AsahKreasi.CO.ID – JAKARTA
Optimisme masyarakat mengalami penurunan di bulan Maret 2025. Berdasarkan survei Bank Indonesia tentang kepercayaan konsumen, indeks keyakinan konsumen mencapai angka 121,1 di Maret tahun tersebut, berkurang sebanyak 5,3 poin dari nilai 126,4 yang dicatat satu bulan sebelumnya.
Ekonom Senior dari SSI Research, Fithra Faisal Hastiadi, mengatakan bahwa pengurangan IKK di bulan Maret merupakan kali ketiga beruntun yang turun dan mencapai titik terendahnya sejak Oktober tahun 2024.
Dia menyatakan bahwa pengurangan terus-menerus ini menekankan semakin bertambahnya tekanan pada kemampuan konsumsi keluarga, seiring dengan penyempitan lapisan menengah dan naiknya beban biaya kehidupan, terutama di daerah perkotaan.
Ekonomi yang Tidak Sehat dan Adanya Deflasi Menjadi Alasan Mengapa Kemampuan Membeli Selama Lebaran Berkurang
” Ini sesuai dengan lebih dari 90.000 PHK terjadi sejak 2024 serta pola konsumsi yang menurun di awal tahun ini,” jelas Fithra melalui pernyataan tertulisnya, Selasa (15/4).
Fithra juga menekankan bahwa setiap bagian dari indeks tersebut mengalami penurunan, hal ini ia anggap sebagai indikasi kecenderungan pesimis yang semakin luas di antara para konsumen. Di antara perubahan yang signifikan adalah pandangan tentang kesempatan kerja, yang anjlok cukup drastis dengan selisih 8,3 poin hingga level 125,9.
Di samping itu, persepsi pelanggan tentang situasi kerja jika dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya pun mengalami penurunan hampir mencapai titik netral 100 angka, berkurang 5,9 poin menjadi 100,3. Menurut Fithra, ini mengindikasikan adanya kenaikan rasa tidak amannya di lingkungan kerja.
Bagian yang menggambarkan masa depan pun memperlihatkan penurunan. Angka indeks prospek ekonomi jatuh sebanyak 7,0 poin hingga mencapai 131,7, dan harapan tentang penghasilan di waktu mendatang anjlok 6,3 poin menjadi 137,0. Sementara itu, sub-indeks untuk situasi ekonomi saat ini menciut menjadi 110,6.
Kemampuan Membeli Kelas Sosial Rendahan Berkurang
” Ini mengindikasikan penurunan kepercayaan terhadap situasi finansial keluarga secara singkat,” katanya.
Menariknya, harapan atas pendapatan pada periode kini malah mengalami pertambahan marginal sebanyak 1,4 poin hingga mencapai angka 121,3. Menurut Fithra, peningkatan tersebut bisa ditafsirkan sebagai indikator dari keberadaan resistensi yang cukup ringan, kemungkinannya disebabkan oleh insentif musiman atau pengaturan ulang gaji minimum.
Di masa mendatang, Fithra mengantisipasi bahwa perubahan negatif pada sentimen konsumen secara bertahap bisa membawa ancaman besar bagi kebutuhan lokal, terutama di bagian industri pengeluaran rumah tangga yang biasanya jadi penyokong primer untuk perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB).
Meski inflasi tetap rendah, namun ada tekanan pada nilai tukar rupiah serta kelumpuhan dalam kenaikan upah nyata, hal ini membuat dia khawatir bahwa hambatan untuk mengeluarkan uang secara bebas bisa bertambah, terlebih lagi bagi golongan masyarakat dengan pendapatan sedang yang cukup sensitif.
Selanjutnya, dia mengingatkan bahwa apabila sentimen konsumen merosot, hal itu bisa menyebabkan pergeseran perilaku keluarga ke arah meningkatnya tabungan sebagai tindakan pencegahan. Hal ini secara berkelanjutan dapat membunuh aktifitas di sektor ritel dan jasa.
Volume Warga yang Pulang Kampung Saat Lebaran Tahun 2025 Berkurang, Kekuatan Membeli Rendah Sebagai Alasannya
Penurunan kepercayaan konsumen dalam jangka panjang memiliki potensi untuk menekan pengeluaran keluarga, yang menjadi motor utama pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia.
Fithra menyebutkan bahwa jika kekuatan pembelian berlanjutan melemah, maka bidang-bidang yang sangat tergantung pada permintaan dalam negeri seperti ritel, produk konsumen, serta layanan mungkin akan mengalamiperlambatan perkembangan.
“Maka, berdasarkan tahapan siklus pasar yang sedang terjadi, kita mengantisipasi ada potensi perlambatan pertumbuhan PDB kurang dari 5% pada tahun 2025,” jelasnya.