AsahKreasi.CO.ID –
NEW YORK
Mata uang dolar Amerika Serikat, yang merupakan fondasi bagi sistem finansial dunia, telah mengalami penurunan nilai sekitar 10% dari titik tertingginya di pertengahan Januari 2025 sampai mencapai posisi terrendah dalam tiga tahun ini ketimbang sekantong mata uang primer lainnya.
Kebijakan tarif impor tinggi oleh Presiden Donald Trump menjadi sentimen paling dominan yang meredam nilai tukar dolar AS. Kebijakan ini telah menyulut kembali masalah inflasi dan menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan resesi, sekaligus menciptakan goncangan pada keyakinan para pemegang investasi dalam mata uang tersebut.
Seperti dikutip
Business Insider
, penurunan nilai dolar sudah merosot kekuatan pembelian masyarakat serta meningkatkan beban biaya pengimporan untuk perusahaan, sementara itu juga menjadikan produk eksportir Amerika Serikat lebih bersaing di pasaran.
Penurunan nilai dolar Amerika Serikat ini juga berdampak secara global, sebab dolar merupakan mata uang cadangan internasional yang dipergunakan dalam transaksi perdagangan baik itu barang dan jasa maupun komoditas serta derivatif.
Emas Mencapai Puncak Historis Akibat Penurunan Nilai Dolar AS serta Perang Dagang
Berikut ini merupakan deskripsi mengenai potensi pemenang akibat pelemahan dolar Amerika Serikat sebagaimana dijelaskan dalam laporan tersebut.
Business Insider
.
Mata uang asing
Penurunan nilai dolar AS telah menguntungkan mata uang lain pada tahun ini, seiring dengan investor mencari perlindungan serta alternatif investasi.
Franc Swiss, yang didorong oleh neutralitas Switzerland serta sistem perbankan yang solid, telah meningkat hampir 9% melawan dolar AS dan tetap berada di kisaran nilai tertingginya selama lebih dari sepuluh tahun.
Yen, yang menerima dorongan dari inflasi rendah di Jepang serta permintaan obligasi yang tinggi, telah mengalami kenaikan melebihi 9% terhadap dolar Amerika Serikat.
Euro sudah naik hingga mencapai posisi tertingginya selama tiga tahun dibandingkan dengan dolar, yang menunjukkan keyakinan akan Bank Sentral Eropa. Sejumlah mata uang dari negara maju lainnya seperti dolar Singapura serta won Korea Selatan pun turut memperkuat nilainya.
Sementara mata uang kripto digembar-gemborkan sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan depresiasi mata uang, bitcoin turun lebih dari 9% menjadi sekitar $84.400.
Charlie Bilello, yang merupakan kepala strategi pasar di perusahaan pengelola kekayaan Creative Planning, menggarisbawahi arus keluar besar dari dolar AS sepanjang tahun ini dalam unggahan X pada hari Rabu.
Dolar AS Kehilangan Daya Tarik, Investor Memilih Yen Sebagai Aset Pelindung
Negara lain
Dolar Amerika Serikat yang melemah umumnya memberikan keuntungan bagi perekonomian negara-negara berorientasi eksport seperti Tiongkok, Jerman, Jepang, dan Malaysia. Ini menjadikan produk-produk mereka lebih terjangkau dalam mata uang dolar, sehingga meningkatkan pendapatan dan profitabilitas perusahaan lokal serta mendorong kenaikan indeks saham mereka.
Dampak tersebut paling tidak sedikitnya ditopang oleh tindakan Trump yang menerapkan tariff pada mayoritas produk impor ke Amerika Serikat.
Negara-negara kaya sumber daya alam seperti Arab Saudi dan Australia biasanya mendapatkan manfaat tambahan, sebab pengeksporan minyak dan emas di kedua negeri tersebut menjadi semakin bersahabat dari segi harga. Bursa saham beberapa negara lain pun diproyeksikan meraih untung lebih besar serta bakal menarik lebih banyak lagi investor untuk berpartisipasi dalam pencarian hasil investasi yang menggiurkan bagi modal mereka.
Penurunan nilai dolar bisa mendorong negara-negara seperti Brasil, India, Rusia, Tiongkok, dan Afrika Selatan untuk mengurangi pengaruh dolar di pasar global — suatu fenomena yang disebut de-dolarisasi.
Komoditas
Minyak, emas, dan barang pertanian cenderung memperoleh keuntungan dari penurunan dolar karena membuat harganya relatif lebih murah.
Emas, komoditas safe haven favorit, sudah meroket melewati angka US$3.300 per troy ounce sepanjang tahun ini karena para investor beralih dari instrumen berisiko tinggi seperti saham dan dolar Amerika Serikat.
Akan tetapi, harga minyak mentah sudah anjlok mulai bulan Januari lantaran khawatir semakin menyebarnya perang perdagangan tersebut dapat menyebabkan perlambatan pada perekonomian dunia secara keseluruhan dan berdampak penurunan terhadap permintaan minyak.
Harga kontrak kedelai meningkat kira-kira 4% tahun ini menjadi mencapai $10,40 per bushel, disebabkan oleh suplai yang semakin terbatas serta bea masuk dari Cina terhadap kedelai Amerika Serikata memberi dampak peningkatan pada harganya.
Dolar AS Kurang Berkilau, Sejumlah Mata Uang Barang Mentah Perlihatkan Kekuatan