AsahKreasi
Menyimpan emas sudah sejak dulu dianggap sebagai jenis investasi yang aman dan menguntungkan.
Emas mempunyai nilai bawaan yang dikenal universal dan biasanya stabil melawan penurunan daya beli akibat inflasi dan volatilitas valuta asing.
Alasan penting mengapa banyak orang memilih menyimpan emas adalah karena ia dapat menjaga nilai aset mereka terhadap penurunan daya beli akibat inflasi.
Saat inflasi muncul, kemampuan mata uang untuk membeli barang berkurang; sebaliknya, harga emas biasanya naik. Ini dikarenakan oleh keinginan pembeli yang tetap tinggi sementara jumlah emas di pasar sangat terbatas.
Maka dari itu, menyimpan emas dipandang sebagai bentuk perlindungan (hedging) yang kuat melawan inflasi.
Beberapa metode menyimpan emas antara lain dengan pembelian emas fisik seperti koin dan batangan, ataupun lewat produk finansial.
Misalnya saja seperti sertifikat emas, reksa dana berbasis emas, serta ETF emas.
Setiap teknik punya sisi positif dan negatif masing-masing.
Emas fisik menghasilkan perasaan memiliki secara langsung, sedangkan instrumen keuangan menyediakan kenyamanan dengan biaya penyimpanan yang lebih murah.
Menabung dalam bentuk emas tentu memberikan berbagai manfaat, khususnya sebagai perlindungan melawan inflasi serta ketidakstabilan ekonomi.
Tetapi, sama seperti jenis investasi yang lain, menyimpan emas juga memiliki potensi resiko.
Artikel ini akan menjelaskan beberapa risiko yang harus dipikirkan sebelum Anda memutuskan untuk menyimpan emas sebagai tabungan.
1. Risiko Fluktuasi Harga
Harga emas bisa mengalami perubahan yang cukup besar baik dalam waktu singkat ataupun lama.
Walaupun emas biasanya dikenal sebagai investasi yang relatif aman, harganya tetap dapat terpengaruh oleh sejumlah elemen seperti situasi ekonomi dunia, keputusan bank sentral mengenai suku bunga, tingkat jual-beli dalam pasarnya, dan sikap para pemegang saham.
Kemungkinan fluktuasi tersebut bisa mengakibatkan kehilangan dana apabila Anda perlu melepas emas ketika harganya sedang anjlok.
2. Risiko Penyimpanan
Kemungkinan terjadinya pencurian, hilangnya barang, atau kerusakannya cukup besar apabila Anda belum menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai.
Banyak individu lebih memilih untuk menyimpan emas mereka sendiri di brankas pribadi atau menggunakannya dengan institusi finansial yang memberikan layanan penitipan.
Tetapi, hal itu pun menimbulkan biaya ekstra yang perlu diakalkulasi.
3. Risiko Likuiditas
Walaupun emas cenderung lebih mudah dijual daripada harta benda lainnya, terdapat kemungkinan bahwa Anda mungkin kesulitan untuk melepasnya secara cepat tanpa kehilangan sebagian dari nilainya.
Pasarnya emas mungkin berkurang kecairannya di beberapa titik waktu, terlebih saat menghadapi krisis ekonomi atau gonjang-ganjing pasar.
4. Risiko Pemalsuan
Emas tiruan mungkin mengalir ke pasaran, khususnya apabila pembelian dilakukan dari pihak yang kurang dapat dipercaya.
Mengonfirmasi autentikitas emas membutuhkan kemampuan dan peralatan spesifik. Bahaya ini dapat dikurangi dengan bertransaksi melalui pedagang resmi yang terpercaya.
5. Risiko Perubahan Regulasi
Ubah-ubah pada aturan pemerintah tentang kepemilikan emas, pajak, atau transaksi emas dapat berdampak pada harga serta tingkat kesulitan saat menjual atau membeli logam mulia tersebut.
Riwayat mencatat bahwa sejumlah negeri pernah menerapkan pembatasan hingga larangan kepemilikan emas oleh penduduknya.
6. Resiko Perubahan Nilai Tukar Mata Uang Asing
Apabila Anda membeli emas dengan menggunakan mata uang luar negeri atau di suatu negara tertentu, perubahan kurs mata uang dapat berdampak pada nilainya sebagai investasi.
Kenaikan nilai mata uang lokal terhadap mata uang luar negeri dapat mengecilkan besarnya keuntungan dari investasi emas Anda bila diukur menggunakan mata uang dalam negeri.
Beberapa bagian dari artikel ini telah ditulis dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan.