Skip to content

Dibalik Komunikasi Rahasia: Intelijen Rusia dan CIA, Bagaimana Penjelasan Resmi Moskow?

AsahKreasi.CO.ID, MOSKOW — Sejak kepemimpinan Donald Trump di Amerika Serikat, interaksi dengan Rusia menjadi lebih positif. Keduanya sedang berusaha menciptakan kedamaian serta perjanjian ekonomi yang mutually beneficial.

Pemimpin badan intelijen Russia SVR pada hari Kamis mengatakan bahwa dia telah melaksanakan pembicaraan telepon yang “membawa hasil” dengan kepala agensi intelijen Amerika Serikat CIA.

SVR adalah singkatan dari Sluzhba Vneshney Razvedki, yang berarti Dinas Intelijen Luar Negeri (Foreign Intelligence Service) di Rusia. Ini adalah badan intelijen asing sipil utama di Rusia. SVR menggantikan Direktorat Utama Pertama KGB pada Desember 1991.

“Saya sudah berbicara melalui panggilan telepon dengan rekan saya, Direktur CIA,” ungkap Sergey Naryshkin saat menjawab pertanyaan wartawan di Moskow terkait pembicaraannya dengan John Ratcliffe.

“Saya tidak menutup kemungkinan untuk bertemu secara langsung dalam waktu singkat,” ujar Naryshkin.

Rusia dan AS telah mencapai tahap baru dalam dialog mereka sejak pemulangan Donald Trump ke Gedung Putih. Perwakilan dari kedua negara berjumpa di Arab Saudi pada tanggal 19 Februari lalu dan melakukan pembicaraan yang berlangsung hampir lima jam lamanya.

Di samping itu, sudah ada dua ronde diskusi bilateral yang dilangsungkan di Istanbul, Turki. Diperkirakan Steve Witkoff, duta besar Amerika Serikat untuk negosiasi tersebut, akan berkunjung ke Moskow minggu ini. Terdahulu, ia telah berjumpa dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di St. Petersburg tanggal 11 April lalu.

Trump sudah menyatakan niatnya supaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina dapat dicapai minggu ini. Namun di hari Rabu, ia mencela presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang enggan menerima kedaulatan Rusia atas Krimea.


“Keadaan di Ukraina sungguh memprihatinkan. Ia (Zelenskyy) mungkin akan mencapai perdamaian, atau ia harus terus bertarung selama tiga tahun lagi sebelum kehilangan seluruh negara,” tulis Trump pada platform media sosialnya, Truth Social.

Pada hari yang sama, Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengutuk tindakan Russia di Kamis, menyusul pelaporan dari Ukraina tentang serangan terbaru oleh pasukan Rusia yang merenggut nyawa dua orang dan mencederai 54 lainnya.

Lebih dukung Rusia

Amerika Serikat sekarang semakin menyadari pandangan Rusia tentang perselisihan di Ukraina berkat adanya pembicaraan yang baru dimulai antara kedua belah pihak, ungkap Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada hari Rabu (23/4), setelah masa tanpa komunikasi diplomatis selama kurang lebih tiga tahun.

“Yang ingin saya katakan adalah kami terlibat dalam upaya memahami posisi Rusia. Kami kini lebih memahami hal itu karena kami telah berbicara dengan mereka setelah tiga tahun tidak berbicara dengan mereka,” kata Rubio dalam sebuah wawancara dengan gerai media The Free Press.

AS juga berupaya menyelidiki kedalaman perbedaan antara posisi Rusia dan Ukraina, demikian ujar Menteri Luar Negeri AS itu, sambil menegaskan bahwa dia tak bisa mengabaikan potensi bahwa pandangan keduanya mungkin sulit disatukan.

“Sudah kita lakukan sebisa mungkin. Sudah banyak waktu dan tenaga kita curahkan pada pemerintahan tertinggimulai. Kita siap terus begitu selagi masih ada jalannya yang masuk akal,” kata Rubio.

“Jika pada suatu saat kami memutuskan bahwa kami terlalu berjauhan dan tidak cukup banyak pergerakan yang terjadi, kami mungkin perlu beralih ke prioritas lain karena ada banyak hal penting yang terjadi di dunia. Ini bukan perang kami. Kami tidak memulai perang ini,” ujar dia menambahkan.


Pada hari Rabu sebelumnya, Departemen Urusan Asing Britania Raya menyampaikan bahwa diskusi terkait Ukraina di London yang direncanakan untuk tingkat Menteri Luar Negeri telah ditangguhkan. Pertemuan tersebut kemudian disepakati berlangsung pada level yang lebih rendah.

Sky News menyebutkan bahwa menteri luar negeri Prancis dan Jerman membatalkan perjalanan mereka menuju London guna membahas masalah Ukraina seiring dengan penghapusan kunjungan Rubio serta duta besar khusus AS Steve Witkoff ke Inggris.

Sekarang ini, media di Amerika melaporkan bahwa Pemerintah AS sudah secara resmi mengajukan pengakuan akan kedaulatan Rusia atas Semenanjung Krimea yang diserahkan oleh Moskow tahun 2014. Ini dilakukan sebagai usaha Gedung Putih untuk mendukung persetujuan perdamaian dan menyelesaikan konflik di Ukraina, demikian seperti dikabarkan The Washington Post pada hari Selasa kemarin.

Usulan yang diajukan oleh perwakilan Amerika Serikat kepada otoritas Ukraina saat pertemuan di Paris itu termasuk pengakuan wilayah Krimea sebagai bagian dari Rusia serta penarikan bertahap hukuman pembatasan terhadap Moskow.

Sebagai gantinya, Rusia akan berhenti dari pertempuran dan menyetujui untuk tidak melanjutkan aktivitas militernya di area konflik.

Menurut laporan media dari Amerika Serikat yang merujuk pada beberapa petugas berwenang terkait masalah perundingan itu, draf rancangan pemerintah pimpinan Presiden Donald Trump ini menciptakan keprihatinan di kalangan mitra-mitra Ukraina di Benua Eropa.

Diskusi tentang masalah ini dilaporkkan akan melanjut ke London pada hari Rabu, dengan partisipasi pejabat senior dari Ukraina, Amerika Serikat, serta negara-negara Eropa.

Konselor presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengakui bahwa walaupun mereka sepakat dengan beberapa poin dalam rencana Amerika Serikat tersebut, namun ada juga poin-poin yang masih menjadi perdebatan.

Beberapa pejabat Barat juga mengekspresikan kekhawatiran mereka tentang tingkat konvensi yang mungkin akan ditawarkan Amerika Serikat kepada Rusia.

Laporan itu juga menunjukkan bahwa para diplomat Eropa berencana untuk terus mendukung agar perjanjian perdamaian yang akan ditandatangi memuat perlindungan keamanan yang lebih baik serta janji dukungan dalam proses pemulihan pasca-perang di Ukraina.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, sempat mengingatkan bahwa AS mungkin akan mundur dari pembicaraan damai di Ukraina jika tak terjadi perkembangan berarti dalam negosiasi tersebut.

Kebijakan baru Washington yang mengakui kedaulatan Rusia terhadap Semenanjung Krimea akan menjadi pergeseran signifikan dalam diplomasi internasional Amerika Serikat.

Pihak berwenang di Ukraina menganggap posisi mereka atas Krimea sebagai suatu area tidak dapat ditawar-tawarkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *