Apakah memang Raja Pertama Kerajaan Demak adalah Raden Patah? Bagaimana sumber-sumber sejarah umum menggambarkan hal ini?
—
AsahKreasi hadir di kanal WhatsApp Anda, ikuti dan dapatkan informasi terkini dari kami disini.
—
AsahKreasiOnline.com –
Sampai saat ini, Kesultanan Demak dikenal sebagai kesultanan Islam pertama yang terbentuk di pulau Jawa. Akan tetapi, muncul sebuah pertanyaan: apakah Raja Pertama dari Kesultanan Demak memang bernama Raden Patah?
Versi populer
Berdasarkan versi yang paling diterima luas, Raden Patah merupakan raja pertama dari Kesultanan Demak. Menurut laporan Kompas.com, ia memiliki gelar Sultan Alam Akbar Al Patah dan memerintah mulai tahun 1478 sampai 1518.
Berdasarkan versi yang banyak beredar, ketika masih anak-anak, Raden Patah lebih dikenal dengan nama Pangeran Jimbun. Ia diklaim sebagai buah hati dari Raja terakhir Majapahit, Brawijaya V, serta seorang puteri asli Tiongkok bernamakan Siu Bun Ci. Lahir di kota Palembang pada tahun 1455, Raden Patah memiliki latar belakang keluarga istimewa seperti itu.
Kisah dimulai saat Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming mengutus Putri Siun Bun Ci ke Brawijaya V di Majapahit untuk memperlihatkan niat baik mereka. Selanjutnya, Brawijaya V pun akhirnya terpikat oleh wanita tersebut.
Sialnya, kedatangan Siu Bun Ci ke kerajaan Majapahit justru menimbulkan ketidakpuasan pada Ratu Dhawarawati, si istri raja. Akhirnya, Brawijaya V terpaksa menyuruh Siu Bun Ci keluar dari istana saat dia sedang hamil.
Setelah itu, Siu Bun Ci diantar kepada adipati Palembang, Arya Damar. Sesudah melahirkan Raden Patah, ia malah menikahi Arya Damar dan bersama-sama mereka mempunyai seorang putra yang diberi nama Raden Kusen, yaitu saudara tirinya Raden Patah.
Ketika masih muda, Raden Patah diberi peluang untuk menimba ilmu dengan baik berkat status sebagai bangsawan. Ia tinggal selama dua dekade dalam kediaman Adipati Palembang sebelum pada akhirnya memilih pulang ke Majapahit bersama saudara laki-lakinya yang lain, yaitu Raden Kusen.
Raden Patah setelah itu menuntut ilmu di Ampel Denta, sebuah lembaga pendidikan Islam ternama di Pulau Jawa pada masa tersebut.
Selanjutnya, Raden Patah diberi kepercayaan sebagai seorang ulama dan membangun permukiman di Bintara bersama-sama dengan Sultan Palembang. Di lokasi tersebut, ia merancang pondok pesantren dan mengajarkan ajaran Islam kepada penduduk setempat.
Dengan bertambahnya waktu, area itu kian padat dan diisi oleh kegiatan perdagangan. Kemudian, Raden Patah merubah nama asrama pengajian yang ia dirikan dari Glagahwangi menjadi Demak atau Kesultanan Demak.
Letak Demak yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa menjadikannya posisi yang sangat strategis, sebab daerah ini termasuk dalam jalur pergerakan perdagangan rempah-rupa dari kawasan Indonesia Timur menuju Selat Malaka. Raja-raja Demak pun selanjutnya menyusun manfaat dari kedudukan itu guna mendorong perkembangan kapabilitas maritim mereka.
Dari waktu itu, Kerajaan Demak semakin maju dan berubah jadi sentral perdagangan. Tak sekadar itu saja, Raden Patah dengan dukungan dari para Wali Songo pun sukses mengantarkan negara baginya menjelma sebagai tempat utama untuk menyebarkan agama Islam.
Tidak hanya itu, Kerajaan Demak juga dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Raden Patah, sang pencipta kerajaan ini, menjabat sebagai raja pertama dan memerintah dari tahun 1478 sampai 1518.
Dibawah kepemimpinan Raden Patah, Kesultanan Demak mencapai kemajuan pesat. Negara ini berkembang di beberapa sektor termasuk peningkatan teritorial dan penyebaran agama Islam.
Di area propagasi agama Islam, Raden Patah membangun sebuah mesjid yang kini dikenal dengan nama Mesjid Agung Demak. Dahulu, Mesjid Agung Demak berfungsi sebagai tempat utama bagi aktivitas kerajaan Islam awal di pulau Jawa.
Di samping itu, struktur ini pun difungsikan sebagai tempat kedudukan bagi para wali serta menjadi lokasi penyelenggaraan kajian agama besar. Di area politik, Raden Patah sukses mengembangkan kerajaan Demak dengan menambah luasan wilayahnya dan meningkatkan ketahanannya.
Kemajuan itu terlihat dari kemenangan Raden Patah atas Girindra Wardhana yang berhasil merebut tahta Kerajaan Majapahit pada tahun 1478, sehingga akhirnya bisa menguasai kerajaan tersebut.
Raden Patah meninggal dunia pada tahun 1518. Setelahnya, posisi dipertahankan oleh anak laki-lakinya, Pati Unus, yang dikenal karena keberanian dan ketangguhan dalam bertempur serta telah memimpin pertahanan melawan pasukan Portugal di Malaka. Pati Unus menguasai Kerajaan Demak dari tahun 1518 sampai dengan 1521.
Bagaimana dengan referensi historis yang lain?
Tome Pires dalam
Suma Oriental
-Dari Jawa Barat, demikian pula berdasarkan beberapa sumber sejarah yang ada, seperti yang telah disebutkan
Kerajaan Islam Awal di Jawa: Analisis Historis Politik Zamanabad ke-15 dan 16
, mencatat bahwa Dinasti Demak berawal dari pemerintahan tiga orang raja.
Setiap sumber pasti menawarkan nama versinya sendiri, dan tentunya hal ini menjadikan setiap versi unik dan beragam. Perhatikan penjelasan di bawah ini:
Tome Pires menyebutkan:
1. Kakek, tanpa menyebut nama, berasal dari Gresik
2. Pate Rodin Sr.
3. Pate Rodin Jr.
Sadjarah Banten
, naskah sejarah tentang Banten yang paling besar menyinggung:
1. Pejabat tinggi kerajaan Tiongkok yang namanya tak disebutkan
2. a. Cuh-Ceh, menghembus nafas terakhir di usia muda
b. Cu-Cu, juga disebut Arya Sumangsang dan Prabu Anom
3. Ki Mas Palembang
Menurut
Hikayat Hasanuddin
, buku sejarah Banten yang lebih kecil, tapi sama-sama penting:
1. Konfirmasi Keputusan Bersama dengan Munggul
2. a. Pangeran Wirata, wafat di usia muda
b. Pangeran Palembang tua, meninggal muda
c. Cek Ban-Cun
d. Pangeran Palembang Anon, yang dikenal sebagai Molana Arya Sumangsang
3. Molana Tranggana, anak laki-lakinya dari 2-dصند
Sebagaimana dijelaskan oleh seorang wisatawan asal Belanda yang bernama Cornelis de Bruin:
1. Co-Po dari “Moechoel”
2. Arya Sumangsang
3. Arya Tranggana
Meskipun demikian, sesuai dengan mitos kerajaan Mataram–yang sering dipakai sebagai rujukan oleh para sejarawan:
1. Raden Patah
2. Pangeran Sabrang Lor
3. Pangeran Tranggana
Siapakah sesungguhnya sang raja pertama dari Kesultanan Demak?
Bukan saja disebut sebagai sang raja pertama dari Kesultanan Demak, tetapi menurut catatan kerajaan Mataram, Raden Patah dianggap sebagai anak laki-laki dari raja Majapahit terakhir, yang dalam mitos dikenal dengan nama Brawijaya. Diyakin pula bahwa ibunya berasal dari keturunan orang Cina.
Raden Patah, menurut catatan Tome Pires dikenali sebagai Pate Roden Jr., tidaklah menjadi raja pertama Demak melainkan raja kedua. Sedangkan sang raja pertama, sesuai dengan informasi awalnya, berasal dari keturunan Gresik tanpa menyebut nama beliau.
Kira-kira begini garis besar yang ditulis De Graaf dan Pigeaud sebagaimana mengutip keterangan Tome Pires:
Kepala kerajaan Demak yang berkuasa tahun 1513 merupakan seorang ‘budah belian’ asli Gresik, yaitu seorang pembantu setia. Legenda menyebutkan bahwa orang dari Gresik tersebut menjadi pengabdian ke penguasa Demak saat masih tunduk pada Keraton Majapahit. Ia dipromosikan menjadi kapten dan diberi misi untuk memimpin serangan terhadap Cirebon. Usai berhasil dalam pertempuran itu, sang kapten menerima gelar pate dari atasan-nya (dalam konteks ini, pate merujuk pada posisi patih).
Sementara menurut
Sadjarah Banten
Dalam kisah Aria Damar asal Palembanng, dibahas tentang para raja awal Kerajaan Demak. Ceritanya bercerita bahwa di Cina pernah hadir seseorang bernama Syekh Jumadilakbar yang kemudian membantu memelopori pengislaman sang raja.
ternyata upayanya tidak berhasil dan Jumadilakbar akhirnya memilih untuk pergi ke Jawa dengan naik kapal yang dimiliki oleh seorang warga asal Gresik. Namun setelah ia meninggalkan tempat tersebut, kelihatannya sang raja Cina pun mulai yakin tentang superioritas agama Islam.
“Raja Tiongkok tersebut mengirim utamanya untuk menemukan dan memulangkan sang syeikh pulang ke Tiongkok. Utama ini mencarinya hingga ke Siam, Kamboja, Singapura, serta Atani, sebelum pada akhirnya tiba di Gresik,” demikian tertulis oleh De Graaf dan Pigeaud berdasarkan kutipan tersebut.
Sadjarah Banten
.
Namun, ketika diperhatikan lagi, Sheikh tersebut telah lenyap. Di Gresik, orang-orang berkata bahwa sang perwira Tiongkok beserta kedua anaknya, yakni Cun-Ceh dan Cu-Cu, memeluk agama Islam. Perwira itu serta salah satu anaknya, yaitu Cun-Ceh akhirnya meninggal di Gresik. Sedangkan Cu-Cu meraih posisi paling tinggi di Demak.
Singkatnya, Cucu diberi misi oleh Majapahit untuk memberitahu Pangeran Dilah di Palembang bahwa ia harus datang ke Majapahit. Ia pun sukses melaksanakan tugaskannya tersebut.
Sebagai gantinya, Cu-Cu mendapat gelar Aria Sumangsang dari sang raja Majapahit. Selain itu, ia juga dikasihikan seorang putri Majapahit sebagai istri.
Setelah Ki Dilah membongkar kembali, Cu-Cu dikirim sekali lagi untuk menanganinya dan berhasil seperti biasa. Sebagai penghargaan atas kesuksesannya yang berulang kali, Cu-Cu mendapatkan gelar baru yakni Prabu Anom. Putranya pun dianugerahi gelar lain, yaitu Ki Mas Palembang.
Nah, menurut
Sadjarah,
Prabu Anom lah orang yang mencoba memeluk Islam raja Majapahit. Namun, sang raja yang telah lanjut usia tersebut menolakkannya.
Demikianlah, mengenai kebenaran apakah Raja Pertama Kerajaan Demak memang bernama Raden Patah, berbagai catatan sejarah memiliki narasi masing-masing. Di antara semuanya, versi dari Sumber Mataram Islam menjadi yang paling sering digunakan dan menyebutkan bahwa Raja Pertama Kerajaan Demak ialah Raden Patah.