AsahKreasi
,
Jakarta
–
Film
terbaru garapan Joko Anwar,
Pengepungan di Bukit Duri
(The Siege at Thorn High)
menawarkan lebih dari sekadar adegan aksi yang memacu adrenalin. Menariknya, hampir seluruh adegan aksi dalam film ini dilakukan oleh para pemain asli, tanpa bantuan pemeran pengganti atau
stuntman
.
Hanya beberapa adegan berisiko tinggi yang menggunakan
stuntman
untuk menghindari cedera. “95 persen adegan
action
\”dilaksanakan langsung oleh para aktor,\” jelas Joko setelah penayangan film pada hari Kamis, 10 April 2025 di area Kuningan, Jakarta Selatan.
Adegan Aksi Bagian dari Drama di Film
Pengepungan di Bukit Duri
Joko Anwar
menegaskan
Pengepungan di Bukit Duri
bukan film aksi dalam pengertian konvensional. Meski menampilkan adegan kekerasan, ia memastikan tak ada jejak bela diri dalam koreografi adegan. “Semua dikoreografikan seolah mereka bertahan hidup
,” tuturnya.
Alih-alih mempertontonkan duel bergaya seni bela diri, kekerasan dalam film
Pengepungan di Bukit Duri
hadir sebagai refleksi dari tensi emosional dan tekanan sosial. Tindakan fisik yang dilakukan bukan cuma berfungsi sebagai senjata menyerang, tetapi juga ungkapan kesedihan, amarah, serta hasrat untuk bertahan. \”Adegan\”
action
Dalam film ini terdapat unsur dramatis pula. Setiap adegannya,
action
-\”Ini adalah adegan drama,\” kata Joko.
Produksi Berskala Internasional
Di belakang layar, film ini adalah kerjasama perdana antara studio Indonesia, Come and See Pictures, dengan
Amazon MGM Studios
Dari Hollywood. Daftar pemeran juga mencakup sejumlah nama yang melewati beragam generasi. Misalnya; Morgan Oey,
Omara Esteghlal
, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, Kiki Narendra, Lia Lukman, Emir Mahira, Bima Azriel, Natalius Chendana, sampai dengan Landung Simatupang.
Film
Pengepungan di Bukit Duri
Tayangan di bioskop dimulai dari tanggal 17 April 2025. Latar belakangnya adalah di Indonesia tahun 2027 — saat itu negeri tersebut diperlihatkan sedang berada tepat di pinggir jurang keruntuhan karena adanya permusuhan antar ras serta lapisan masyarakat. Cerita dalam film ini melacak petualangan yang dilakukan oleh Edwin (
Morgan Oey
), seorang guru peranakan Tionghoa yang mencari keponakannya yang hilang di tengah kekacauan.
Petunjuk membawanya ke SMA Duri, sekolah untuk remaja bermasalah yang dipenuhi dengan kekerasan. Ketika kerusuhan rasial pecah, Edwin terperangkap di dalam sekolah. Upaya pencarian keponakan pun berubah menjadi perjuangan hidup yang mempertaruhkan nyawa. Dibantu Diana (Hana Pitrashata Malasan), ia berusaha menyelesaikan misi terakhir yang diwariskan sang kakak.