Skip to content

Tandingan Beijing Dorong Trump Seolah Tetap ‘Berengeletkan’ Soal Perundingan Tarif AS-China

AsahKreasi.CO.ID, BEIJING — Pada hari Kamis, 24 April 2025, pihak berwenang di China menyangkal adanya pernyataan tentang pembicaraan tariff yang sedang terjadi antara kedua belah pihak. Sebelumnya, beberapa kali ditekankan oleh para petinggi Amerika Serikat termasuk dari mulut Presiden Donald Trump sendiri bahwasannya ada negosiasi tariff antara Beijing dengan Washington yang sedang berjalan.

“Saat ini tak terjadi pembicaraan ekonomi atau dagang diantara China dan Amerika Serikat,” ungkap juru bicara untuk Menteri Perdagangan China, He Yadong seperti dilaporkan.

Asharq Al-Awsat.

Yadong menyatakan, “Setiap klaim mengenai kemajuan negosiasi perdagangan antara China dan AS sama saja dengan mengejar angin dan tidak memiliki dasar fakta.”

Pada Selasa (22/4/2025), Presiden AS Donald Trump, mengatakan, bahwa tarif final untuk China akan turun secara substansial dari saat ini sebesar 145 persen. Kepada wartawan, Trump mengatakan Washington akan bersikap “sangat baik” kepada Beijing.

“145 persen dan tidak akan se tinggi itu,” ujar Trump merespons pertanyaan jurnalis di Ruang Oval.

Pada hari Selasa pagi sebelumnya, Menteri Keuangan Scott Bessent menyampaikan di sebuah konferensi investasi privat yang diselenggarakan oleh JPMorgan Chase bahwa dia percaya hubungan antara China dan Amerika Serikat akan mereda. Ia menambahkan kepada para investor untuk berharap adanya “penurunan tensi” dalam hal ini.

Pada Rabu (23/4/2025), Trump mengatakan, bahwa pengurangan besaran tarif terhadap China akan bergantung pada aksi dari para pemimpinnya. “Itu tergantung pada China bagaiman tarif bisa segera turun,” kata dia di Ruang Oval.

Trump juga mengonfirmasi bahwa dia berkomunikasi langsung dengan China dan Presiden Xi Jinping “setiap hari” dan dia berharap kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan. Sementara, penasihat ekonomi Trump mengataka dia “optimistis” bahwa sebuah kesepakatan dagang antara China akan tercapai.

“Kami yakin dapat mencapai persetujuan dengan pihak Tiongkok, serta percaya bahwa kita mampu meredam tensi sebentar lagi dan memberikan udara segar untuk pertumbuhan ekonomi kedua negera serta global,” ungkap penasihat ekonomi Trump, Stephen Miran, dalam Konferensi Tingkat Tinggi Semafor.

Pada hari Rabu, Presiden Xi Jinping menyampaikan bahwa perang tariff dan perdagangan merusak hak serta keuntungan yang sah bagi seluruh negara di planet ini, menciderai mekanisme perdagangan global, dan berdampak pada struktur ekonomi dunia secara keseluruhan. Pihak Beijing pun menegaskan tak adanya diskusi perdagangan apa pun dengan pemerintah Washington meski beberapa petugas Amerika Serikat telah membuat serangkaian tuduhan tersebut.

Menteri Luar Negeri China Guo Jiakun menegaskan, “Tidak ada diskusi maupun perundingan antara China dengan Amerika Serikat tentang tarif, jadi lebih-lebih lagi kita belum sampai pada suatu persetujuan.” Dia juga menyampaikan bahwa klaim seperti itu adalah “informasi yang salah”, demikian ujar Jiakun.

Di sisi lain, di Washington DC, Governor Bank Sentral Tiongkok Pan Gongsheng menyampaikan bahwa negaranya akan berkomitmen pada perdagangan bebas yang teratur serta dukungan untuk sistem perniagaan global multi-pihak. Hal tersebut dikatakannya saat memberi pidato dalam acara G20.

 Tandingan Beijing Dorong Trump Seolah Tetap 'Berengeletkan' Soal Perundingan Tarif AS-China

Duta Besar China untuk Indonesia menyatakan bahwa bea balasan yang diberlakukan oleh Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump terhadap produk-produk dari berbagai negara seperti China dan Indonesia telah merusak struktur perdagangan dunia. “Ini sangat mencederai hak-hak dan keuntungan legal negara-negara tersebut, tidak hanya melanggar peraturan WTO tetapi juga mencemarkan prinsip-prinsip sistem perdagangan internasional, sementara sekaligus mempengaruhi keseimbangan ekonomi global,” ungkap Penasehat Bidang Ekonomi dan Perdagangan Duta Besar China Li Hongwei saat jumpa pers di Jakarta pada hari Kamis tanggal 24 April tahun 2025.

Li menyebutkan bahwa pada masa kini, laju perkembangan perekonomian dunia kurang memuaskan, proses globalisasi di sektor ekonomi sedang menghadapi penurunan yang signifikan, perseteruan tariff dan dagang masih menjadi ancaman, serta kesinambungan jaringan pasokan internasional tengah mendapat tantangan besar.

“Dalam hal ini, negara-negara harus menunjukkan komitmennya lebih lanjut dalam merawat sistem perdagangan global, tetap pada jalur yang tepat untuk meningkatkan kelonggaran perdagangan dan investasi, mengakui aturan pasar, memperdalam kolaborasi jaringan produksi dan supply chain, serta mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang bersifat terbuka,” katanya.

Dengan memperingati 75 tahun hubungan diplomatis antara China dan Indonesia yang jatuh pada tahun ini, Li menekankan betapa pentingnya menjadikan situasi dunia yang tidak stabil sebagai peluang untuk merintis halaman baru dalam kolaborasi persahabatan kedua negeri tersebut. Ia menyebutkan bahwa China sudah lama berperan sebagai mitra perdagangan utama bagi Indonesia sepanjang 12 tahun berturutan serta penyedia modal asing nomor tiga tertinggi selama sembilan tahun berturutan.

Menurut informasi dari Kementerian Investasi Indonesia, jumlah proyek investasi yang diluncurkan oleh perusahaan asal Tiongkok sudah mencapai lebih dari 20.000 projek, meliputi konstruksi kereta cepat antara Jakarta-Bandung serta beberapa sektor industri vital lainnya.

“Bila dikombinasikan dengan reinvestasi dari Hong Kong dan Singapura, kemungkinan besar China menjadi pemain asing terbesar di Indonesia,” ujarnya.

AA1CcZ7Q Tandingan Beijing Dorong Trump Seolah Tetap 'Berengeletkan' Soal Perundingan Tarif AS-China

Grafik tentang kebijakan tariff impor yang dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump. – (AsahKreasi Infographic)

Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memastikan posisi tawar Indonesia tetap netral di tengah ketegangan AS dan China imbas tarif resiprokal. “Indonesia, baik dalam ASEAN sebagai negara terbesar maupun hubungan dengan AS dan China yang sedang mengalami eskalasi tensi, kita tetap dalam posisi yang cukup netral, dihormati, dan diperhitungkan. Ini merupakan daya tawar yang baik yang harus kita jaga,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar secara daring, dipantau di Jakarta, Kamis.

Menurut Sri Mulyani, Indonesia telah melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan China. Indonesia menyampaikan untuk terus mempererat hubungan, yang direspons oleh Menteri Keuangan China dengan undangan bagi Indonesia untuk datang ke Beijing.

AS pun juga ingin tetap meningkatkan hubungan erat dengan Indonesia. Bendahara negara ini optimis posisi daya tawar Indonesia yang relatif baik didukung oleh kinerja perekonomian yang terjaga. Dengan dukungan itu, Indonesia memiliki modal yang cukup dalam menghadapi situasi dunia yang dinamis dan cair.

Sebelumnya, Mari Elka Pangestu selaku wakil ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) mengusulkan agar pemerintah Indonesia seharusnya melakukan negosiasi dengan Cina sebagai tanggapan atas keputusan tariff oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

“Kami harus menjalankan diplomatik dan interaksi proaktif bukan saja dengan Amerika Serikat, tapi juga dengan Tiongkok,” ungkap Mari Elka pada acara yang diselenggarakan oleh The Yudhoyono Institute (TYI) berjudul ‘Perubahan dan Kemajuan Dunia Saat Ini: Geopolitik, Keamanan, serta Ekonomi GLOBAL’ di Jakarta, Minggu (13/4/2025).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *