Skip to content

Catvertising: Kucing Siapakah Mereka yang Menjadi Bintang Iklan Unik Ini?

Bagaimana tidak mengenali seekor kucing? Untuk kebanyakan orang, binatang tersebut dianggap sebagai sosok yang lucu. Hadirnya kucing dikenal memiliki dampak positif dan diyakini dapat membantu kita merasa lebih terhibur serta tenang [1]. Berinteraksi dengan hewan ini diketahui bisa menyebabkan tubuh melepaskan hormon oksitosin yang berfungsi dalam pengurangan produksi kortisol — yaitu hormon pemicu stres.

Pada zaman serba digital di mana isi visual sangat berlimpah, tak bisa dipungkiri lagi bahwa kucing sudah jadi salah satu simbol terpopuler di jagat maya. Mulai dari klip komikal sampai gambar-gambar humor yang tersebar luas, kucing punya pesona global yang susah dicocokkan. Hal itu lantas menciptakan terminologi baru dalam ranah iklan: Catvertising, yakni penerapan citra kucing pada strategi promosi guna merayap ke hati para konsumen dan membina hubungan batin antara merek dengan penontonnya.

Walaupun menjadi sangat populer sejak masa internet, Catvertising sesungguhnya bukan fenomena baru; iklan ini pertama kali diperkenalkan di tahun 1999 dan mulai naik daun pada 2011[2]. Catvertising lebih dari sekedar tren yang lucu. Banyak merek besar sudah memakai kucing sebagai elemen utama dalam kampanye pemasarannya dengan hasil gemilang. Wajah imut mereka, perilaku tak terduga, serta sifat hiburan alami membuat kucing dapat menarik perhatian konsumen hanya dalam beberapa detik saja.

Mengapa Kucing?

Pertanyaan tersebut pasti sangat sederhana untuk dijawab jika kita menilik bagaimana tingkah laku manusia terhadap kucing. Bila ditinjau secara mendalam, penyebab paling dominan dari kepopuleran Catvertising jelas merupakan aspek-aspek emosi dan psikologi. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, hadirnya gambar kucing dapat merangsang rasa tenang, kesannya yang lucu serta kemampuan mereka memberikan hiburan. Selain itu, mereka juga menciptakan momen visuel yang ceria dalam suasana kampanye iklan yang cenderung monoton atau bahkan kadang-kadang cukup keras atau agresif.

Studi dari Journal of Advertising [3] mengungkapkan bahwa materi iklan yang mencakup hewan peliharaan, terlebih lagi kucing, mendapatkan tingkat interaksi yang lebih besar daripada iklan konvensional. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa kucing dapat merangsang “titik lembut emosional” pada pikiran pemirsa, sehingga meningkatkan kemungkinan audiens menjadi lebih menerima pesan merek tersebut.

Contoh Catvertising

Penerapan kucing untuk keperluan catvertising bisa ditemukan di berbagai merek dan cara penggunaannya. Di ranah periklanan tradisional, contoh penggunaan tersebut bisa kita lihat melalui kampanye iklan seperti yang dilakukan oleh Grab, J&T Express, serta Pizza Hut—mereka menggunakan kucing dalam strategi promosinya. Sementara itu, di sektor pemasaran yang semakin terintegrasi digital maupun offline, aplikasinya menjadi jauh lebih bervariasi; misalnya dengan adanya influencer yang menjadikan kucing mereka sebagai ikon utama seperti halnya Kucing Pororo atau bahkan digunakan serupa staf operasional layaknya bagaimana shell mengerahkan seekor kucing.

Bisakah Catvertising Dianggap Sebagai Eksploitasi?

Masalah etika ini sungguh amat signifikan. Saat kucing—sebagai contoh spesies hewan tertentu—digunakan dalam sektor bisnis, pasti timbul keraguan tentang perlakuannya serta nasibnya secara keseluruhan. Akan tetapi, pengguna jasa Catvertising yang bertanggung jawab otomatis terlepas dari tuduhan penyalahgunaan selagi berpedoman pada beberapa aturan pokok tersebut.

Kucing tidak diperlakukan untuk melaksanakan hal-hal yang bertentangan dengan insting dasarnya. Sebagai contoh, mereka tak pernah dipaksa memakai pakaian aneh atau masuk ke kondisi yang dapat menimbulkan ketegangan pada mereka.

Pembuatan diselesaikan dalam periode yang pendek dengan berbagai jeda serta adanya pemantauan dari ahli kesehatan hewan.

Para pemilik kucing terlibat serta mendapatkan kompensasi yang sesuai. Hal ini sangatlah penting apabila kucing merupakan hewan peliharaan pribadi.

Alternatifnya, konten dapat dihasilkan dengan menggunakan teknik animasi atau CGI. Berbagai studio saat ini merancang karakter kucing digital tanpa menggabungkan binatang sungguhan dalam proses produksinya.

Iklan Kreatif dan Bertanggung Jawab Yang Menggunakan Hewan

Mayoritas catvertising saat ini cenderung memiliki gaya yang lebih lembut dan beretika, dengan penggunaan rekaman alami atau tingkah laku spontan si kucing. Banyak pembuat konten di platform seperti YouTube maupun TikTok hanya menangkap momen-momen biasa dalam hidup seekor kucing kemudian merombaknya jadi iklan atau promo produk tanpa memberi beban kepada binatang tersebut. Di atas itu semua, para pemilik brand pintar pastinya bakal memanfaatkan catvertising buat mensupport gerakan adopsi atau penjinakan hewan, layaknya iklan oleh Pedigree ataupun organisasi semacam RSPCA yang mendorong kesejahteraan hewani via materi kreatif serta lebih empatik.

Peluang Kerjasama dengan Komunitas Penggemar Kucing

Salah satu aspek penting yang harus dikembangkan oleh pihak yang mengimplementasikan metode ini adalah bahwa Catvertising juga menciptakan kesempatan untuk kerja sama antara merk dan komunitas pencintai kucing. Pendekatan seperti itu dapat membuat kampanye yang dirilis jadi lebih autentik serta disambut secara positif oleh publik, bukan sekadar mempromosikan produk melalui binatang peliharaan tetapi juga memberikan manfaat nyata pada komunitas dan hewan tersebut. Sebagai contoh, suatu merk makanan organik dapat bekerja sama dengan tempat penampungan lokal dan menyajikan materi iklan dengan menggunakan gambar kucing dari tempat penampungan yang sedang menunggu proses adopsi. Dalam situasi demikian, merk akan mendapatkan eksposur, sementara tempat penampungan akan mendapatkan dukungan. Hal ini tentunya akan menjadi hubungan saling menguntungkan.

Ringkasan: Kucing Dapat Menjadi Influencer Positif

Catvertising merupakan gabungan atraktif dari mode visual, taktik pemasaran, serta kasih sayang pada binatang. Jika diterapkan dengan prinsip etis dan tanggung jawab, memakai gambar kucing dalam promosi tak berarti pelecehan, tetapi justru sebagai ungkapan penghargaan atas ketertarikan natural mereka. Akhirnya, kucing tidak sekadar objek lucu di dunia maya; mereka pun dapat menjadi instrumen komunikasi visuel yang ampuh —mampu meningkatkan citra merek sambil menyampaikan pesan baik. Dengan demikian, bila metode ini dipraktekkannya dengan teliti dan rasa cinta, catvertising akan sangat efektif dan juga memberikan inspirasi bagi penonton.

Sumber:

[1]
https://www.kompas.com/sains/read/2023/01/07/110100523/mengapa-manusia-menyukai-kucing-dan-manfaat-memeliharanya-?page=all

[2]
https://en.wikipedia.org/wiki/Catvertising

[3] Morris, J. D., Woo, C., Geason, J. A., & Kim, J. (2002). Kekuatan pengaruh emosi: Meramal niat. Journal of Advertising, 31(4), 7–17.

DOI: 10.1080/00913367.2002.10673675

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *