Skip to content

Belajar dari Diamond Wedding: Menavigasi Ekonomi dan Manajemen Kehidupan bersama Tjiptadinata & Roseliana

Apakah pernikahan masih terlihat realistis di tengah kondisi ekonomi yang sulit dan tidak pasti ini? Atau malah pernikahan merupakan salah satu aspek manajemen kehidupan, yaitu cara seseorang merencanakan masa depan secara menyeluruh?

Memang bukan sekadar cerita cinta antara dua orang saja; perkawinan telah berkembangan menjadi arena pengujian ketegapan mental, stabilitas emosional, serta persiapan merancang masa depan dengan bijak.

Banyak sepasang pengantin muda pada zaman sekarang memilih untuk mengurangi jumlah pernikahan atau malah bingung dengan keputusan tersebut dikarenakan masalah ekonomi. Namun, adakah faktor lain yang patut dipertimbangkan?

Ayo kita teladani pasangan penuh inspirasi: Tjiptadinata dan Roselina. Mereka baru-baru ini memperingati hari ulang tahun pernikahan berlian mereka, yaitu 60 tahun bersama-sama, tepatnya tanggal 2 Januari 2025.

Berdiri teguh merupakan dasar, namun berkembang pesat menjadi tujuannya.

Mereka mengawali pernikahan di usia yang masih sangat muda—keduanya baru berumur 22 tahun—andalah, dimana mereka harus membangun rumah tangga tanpa banyak dukungan finansial. Dalam tujuh tahun awal hubungannya, pasangan tersebut sering kali merasakan tantangan serta kesukaran dalam menjalani hari-hari mereka.

Meskipun demikian, melalui persatuan dan komitmen yang kuat, mereka berhasil menaklukkan beragam cobaan hidup sampai pada titik mencapai kesuksesan yang dijadikan contoh oleh banyak pihak.

Sepanjang perjalanannya yang panjang tersebut, mereka bukankah sekadar bertahan namun turut tumbuh bersama-sama. Tidak ada keluhan atau pun keputusan untuk berhenti; justru saling memberi dukungan antara satu dengan lainnya. Saat ini, mereka telah merasakan kemanisan hidup dalam rumahtangga bersama anak-anak, cucu-cucu, serta generasi keturunan selanjutnya. Kasih sayang diantara mereka masih kokoh, malah menjadi lebih mendalam seiring waktu.

Renungan Diri: Kemampuan Berbeda, Output Tidak Selalu Semua

Secara personal, saya melangsungkan perkawinan pada umur 29 tahun dengan situasi awal yang bisa dikatakan cukup baik: telah mempunyai rumah sendiri serta kendaraan pribadi. Meskipun demikian, seiring waktu berjalan, saya mulai mengerti bahwa memiliki aset finansial yang lebih besar dari awal belum tentu akan memberikan hasil terbaik di kemudian hari.

Apabila dibandingkan, saya hanyalah seorang yang tak berarti ketimbang keberhasilan hidup pasangan Tjiptadinata dan Roselina.

Inilah pelajaran terpenting dari pengalaman ini: perkawinan tidak ditentukan oleh siapa yang memiliki persiapan finansial lebih baik di awal, tetapi oleh siapa yang mampu bertahan lama, penuh kesabaran, serta selalu memberikan dukungan satu sama lain sepanjang perjalanan hidup berdua.

Bukan tentang Uang, Namun Kesediaan Emosi dan Pandangan Masa Depan

Menikah saat menghadapi situasi finansial yang berat tentunya menjadi tugas berat. Namun, apabila dasar dari ikatan pernikahan kokoh, saling berkomentar secara jujur, serta tujuan hidup sejalan, hambatan materi pun bisa dilalui bersama-sama.

Di sisi lain, perkawinan yang didasari oleh pertimbangan finansial saja — tanpa adanya kematangan emosional dan jenjang tujuan bersama — cenderung mudah terombang-ambing.

Oleh karena itu, pengelolaan hidup sangatlah krusial. Berumah tangga harus menjadi elemen dalam strategi kehidupan Anda, dan tidak hanya respons terhadap tekanan sosial atau pertambahan umur. Rumah tangga merupakan suatu proses jangka panjang, bukannya sebuah titik akhir yang statis.

Belajar dari Teladan

Tjiptadinata serta Roselina, yang terkenal dengan sebutan Opa Tjip dan Oma Rose dalam kalangan maya, rajin membagikan karya mereka melalui tulisan dan komentar sebagai bagian dari Kompasiana.

Tidak hanya sebagai contoh dalam hal perkawinan, mereka juga menunjukkan jiwa yang rajin membagikan pengetahuan serta terus-menerus belajar, sampai pada tahap lanjut umur.

Gelora mereka menjadi bukti bahwa rasa cinta serta perkawinan dapat tetap berkelimah, memberikan arti, dan mendorong inspirasi bagi setiap orang.

Kesimpulan: Menikah Merupakan Suatu Pilihan Hidup, Bukan Hanya Respons Terhadap Faktor Ekonomi

Maka, apakah pernikahan ini tentang in this economy atau manajemen hidup? Jawapannya adalah: kedua-dua pendapat tersebut boleh jadi betul, bergantung kepada cara kita melihat dan menghadapi ia.

Namun, apabila berharap memiliki perkawinan yang abadi dan bernilai, pandanglah perkawinan itu sendiri sebagai elemen dalam pengelolaan hidup — sebuah petualangan bersama untuk berkembang, bertahan, serta saling mendukung.

Dan ketika pada akhirnya kita menemui tantangan sepanjang jalan tersebut, marilah kita selalu memperhatikan satu hal: perkawinan tidak bergantung pada siapa yang lebih dulu mencapai keberhasilan, tetapi siapa yang terus setia dalam menyimpan janji serta kasih sayang.

Penulis: Merza Gamal (Mantan Gaul dengan Berbagai Kegiatan)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *