Ekuitas di Asia serta kontrak saham Amerika Serikat jatuh pada hari Senin (21/4). Di samping itu, kurs dolar AS melemah pula akibat ketakutan seputar tariff dan kritikan Presiden AS Donald Trump kepada Federal Reserve, hal ini menekan sentimen pasar sehingga menyebabkan harga emas mencapai level tertingginya.
Trump menggelontorkan sejumlah kritik kepada Kepala Federal Reserve, Jerome Powell, kemarin kamis, sementara stafnya sedang menyelidiki opsi untuk bisa mencopot jabatan Powell. Tindakan tersebut dipandang berpotensi memberikan dampak signifikan pada kebebasan bank sentral serta di pasaran dunia.
Kontrak berjangka S&P 500 merosot sebesar 0,64 persen sementara kontrak berjangka Nasdaq menurun 0,53 persen. Di kawasan Asia, Indeks Nikkei di Jepang (.N225) mengalami penurunan sebanyak 1 persen. Sebaliknya, indeks patokan untuk Korea Selatan (.KS11) tetap stabil.
“Pasar telah merasakan ketidaknyamanan akibat peningkatan tensi geopolitik, dan kini mulai timbul kecemasan akan kemungkinan intervensi Trump terhadap Fed yang bisa memperburuk tingkat ketidaktentuan saat ini,” ungkap Charu Chanana, sang pemimpin strategi investasi dari Saxo di Singapura.
Tanda-tanda dari intervensi politik terhadap kebijakan moneter bisa mengganggu kemandirian Fed serta membuat perjalanan tingkat suku bunga di masa mendatang menjadi lebih rumit, sedangkan para investor saat ini mencari ketenangan dalam suasana gejolak ekonomi global yang tidak menentu.
Tarif yang diusulkan oleh Trump sudah menciptakan goncangan di pasar keuangan dan menyebabkan penjualan massal dari surat utang negara serta mata uang dollar, hal ini membawa ketidakpastian tambahan tentang posisi aset safe haven Amerika Serikat.
Keyakinan yang lemah terhadap aset Amerika Serikat semakin memburuk akibat serangan Trump kepada Federal Reserve, sehingga membuat nilai tukar dolar merosot ketimbang kebanyakan mata uang dunia lainnya. Euro mencapai puncak dalam tiga tahun ini, sedangkan yen mendekati titik tertingginya selama tujuh bulan terakhir.
Franc Swiss meningkat sebesar 0,6 persen melawan dolar dan hampir mencapai titik tertinggi dalam 10 tahun yang diraih di awal bulan ini.
Presiden Federal Reserve Bank of Chicago, Austan Goolsbee, menyampaikan pada hari Minggu bahwa dia berharap AS tidak akan mencapai situasi di mana kapabilitas bank sentral dalam merumuskan kebijakan moneter tanpa pengaruh tekanan politik menjadi diragukan.
Yield dari surat utang pemerintah Amerika Serikat dengan jangka waktu 10 tahun yang dijadikan patokan mengalami kenaikan sebesar 3 pip hingga mencapai 4,358% saat pasar perdagangan Asia dibuka.
Pada awal musim penghasilan di Amerika Serikat, perhatian para pemegang saham minggu ini akan tertuju pada kinerja raksasa teknologi Alphabet (GOOGL.O), produsenchipIntel (INTC.O), serta pabrikan mobil listrikTesla(TSLA.O).
Setiap saham dari tujuh perusahaan raksasa Magnificent Seven mengalami penurunan yang signifikan di tahun 2025; Alphabet merosot kira-kira 20%, sementara Tesla jatuh sebesar 40%.
Perusahaan dan investor tengah berjuang menghadapi regulasi pajak yang dinamis sementara pemerintahan Trump melakukan perundingan dengan negera-negeri lainnya.
Meskipun Trump sudah mengakhiri sebagian bea masuk tertinggi untuk barang impor, Amerika Serikat tetap berada dalam perselisihan perdagangan dengan Tiongkok, ekonomi nomor dua terbesar global.
Trump menyampaikan pada hari Jumat bahwa Amerika Serikat sedang melaksanakan diskusi informal yang positif dengan Tiongkok dalam rangkaian konflik perdagangan antar keduanya.
Namun, sang duta besar China untuk Amerika Serikat menyebutkan bahwa AS perlu menunjukkan kehormatan terlebih dahulu agar proses negosiasi bisa berlangsung.