Your cart is currently empty!
Otoritas IKN telah membuat keputusan untuk mengirim kembali Autonomous Rail Transit (ART) atau kereta listrik tanpa rel produksi CRRC Qingdao Sifang dari Cina ke negerinya. Keputusan itu diambil lantaran teknologinya masih harus ditingkatkan lagi.
Deputi Bidang Transformasi Hijau dan Digital Otoritas IKN, Mohammed Ali Berawi, menyatakan bahwa tindakan tersebut telah disesuaikan dengan perjanjian yang memperbolehkan pengembalian melalui hasil uji coba atau dikenal juga sebagai Proof of Concept (PoC).
“Hasil evaluasi PoC menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan teknologi pada sistem ART yang sedang diuji coba. Informasi ini telah kami komunikasikan baik kepada perusahaan maupun kementerian serta instansi terkait lainnya,” jelas Ali kepada
AsahKreasi
, Rabu (30/4).
Pada saat ini, ART telah dipindahkan dari luar IKN melalui Pelabuhan Semayang di Balikpapan guna dikirim dengan kapal besar menuju China. Biaya pengiriman ke China tersebut pun menjadi tanggungan perusahaan penyedia jasanya.
“Sebagai laboratorium hidup dan tempat pengujian teknologi, IKN sudah melaksanakan beberapa bukti konsep (PoC) terkait dengan teknologi tersebut. Seluruh biaya untuk implementasi PoC ini dibebankan kepada setiap penyedia teknologi yang mengadakannya,” jelas Ali.
ATR tersebut telah mengikuti tes sejak tanggal 10 Agustus 2024. Menurut Direktur Jenderal Perkeretaapian, Risal Wasal, percobaan pertama kali itu difokuskan pada jalur singkat atau lintas percobaan berbentuk lingkaran yang dimulai dari Gedung Kemenko 3 hingga Gedung Kemenko 2 lalu kembali lagi ke Gedung Kemenko 3 dalam area Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP).
Periode pengujian berlangsung kira-kira dua bulan mulai dari tahap uji coba yang dinamis. Kendaraan itu pun ditampilkan untuk publik antara tanggal 10 Oktober 2024 hingga 31 Desember 2024. Saat pameran ini, masyarakat diberikan kesempatan untuk merasakan trem otomatis tanpa biaya apapun.
Kendaraan itu pernah digunakan sementara sebagai alat transportasi pendukung (feeder) untuk para peserta Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79 di IKN.
Pada tahap pengujian, teknologi tersebut pun pernah dicobakan oleh Presiden waktu itu, Joko Widodo (Jokowi), untuk mempersiapkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79 di Ibu Kota Negara Baru (IKN). Ketika itu, Jokowi menyatakan bahwa dia berharap sistem semacam ini bisa diterapkan pula di beberapa kota besar lainnya seperti Surabaya, Makassar, Medan, serta Bandung.
“Tadi telah saya coba. Apabila kita menggunakan trem otomatis, jalannya memang perlu lebar, dan jalan-jalan di IKN sudah dirancang dengan lebarnya cukup untuk hal tersebut. Saya rasa semua kota di Indonesia butuh sistem transportasi masal yang ramah lingkungan,” ujar Jokowi.
Dia menyebutkan bahwa rendahnya biaya prosedur operasi merupakan salah satu kelebihan yang ditawarkan oleh ART. Berdasar pada aspek fasilitas, ART tidak mengharuskan adanya rel dan bisa memakai jalanan yang telah tersedia.
“Trem otonom diperkirakan berharga sekitar Rp 70 miliar untuk setiap rangkaian unitnya. Sedangkan biaya pembuatan MRT adalah sekitar Rp 2,3 triliun per kilometer, dan untuk LRT kurang lebih mencapai Rp 700 miliar tiap kilometrernya. Perbedaannya ada disitu. Masalah saat ini terletak pada mayoritas jalan di kota-kota yang belum cukup lebar, sehingga tidak semua kota dapat menggunakan ART,” ungkap Jokowi.
Leave a Reply