Your cart is currently empty!
AsahKreasi
Seblak
adalah salah satu hidangan favorit yang digemari oleh kalangan remaja, khususnya para penggemar masakan pedas.
Akan tetapi, masakan khas Sunda tersebut sering dikategorikan sebagai hidangan yang kurang sehat.
“Memang benar bahwa seblak kerap kali dipandang sebagai jenis makanan tidak sehat. Namun pada kenyataannya, hal tersebut bergantung pada metode penyajiannya serta komposisi bahannya,” ungkap Dr. Santi selaku pakar manajemen kesehatan dari bidang SDM Korporasi HR Kompas Gramedia ini.
AsahKreasi
pada Rabu (30/4/2025). .
Mengapa seblak dikategorikan sebagai makanan yang kurang sehat? Inilah penjelasan dari Santi.
Santi menyebutkan bahwa seblak dianggap sebagai makanan tidak sehat lantaran biasanya mengandung nutrisi yang rendah. Bahan utamanya mayoritas terdiri dari karbohidrat dengan jumlah protein, lemak baik, serta sayuran yang sangat minim.
“Karena cenderung mengandalkan karbohidrat dengan jumlah protein, lemak sehat, dan sayuran yang terbatas,” katanya.
“Bila dijadikan makanan utama, seperti untuk sarapan atau makan malam, seseorang bisa menghadapi defisiensi gizi yang pastinya akan merugikan kesejahteraan tubuh bila seringkali dilaksanakan,” jelasnya.
Selanjutnya, Santi menyebutkan bahwa seblak terkenal memiliki cita rasa gurih, hal ini umumnya diperoleh dari penambahan berbagai garam dan pengaya rasa.
“Kadar natrium dalam garam, pengawet makanan, serta bahan utama untuk membuat kraker dapat menyumbang hingga seperempat hingga separuh lebih dari ambang batas konsumsi natrium yang dipandang sejalan dengan kesejahteraan tubuh,” jelasnya.
Di samping itu, dia menyebutkan bahwa beberapa jenis krupuk diproduksi dengan penambahan zat tambahan seperti konservan, pewarna, dan sejenisnya.
Menurut dia, hal tersebut pastinya tidak baik untuk kesehatan, terutama bila dimakan dengan berlebihan.
Seblak juga dikenal karena rasanya yang pedas dan disenangi mayoritas orang.
Mengonsumsi banyak cabai dengan frekuensi tinggi dapat meningkatkan risiko masalah pada sistem pencernaan, seperti nyeri abdominal atau diare, khususnya untuk orang yang peka terhadap rasa pedas.
“Makanan bertekstur pedas pun memiliki potensi untuk menggangu istirahat malam, terutama bila dimakan sebelum tidur. Hal tersebut disebabkan oleh dua hal: pertama, iritasi pada sistem pencernaan; kedua, sensasi panas dari rasanya membuat temperatur internal tubuh naik. Kenaikan suhu ini mungkin mempersulit seseorang dalam mencapai keadaan nyenyak dan dapat merusak mutu tidurnya,” katanya.
Apabila telah menjadi kebiasaan untuk menyantap seblak dalam frekuensi yang cukup intensif, Santi menegaskan bahwa orang tersebut berpotensi mengalami defisiensi nutrisi (malnutrisi), serta dapat memicu timbulnya beberapa jenis penyakit yang lebih parah.
“Dari jumlah natrium berlebih ini, dapat mengarah pada tekanan darah tinggi, penyakit jantung, serangan strok, keluhan ginjal, serta kondisi-kondisi lain. Tingginya kandungan natrium pun mampu menyebabkan tubuh menimbun cairan lebih banyak, sehingga bisa menjadikan wajah terlihat membengkak,” paparnya.
Menurut Santi, makanan tak sehat seperti seblak dapat ditingkatkan kesehatannya jika kita memperhatikan beberapa aspek.
Tahap awal yang harus dicoba ialah memasak seblak buatan sendiri di dalam rumah.
Menurut Santi, membuat seblak sendiri di rumah akan memudahkan peningkatan nilainya secara gizi.
“Menyiapkan seblak sendiri dapat mengontrol takaran garam, penyedap rasa, dan cabainya, sambil juga memastikan kehigienisan makanan,” katanya.
Selanjutnya, tingkatkan jumlah protein beserta vitamin dan mineral pada seblak yang umumnya kurang tersebut ketika membelinya di luar.
“Menambahkan lebih banyak protein, misalnya daging ayam, telur, udang, dan sebagainya, sambil meningkatkan porsi sayurnya,” katanya.
Dia menyarankan sementara ini untuk membatasi atau menghindari produk-produk seperti bakso, sosis, dan lain-lain yang merupakan jenis makanan olahan.
Dia menegaskan bahwa langkah-langkah itu harus diambil untuk memastikan nutrisi harian masih terpenuhi ketika mengonsumsi seblak.
Di samping itu, dia menegaskan, “Seblak sebaiknya dianggap sebagai camilan hiburan, bukan sebagai makanan utama.”
Leave a Reply