebut bukan hanya sebuah ekspresi formal, tetapi juga merupakan wujud penghormatan yang tulus dari seorang pemimpin yang baru-baru ini menjadi bapa. Tindakan Kaisar Naruhito sangat mempengaruhi perasaannya dan menjadikannya sebagai momen berkesan baginya.
Kehangatan kenangan berikut berasal dari Permaisuri Masako. Setelah ia meninggalkan rumah sakit beberapa hari kemudian, ia mengeluarkan pernyataan yang tidak terduga untuk dr. Tsutsumi.
“Melahirkan sungguh menggembirakan,” kata sang permaisuri sambil berseloroh dengan senyum di wajahnya.
Ungkapan sederhananya sangat mengena. “Sebelumnya banyak yang bilang kalau proses bersalin itu sulit,” ingat dr. Tsutsumi.
Dia menambahkan, “Namun darinya, aku malahan mempelajari bahwa proses ini dapat menjadi suatu pengalaman yang luar biasa. Apalagi jika dilakukan dengan persiapan matang serta penuh kasih sayang.”
Kelahiran Putri Aiko bukan saja menyuguhkan suatu moment yang membahagikan untuk keluarga kerajaan, namun juga merupakan tanda dari pergantian dinamis dalam masyarakat Jepang.
Setelah kelahiran Putri Togu dari Permaisuri Masako, terdapat perubahan yang mencolok. Kian seringkali kita menemui pasangan suami istri ikut menjalani pemeriksaan kehamilan bersama-sama. Padahal, hal ini adalah sesuatu yang dahulu sangat jarang dilihat.
Perkembangan teknologi juga berlanjut dari masa ke masa. Kardiotokografi jarak jauh, alat yang dahulu dipakai untuk mengawasi situasi Janin Putri Mahkota Masako, saat ini sudah menjadi tata cara biasa, lebih-lebih lagi di daerah-daerah pelosok Jepang.
Sekarang, dua dasawarsa telah berjalan. Putri Aiko, yang saat ini menginjak usia 24 tahun, sudah memulai pekerjaan resminya sebagai bagian dewasa dari keluarga kerajaan. Untuk dr. Tsutsumi, memiliki peranan dalam tahap awal karirnya sebagai seorang bidan merupakan suatu penghargaan besar.
“Saya sangat senang dapat mengamati perkembangan Aiko sejak bayi sampai menjadi remaja,” ujarnya.
Dia mengakhiri pidatonya dengan doa penuh harapan, “Semoga pasangan kerajaan serta keluarganya dapat terus menjalani kehidupan yang bahagia, dan mudah-mudahan Zaman Reiwa di bawah kepemimpinan Kaisar Naruhito senantiasa dikenang sebagai masa yang tentram.”
Itulah cerita yang mengharukan tentang petualangan Kaisar Jepang Naruhito dan Permaisuri Masako saat menyongsong kelahiran Putri Pertama mereka, Aiko. Persiapannya sangat memotivasi, bukan, Ibu?
Pilihan Redaksi
|
Untuk Bunda yang ingin berbagi pengalaman tentang parenthood sambil mendapatkan banyak hadiah, silakan bergabung dengan komunitas AsahKreasiSquad. Daftarkan dirimu melalui tautan ini.
SINI.
Gratis!
Leave a Reply