AsahKreasi.CO.ID –
JAKARTA.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto bersama WakilPresiden Gibran Rakabuming Raka sudah memasuki masa keenam belas setelah upacara pelantikan mereka pada tanggal 20 Oktober 2024.
Direktur Celios Bhima Yudhistira mengkritisi performa sektor ekonomi pada semester awal kepemimpinan Prabowo-Gibran.
Pertama,
Penurunan yang signifikan dalam performa perpajakan hingga Maret 2025 mencapai 27,8%.
year on yea
R. Penyebab utamanya adalah masalah yang dihadapi oleh Coretax serta penurunan aktivitas bisnis dan penerimaan dari sektor yang bergantung pada komoditas.
Kebijakan dan Insentif Prabowo-Gibran Menjadi Peluang Baru untuk Saham-saham Besar
Kedua
Pembengkakan belanja subsider sampai Maret 2025 menjadi sebesar Rp 535,2 triliun. Nilai tersebut meningkat signifikan dibandingkan dengan masa awal pemerintahan Jokowi-Amin yang mencapai Rp 388,6 triliun.
Ketiga,
Penambahannya utang oleh pemerintah sejak Prabowo mengambil jabatan sampai Maret 2025 mencapai angka Rp 511,3 triliun.
\”Peningkatan utang yang lumayan cepat menunjukkan bahwa beban keuangan memburuk secara signifikan di awal masa jabatan Prabowo,\” kata Bhima saat berbicara dengan AsahKreasi, Minggu (20/4).
Keempat
Bhima menyebut terjadinya pemecatan besar-besaran yang melanda beberapa industri, dengan fokus utama pada sektor pakaian jadi dan tekstil. Dampak dari persaingan perdagangan global dapat memperburuk situasi ini, sehingga meningkatkan jumlah PHK masal karena turunnya permintaan untuk produk eksport serta harga bahan mentah menjadi lebih tinggi.
Usia 100 Hari Kabinet Prabowo Subianto, Ini Hasil survei Tentang Prestasi para Menternya
Kelima
, pelemahan nilai tukar rupiah serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) disebabkan oleh kurangnya kepercayaan investor terhadap manajemen anggaran fiskal, perlambatan perekonomian dalam negeri, hingga pendirian Danantara.
\”
Keenam,
Kualitas komunikasi antara presiden dan para pembantunya terkait beberapa masalah seperti pendirian Danantara, perubahan Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta menanggapi tekanan di bursa saham yang semakin meningkat menjadi kurang baik.
senses of crisis
,\” ucap Bhima.