Skip to content

Hermès Taklukkan LVMH: Raja Baru dalam Industri Luxe Global


AsahKreasi

– Mode raksasa asli dari Prancis, Hermès, secara resmi telah menempati posisi sebagai perusahaan kemewahan dengan nilai tertinggi di planet ini. Perpindahan tersebut berlangsung setelah harga saham LVMH merosot drastis dalam sesi trading Senin (14/3/2025), seiring dengan publikasinya tentang hasil penjualan kuarter pertama tahun 2025 yang kurang memuaskan.

Dilansir dari

CNBC

, Saham LVMH mengalami penurunan 7,8% setelah perusahaan tersebut menyatakan adanya pengurangan pendapatan tahunan sebesar 3% di kuarter pertama, jauh dibandingkan dengan perkiraan para analis yang menantikan sedikitnya ada pertambahan.

Penurunan performa LVMH juga membawa dampak pada saham perusahaan-perusahaan mewah lain seperti Kering yang jatuh sebesar 5,2%, Burberry dengan penurunan 4,6% , serta Richemont berkurang 0,9%, walaupun secara umum pasar sedang meningkat.

Justru sebaliknya, saham Hermès mengalami kenaikan kecil sebesar 0,2 persen. Peningkatan tersebut cukup signifikan untuk mendorong nilai pasarnya mencapai 246,4 miliar euro, melebihi LVMH yang memiliki valuasi pasar sekitar 244,1 miliar euro.

Penurunan Drastis di Sektor Minuman Beralkohol

Penurunan yang paling mencolok terlihat pada sektor anggur dan minuman beralkohol yang merosot 9%. Grup LVMH mengatakan bahwa penjualan produk-produk seperti cognac menunjukkan pelemahan, terutama di Amerika Serikat dan China—kedua negara ini saat ini sedang menghadapi dampak dari ketegangan geopolitis serta kebijakan tariff perdagangan.

Bagian pakaian dan produk kulit, yang menghasilkan 78% keuntungan di tahun 2024, alami penurunan sebesar 5%. Di samping itu, penjualan jam tangan tetap tanpa perubahan.

Dari segi lokasi, hanya wilayah Eropa yang menunjukkan pertumbuhan positif sebanyak 2% tanpa akuisisi. Di sisi lain, Asia (kecuali Jepang) menyusut sekitar 11%, pendapatan di Amerika Serikat berkurang 3%, dan Jepang juga menghadapi pengurangan hingga 1%.

Tantangan Ekonomi Global

Analis Citi, Thomas Chauvet dan Mahesh Mohankumar, mengatakan bahwa performa LVMH ini jauh dibawah prediksi termasuk yang paling hati-hati. Mereka juga menduga pertumbuhan pendapatan signifikan akan sulit dicapai dalam kuarter kedua dan ketiga seiring dengan kondisi ekonomi dunia yang belum stabil.

Serupa dengan itu, para analis dari Bank of America Global Research mengomentari, “Faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan secara struktural tetap tersedia, akan tetapi untuk periode waktu singkat, pandangan di pasaran cukup terbatas, khususnya disebabkan oleh ketegangan perdagangan dan tariff.”

Mereka menyebutkan pula bahwa sumber dukungan selanjutnya untuk LVMH dan industri luxury mungkin akan berasal dari kejutan ekonomi makro, karena kondisi dasar saat ini tetap memperlihatkan tekanan.

Dampak Harga serta Konsumen yang Ambisius

LVMH menjadi perusahan luxury utama di Eropa yang pertama kali meluncurkan laporannya tentang finansial triwulan I setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan dan kemudian membatalkan tarif balas atas beberapa negara perdagangan mitranya secara global.

Walaupun pengaruh langsung pada biaya produksi dan minat pembeli belum nampak secara mencolok, para pemegang saham masih berhati-hati akan kemungkinan adanya peningkatan beban biaya sertaperlambatan konsumsi, terutama di antara kelompok konsumen “ber aspirasi” yang cenderung lebih rapuh saat mengalami fluktuasi ekonomi tak pasti.

Chief Financial Officer LVMH, Cecile Cabanis, menyebut bahwa tidak ada “perubahan tren utama” selama enam bulan terakhir, walaupun dia mengakui beberapa sektor seperti minuman beralkohol, anggur, serta barang-barang kosmetik sedang menghadapi tantangan.

Dia juga menegaskan bahwa penyesuaian harga bisa jadi pilihan untuk menebus dampak inflasi serta fluktuasi nilai tukar pada kuarter-kuarter berikutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *