Your cart is currently empty!
Pemakaman pemimpin tertinggi Gereja Katolik global dan Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, yang digelar di Basilika Santa Maria Maggiore pada hari Sabtu (26/4/2025), dimeriahkan keberadaan beberapa petinggi negara. Meski demikian, terdapat pula sebagian pejabat tingkat nasional yang absen untuk alasan masing-masing.
Kuburan Paus Fransiskus menjadi peluang bagi para pemimpin global berkumpul dan mengucapkan salam perpisahan terakhir kepada Kepala Negara Vatikan tersebut. Di samping itu, acara ini pun dimanfaatkan oleh para pemimpin sebagai platform untuk mendiskusikan skema-strategi masa depan.
Sebagai contoh, Presiden Amerika Serikat (AS),
Donald Trump
, serta temannya Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, bertemu sebelum acara pemakaman Paus Fransiskus. Zelenskyy menyinggung bahwa pembicaraan mereka berfokus pada masalah kedamaian.
“Kami mengadakan diskusi bilateral. Mengharapkan dampak dari seluruh topik yang kita bicarakan,” ujar Zelenskyy melalui unggahan di X pada hari Sabtu.
“Mempertahankan hidup warga kami. Mengakhiri semua pertumpahan darah dengan gencatan senjata total dan tidak ada syarat. Perdamaian yang bisa dipercaya serta kekal untuk menghindari terjadinya konflik lebih lanjut. Rapat ini memiliki arti historis penting, yang mungkin membekas sepanjang masa, apabila kita berhasil mendapatkan kesepakatan bersama,” tegasnya sambil menyampaikan rasa terimakasih kepada Trump.
Menurut kutipan dari laporan Euro News pada 26 April 2025, Direktur Komunikasi Gedung Putih, Steven Cheung, menyebutkan bahwa “keduanya bertemu secara langsung hari ini dan berdiskusi dengan hasil yang cukup baik.”
Sebaliknya, sejumlah pemimpin negara enggan hadir dalam upacara pemakaman Paus Fransiskus dan lebih memilih mengirim wakil mereka. Sebut saja presiden Indonesia, Prabowo Subianto, yang menyertakan mantan presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) sebagai duta khusus pada acara tersebut.
Ketua MPR RI, Ahmad Muzani, mengatakan bahwa pemilihan Jokowi sebagai wakil untuk pertemuan tersebut disebabkan oleh fakta bahwa Presiden ke-7 RI ini telah secara pribadi bertemu dengan Paus Fransiskus ketika dia masih menjabat sebagai presiden. Pertemuan antara keduanya terjadi selama kunjungan Paus Francis ke Indonesia yang berlangsung di bulan September tahun 2024.
“Pak Jokowi adalah presiden ketika itu yang bertemu langsung ketika Paus Fransiskus berkunjung ke Jakarta sehingga Pak Prabowo merasa tingkatnya adalah tingkat kepala negara ketika itu,” kata Ahmad Muzani, Jumat (25/4/2025) dikutip dari
ANTARA
.
Setidaknya terdapat 121 perwakilan
negara
Yang menghadiri pemakaman Paus Fransiskus berjumlah sebanyak itu, mencakup 61 presiden atau perdana menteri, 40 wakil dari para kepala negara, serta 31 wakil daripara pimpinan pemerintah.
Di luar Indonesia, terdapat berbagai negara yang tidak memiliki jabatan presiden atau perdana menteri. Di bawah ini adalah tujuh contoh dari pemimpin negara atau pemerintah yang tak hadir dalam struktur kekuasaan tersebut.
pemakaman
Paus Fransiskus beserta alasannya:
Presiden Cina, Xi Jinping, tidak menghadiri pemakaman Paus Fransiskus. Cina mengirim Chen Chien-jen, mantan wakil presiden, untuk mewakili Xi Jinping. Tidak diketahui pasti alasan Xi Jinping absen. Namun, hal tersebut diyakini lantaran Cina tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Vatikan.
Terkait kabar sedih dari Vatikan tersebut, pemerintah Cina baru mengeluarkan pernyataan singkat sekitar 24 jam setelah kematiannya yang diumumkan oleh Paus Fransiskus, yakni sesaat setelah pertanyaan diajukan kepada juru bicara Kementerian Luar Negeri, Guo Jiakun, pada hari Selasa. “Cina mengekspresikan kesedihan mendalam karena wafatnya Paus Fransiskus,” ucapnya.
Guo Jiakun menyatakan pula bahwa “selama beberapa tahun belakangan ini, China dan Vatikan sudah membina ikatan yang positif serta melibatkan diri dalam tukar-menukar hal-hal bernilai. Negara Cina bersedia kerja sama dengan Vatikan guna mendukung perbaikan kontinu pada relasi antara kedua negara tersebut.”
Nina Shea dari Hudson Institute mengatakan bahwa pemerintah China tidak memandang Paus sebagai seorang pemimpin spiritual, tetapi lebih kepada posisi ketua negara saja.
“Ini adalah cerminan dari penolakan mereka untuk mengakui supremasi otoritas kepausan atas Gereja Katolik dan bahwa mereka melihat paus hanya dalam istilah sekuler sebagai kepala negara, Takhta Suci,” ucap Nina dikutip dari Catholic News Agency (CNA).
Presiden Rusia, Vildamir Putin absen dan mengirim Olga Lyubimova, Menteri Kebudayaan Rusia, untuk mewakilinya. Ketidakhadiran Putin secara luas dipandang terkait dengan surat perintah penangkapan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terhadapnya, meskipun ia memuji Paus Fransiskus sebagai “pembela humanisme” dalam penghormatan setelah kematiannya.
Seperti dilaporkan oleh Euro News, walaupun secara prinsip risikonya tinggi apabila ia melangkaui batas wilayah Italia, namun peluangnya masih kabur. Menurut harian Italia Corriere della Sera, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Italia hingga saat ini belum meneruskan surat permintaan International Criminal Court (ICC) kepada Mahkamah Banding di Roma, tindakan yang harus dilakukan agar proses penahanan dapat direalisasikan.
Dilaporkan pula bahwa kementerian itu tidak berhasil menangani lima instruksi tambahan terhadap petinggi Rusia, termasuk Maria Alekseyevna Lvova-Belova, komisaris untuk urusan anak-anak di Russia, yang dituduh memiliki kasus serupa dengan Putin.
Israel mengirim Yaron Sideman, Duta Besar untuk Takhta Suci, untuk berpartisipasi dalam upacara pemakaman Paus Fransiskus. Kehadiran ini menonjol lantaran ketidakhadirannya Perdana Menteri Israel, Netanyahu, yang mencerminkan tensi yang memburuk antara Israel dan Vatikan akibat konflik Israel-Hamas di Gaza.
Saat berita tentang kematiannya menyebar, para pemimpin global dengan cepat mengucapkan kesedihan mereka terhadap kepergian Paus. Pesan duka cita formal pertama datang hanya beberapa jam setelah pengumuman tersebut, berasal dari Presiden Israel Isaac Herzog.
Namun, pemerintahan Netanyahu bersabar selama tiga hari sebelum merilis pernyataan, yang umumnya dipandang sebagai indikasi diplomatis. Paus Fransiskus sudah beberapa kali menyuarakan penolakannya terhadap konflik di Gaza, sehingga meningkatkan ketegangan antara Israel dan Vatikan.
Mark Carney, mantan Perdana Menteri Kanada, mengutus Gubernur Jenderal Mary Simon sebagai wakil Kanada. Ini terjadi karena Carney tak dapat hadir, berkat dirinya yang tengah sibuk dalam masa kampanye pemilihan umum.
“Saya enggan hadir ke pemakaman karena ada pemilu penting yang harus saya dampingi serta untuk menyampaikan pesan yang sesuai,” ujarnya saat beristirahat sejenak dalam rangkaian kampanye sebagai ketua Partai Liberal di Victoria seperti dilaporkan oleh CTV News pada hari Rabu kemarin.
“Tim kita hadir pada jenjang paling atas, ini tentu sesuai dengan harapan, dan kita juga bakal didampingi oleh perwakilan tingkat tinggi,” ujarnya. Kantor Perdana Menteri menyebutkan bahwa sang suami, Simon Fraser, serta Kepala Senat Raymonde Gagne pun turut menjadi anggota tim Kanada tersebut.
Gubernur Jenderal Sam Mostyn menggantikan posisi Australia dalam upacara pemakaman Paus Fransiskus sebagai bentuk penghargaan dari negera tersebut. Sementara itu, Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, tidak dapat hadir dikarenakan sedang berlangsungnya masa kampanye pemilu federal.
Pada suatu pidato yang diarahkan kepada rakyat pada hari Senin Paskah usai menyampaikan berita meninggalnya Paus, Albanese menuturkan bahwa “kesetiakawasan Paus Fransiskus mencakup seluruh umat manusia.” Ia juga menjelaskan, “cintanya terhadap kemanusiaan sungguhlah besar dan dalam,” tambah Albanese. “Bekas kenangan serta contoh kebaikannya bakal tetap lestari seiring waktu.”
Claudia Sheinbaum, Presiden Meksiko, menyampaikan penolakan hadirnya dirinya sambil menjelaskan adanya kemungkinan akan mendapat kritikan akibat kunjungan tersebut berdasarkan masalah pemisahan antara agama dan pemerintah. Dia memilih menteri dalam negeri, Rosa Icela Rodriguez, sebagai wakil bagi Meksiko pada acara ini.
“Kami memilih untuk tidak hadir dalam acara Paus Fransiskus, dan telah menerima berbagai macam kritikan atas keputusan ini. Jika kami menyampaikan niatan untuk ikut serta, situasinya tetap tak akan berubah; masih akan ada gelombang kritikan besar-besaran. Di manakah batasan antara gereja dan negara? Kenapa harus kamu sendiri yang datang ke pemakaman Paus Fransiskus?” ungkap Claudia saat memberi keterangan pers harian seperti dilansir El Universo.
Elmer Schialer, Menteri Luar Negeri Peru, mewakili negara itu pada acara pemakaman Paus Fransiskus karena Presiden Peru, Dina Boluarte, tak diperbolehkan hadir berdasarkan keputusan badan legislatif. Usulan permohonannya untuk datang dikalahkan dengan voting sebanyak 45 suara melawan, 40 menyokong, dan satu yang batal memilih.
Perdebatan di Parlemen berlangsung singkat, dan hanya tiga anggota Kongres yang berbicara. Diego Bazán, dari Popular Renewal, menyatakan kemarahannya atas permintaan Boluarte, yang muncul di tengah krisis ketidakamanan warga.
“dia merasa malu bahwa mereka berada di sini, tidak di pedesaan, tetapi justru menyia-nyiakan waktu untuk menuruti keinginan presiden,” katanya.
Pada saat yang sama, Susel Paredes dari koalisi Democratic Change – Bersama untuk Peru menolak tuntutan presiden dan mengusulkan agar beliau menyaksikan upacara pemakaman Paus melalui platform-media sosial.
“Bila seorang wanita berniat mendoakan roh Paus, dia harus meneladani perilakunya, tetap konsisten dalam menjalani hidupnya, hadir di misa tiap harinya, serta tidak membuang-buang uang untuk sesuatu yang sia-sia,” ungkapnya.
Leave a Reply