Presiden AS mantan Barack Obama menyokong langkah Universitas Harvard yang menampik tuntutan pemerintah Donald Trump untuk mengubah kepemimpinannya, merevisi aturan penerimaan siswa baru, serta mencabut status resmi dari sejumlah organisasi kemasyarakatan di kampus tersebut.
Akibat keputusan tersebut, Presiden Donald Trump menahan sekitar USD 2,2 miliar (sebanding dengan Rp 37 triliun) yang semula ditujukan sebagai hibah serta USD 60 juta (setara dengan Rp 1 triliun) berupa kontrak.
Sebagai lulusan Universitas Harvard, Obama mengatakan bahwa tindakan pemerintahan Trump tersebut bertentangan dengan undang-undang dan tidak adil. Dia pun mendorong lembaga pendidikan lain untuk mengambil contoh dari Harvard dengan tetap menolak permintaan Trump.
“Harvard telah menjadi teladan bagi perguruan tinggi lainnya — dengan menentang upaya tak terpuji dan kurang bertanggung jawab yang berupaya membatasi kebebasan akademik, sekaligus menerapkan tindakan nyata untuk memastikan bahwa seluruh mahasiswa di Harvard dapat merasakan manfaat dari suasana penelitian intelektual, debat yang kuat, serta sikap saling menghargai,” ujar Obama melalui media sosial, demikian dilansir.
BBC
, Rabu (16/4).
Harvard University merupakan perguruan tinggi terkemuka dan tertua di Amerika Serikat, populer di seluruh dunia gara-gara standarnya dalam bidang akademis, lulusan-lulusannya yang memiliki pengaruh besar, serta proses pendaftaran masuknya yang amatlah selektif.
Obama Sekarang Aktif Mengkritik Trump
Obama, yang lulus dari Sekolah Hukum Harvard tahun 1991, amatlah jarang memberikan kritik atau teguran terhadap para petinggi pemerintahan maupun keputusan-keputusannya melalui platform-media sosial setelah hampir sepuluh tahun berlalu semenjak ia pergi dari Gedung Putih.
Posnya selama pemilihan presiden kemarin lebih cenderung memujai mantan wakil presiden Kamala Harris. Setelah hari pelantikan, ia lebih sering mengunggah ucapan terima kasih, pesan serta pikiran personal yang berkaitan dengan olahraga.
Obama termasuk dalam kelompok kecil pemimpin politik AS serta petinggi perguruan tinggi yang saat ini menolak usaha pemerintahan Trump untuk mereformasi institusi pendidikan terkemuka negeri tersebut dengan mendorong perubahan materi pengajaran, staf yang direkrut, serta ancaman mempotong dana riset.
dukungan dari perguruan tinggi terkemuka lainnya bagi harvard
Kawasan perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat pun ikut mendorong kebijakan Harvard tersebut.
Ratusan dosen dari Universitas Yale telah menerbitkan surat yang mengungkapkan dukungan mereka atas keputusan Universitas Harvard untuk menentang permintaan Administrasi Trump.
“Berada bersama kita di titik perpotongan ini. Sebuah universitas di Amerika sedang mengalami ancaman besar yang mencemarkan nilai-nilai fundamental dari sebuah masyarakat demokratis, seperti hak berekspresi, berkumpul secara bebas, serta kebebasan dalam bidang ilmu pengetahuan. Kita, para dosen, menyampaikan pesan ini dengan harapan agar semua orang dapat bergabung bersama kita pada saat ini,” begitu bunyi surat tersebut.
Banyak universitas AS yang menerima beberapa jenis pendanaan federal yang sebagian besar ditujukan untuk penelitian ilmiah di bidang-bidang seperti pengembangan obat.
Sejak Trump kembali berkuasa pada Januari 2025, perguruan tinggi ternama seperti Universitas Stanford diharapkan untuk menghentikan proses merekrut baru serta mengurangi alokasi dana guna meredam penipisandana dari pemerintah federal.
Beberapa dana sudah ditangguhkan secara sementara untuk mendorong kampus mengadopsi tindakan yang dipandang pemerintah Trump sebagai upaya melawan anti-Semitisme.
Presiden Stanford Jonathan Levin serta Provost Jenny Martinez di hari Selasa (15/4), dalam suatu pengumuman, memberikan pujian kepada Harvard.
Mereka mengatakan bahwa universitas seharusnya merespons kritikan yang valid dengan kerendahan hati dan terbukalah.
“Tetapi, metode untuk mencapai perubahan yang positif bukannya merusak kemampuan negara dalam bidang riset ilmiah atau dengan pemerintah yang mengejar lembaga swasta,” demikian katanya kembali.
Saat Universitas Columbia menyerah atas beberapa permintaan Trump di awal bulan ini, Harvard jadi universitas bergengsi Amerika Serikat pertama yang memilih strategi alternatif.
“Tiada pemerintahan – entah itu rezim mana pun di posisi kekuasaan – yang bisa menentukan apa yang perguruan tinggi swasta boleh diajarkan, orang seperti apa yang bisa diterima dan direkrut olehnya, serta bidang studi apa saja yang memungkinkan untuk diteliti,” ungkap Presiden Universitas Harvard Alan Garber melalui pernyataan pada hari Senin (14/4).
Institut Teknologi Massachusetts (MIT) menyusul langkah Harvard pada Senin dengan menolak gugatan dari pemerintah Trump.
Meskipun menerima berbagai kritikan, Trump tetap teguh pada pendiriannya. Pada hari Selasa, dia memperingatkan bahwa Harvard dapat kehilangan status bebas pajak-nya.
Universitas, lembaga nonprofit, serta organisasi sosial bebas dari tanggung jawab untuk mengeluarkan pajak penghasilan federal. Namun, insentif perpajakan tersebut bisa dihapus bila grup tersebut terjun ke dalam aktivitas politis atau meninggalkan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.