Skip to content

5 Wajah Toxic Parenting dalam Drakor ‘When Life Gives You Tangerines’

Drama Korea

Saat Kehidupan Memberikanmu Jeruk Keprok

menceritakan tentang petualangan keluarga yang dipenuhi tantangan di Pulau Jeju. Walau terlihat hangat, serial ini juga menggambarkan beragam aspek konflik.

toxic parenting

hal-hal yang umum ditemui di dalam sebuah keluarga.

Gaya pengasuhan yang tidak tepat tak cuma menghasilkan interaksi yang stres, namun juga punya efek jangka panjang terhadap pertumbuhan si kecil.

Berikut adalah sejumlah teladan tentang cara pengasuhan anak:

toxic

yang ditampilkan dalam drama

Saat Hidup Memberikan Kamu Jeruk Kecil

. Yuk, simak!

1. Selalu berbicara kasar

AA1C9coD 5 Wajah Toxic Parenting dalam Drakor 'When Life Gives You Tangerines'

Bu Sang Gil (Choi Dae Hoon), sang kapten nelayan berpengaruh di Pulau Jeju, memiliki perilaku tidak menyenangkan dalam perannya sebagai pemimpin keluarga. Dia sering kali menggunakan kata-kata kasar serta tindakan kekerasan terhadap istrinya, hal ini memberikan dampak negatif signifikan bagi pertumbuhan emosi putra-putranya.

Sebagai akibatnya, putra-putrinya mulai mencontoh kebiasaan negatif bapak mereka, yaitu bicara dengan nada keras. Tidak hanya itu, bahkan semenjak usia dini, mereka telah terlatih untuk menggunakan kalimat kasar yang dipelajarinya dari tindakan si ayah.

2. Enggan mengakui potensi anaknya

AA1C8ZMK 5 Wajah Toxic Parenting dalam Drakor 'When Life Gives You Tangerines'

Bu Park Yeong Beom, yang akrab dipanggil Bu Yeong (Kang Myung Joo), selalu berkomitmen untuk memenuhi setiap permintaan putranya tanpa mengizinkannya untuk mandiri. Dia percaya bahwa dengan menutrisi semua kebutuhannya, buah hatinya tersebut akan merasa aman dan dilindungi.

Namun, pola asuh seperti ini justru membuat sang anak tumbuh menjadi pribadi yang kurang mandiri dan sulit mengambil keputusan. Ketika menghadapi tantangan dalam hidupnya, ia cenderung bergantung pada orang lain karena sejak kecil tidak pernah diberi kesempatan untuk belajar menghadapi masalah sendiri.

3. Memaksa suatu keinginan

AA1C9cp3 5 Wajah Toxic Parenting dalam Drakor 'When Life Gives You Tangerines'

Bagi Ibu Yeong Beom, kehidupan putranya adalah perpanjangan dari hidupnya sendiri. Ia memiliki standar tersendiri tentang pasangan hidup yang layak untuk anaknya, yaitu seseorang yang setara dalam status sosial.

Tanpa mempertimbangkan perasaan dan keinginan sang anak, ia terus menekan putranya agar mengikuti keinginannya. Tuntutan ini membuat anaknya merasa terbebani dan kehilangan hak untuk menentukan masa depannya sendiri, hanya demi memenuhi ekspektasi sang ibu.

4. Mengadopsi pemikiran bahwa “duit merupakan segalanya”

AA1C9eCI 5 Wajah Toxic Parenting dalam Drakor 'When Life Gives You Tangerines'

Tiap kali berdebat dengan istrinya atau anak-anaknya, Bu Sang Gil kerap menyebutkan peranannya sebagai penyedia utama penghasilan. Dia percaya bahwa lantaran sudah bermohon payah untuk memenuhi keperluan keluarga, semua anggota keluarganya seharusnya mengaguminya tanpa ada pengecualian.

Tindakan semacam itu bukan saja sifatnya memanipulasi, melainkan juga membentuk iklim rumah tangga yang merugikan. Anak-anak berkembang dengan rasa bersalah serta kepercayaan diri terlalu rendah, seolah-olah cinta dan penghargaan dalam sebuah keluarga hanya dapat dinilai lewat harta benda.

5. Selalu memaklumi kesalahan

AA1C99S5 5 Wajah Toxic Parenting dalam Drakor 'When Life Gives You Tangerines'

Paman Ae Sun, Oh Han Moo (Jung Hae Kyun), cenderung terlalu menyayangi putranya. Tiap kali si anak membuat kesalahan, dia bukan saja mengampuni, tapi juga seringkali menemukan dalih untuk membela perbuatan itu.

Ia bahkan bersedia menggunakan uang keluarga untuk menutupi kekeliruan anaknya. Hal ini menyebabkan anak itu berkembang dengan sifat kurang bertanggung jawab, sebab dia yakin bahwa segala kesalahannya pasti akan diampuni tanpa adanya akibat apa pun.

Drama

Saat Kehidupan Memberikanmu Jeruk Mangga

Secara terselubung menanamkan pemahaman bahwa metode pengasuhan yang salah bisa berdampak negatif pada perkembangan anak.

So

, ada begitu banyak pembelajaran yang dapat ditarik dari tindakan tidak baik itu, bukan?




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *